17 Penyakit yang Sering Terjadi pada Anak

Morinaga Platinum ♦ 21 Juli 2023

17 Penyakit yang Sering Terjadi pada Anak

Penyakit yang sering terjadi pada anak meliputi flu, batuk pilek, diare, demam, infeksi telinga, dan radang tenggorokan. Hal ini mungkin terjadi karena sistem kekebalan tubuh anak di bawah usia 5 tahun belum terbentuk sempurna sehingga mudah terpapar infeksi virus atau bakteri.

Meski ini adalah kondisi yang wajar, orang tua harus mengetahui beberapa penyakit yang sering terjadi pada anak serta penanganannya.

Penyakit yang Sering Terjadi pada Anak

Penyebab umum penyakit pada anak meliputi infeksi virus atau bakteri, kontak dengan individu yang terinfeksi, dan penyebaran kuman melalui udara atau makanan. Agar Bunda bisa mencegah dan menanggulanginya dengan tepat, ketahui dulu 17 penyakit yang sering terjadi pada anak berikut ini:

1. Diare

Diare adalah kondisi di mana anak mengalami buang air besar yang cair dan lebih sering dari biasanya. Penyebab umum diare pada anak adalah infeksi virus atau bakteri. 

Cara mengatasi diare meliputi menjaga kecukupan cairan tubuh, memberikan makanan yang mudah dicerna, dan menghindari makanan yang dapat memperburuk diare. Solusi selengkapnya, yuk Bun baca: Cara mengatasi diare secara alami.

2. Demam

Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas suhu normal. Penyebab umum demam pada anak adalah infeksi virus atau bakteri. 

Cara mengatasi demam meliputi memberikan obat penurun panas, menjaga anak tetap terhidrasi, dan memberikan istirahat yang cukup.

3. Eksim

Eksim adalah kondisi kulit yang ditandai dengan kulit kering, gatal, dan meradang. Penyebab eksim pada anak dapat meliputi faktor genetik, alergi, atau kulit yang sensitif. 

Cara mengatasi eksim meliputi menjaga kelembapan kulit, menghindari pemicu alergi, dan menggunakan krim atau salep yang direkomendasikan oleh dokter.

4. Radang Tenggorokan

Radang tenggorokan adalah peradangan pada tenggorokan yang menyebabkan sakit dan kesulitan menelan. Penyebab umum radang tenggorokan pada anak adalah infeksi virus atau bakteri. 

Cara mengatasi radang tenggorokan meliputi istirahat, minum cairan hangat, berkumur dengan air garam, dan mengonsumsi makanan lembut.

5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA adalah infeksi pada saluran pernapasan yang meliputi hidung, tenggorokan, bronkus, dan paru-paru. Penyebab umum ISPA pada anak adalah virus seperti flu atau pilek. 

Cara mengatasi ISPA meliputi istirahat, minum banyak cairan, menjaga kebersihan, dan menghindari kontak dengan orang yang sakit.

6. Batuk

Batuk adalah respons tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari iritasi atau benda asing. Penyebab batuk pada anak bisa disebabkan oleh infeksi virus, alergi, atau iritasi. 

Cara mengatasi batuk meliputi memberikan minuman hangat, menjaga kelembapan udara, dan menghindari pemicu batuk.

7. Pilek

Pilek, juga dikenal sebagai rhinitis, adalah peradangan pada membran hidung yang menyebabkan hidung tersumbat, bersin, dan produksi lendir. Penyebab pilek pada anak umumnya adalah infeksi virus. 

Cara mengatasi pilek meliputi istirahat, menjaga kelembapan udara, minum cairan hangat, dan menggunakan obat pereda gejala sesuai anjuran dokter.

8. Sakit Telinga

Sakit telinga pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi telinga bagian tengah, yang disebut otitis media. Penyebab infeksi telinga bisa berasal dari bakteri atau virus.

Cara mengatasi sakit telinga meliputi istirahat, mengompres dengan air hangat, dan pemberian obat pereda nyeri sesuai anjuran dokter.

Meskipun pengobatan sakit telinga ini terdengar mudah, namun jangan sepelekan pelaksanaannya ya, Bunda. Sebab, jika dibiarkan, sakit telinga yang terlalu lama pada Si Kecil dapat mengurangi kemampuan indera pendengarannya, bahkan mengurangi kemampuan indera pengecapnya juga, yang sayangnya masih dalam masa perkembangan ketika ia masih balita ini. Mari pahami lebih lanjut tentang pentingnya indra-indra ini di sini: Jenis, Fungsi, dan Cara Stimulasi Panca Indra

9. Kesulitan Bernapas

Kesulitan bernapas pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi saluran pernapasan, alergi, atau kondisi medis seperti asma. 

Cara mengatasi kesulitan bernapas tergantung pada penyebabnya, namun penting untuk mencari bantuan medis segera.

10. Kejang (Konvulsi)

Kejang pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk demam tinggi, epilepsi, atau infeksi otak. Ketika anak mengalami kejang, segera berikan ruang yang aman, jangan mencoba menahan gerakan, dan segera hubungi layanan darurat medis.

11. Masalah Kulit Ruam

Ruam kulit pada anak bisa disebabkan oleh alergi, infeksi, atau reaksi iritasi. Cara mengatasi masalah kulit ruam meliputi menjaga kebersihan kulit, menghindari pemicu ruam, dan menggunakan krim atau salep yang sesuai.

12. Sakit Perut

Sakit perut pada anak bisa disebabkan oleh masalah pencernaan, infeksi, atau konstipasi. Cara mengatasi sakit perut meliputi memberikan cairan yang cukup, istirahat, dan pemberian obat pereda nyeri sesuai anjuran dokter.

13. Muntah

Muntah pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus, reaksi makanan, atau masalah pencernaan. Cara mengatasi muntah meliputi memberikan cairan yang cukup, istirahat, dan menghindari makanan yang dapat memicu muntah. Solusi muntah selengkapnya, yuk baca: Penyebab muntah dan cara mengatasinya.

14. Sakit Gigi

Sakit gigi pada anak bisa disebabkan oleh pertumbuhan gigi baru, infeksi gigi, atau kebiasaan buruk seperti menggigit benda keras. Cara mengatasi sakit gigi meliputi membersihkan area gigi yang terkena, memberikan obat pereda nyeri sesuai anjuran dokter, dan memastikan kebersihan mulut yang baik.

Jika anak terus menangis karena sakit gigi, temukan cara mengatasinya dalam artikel berikut ini: Anak Menangis Karena Sakit Gigi? Ini Cara Meredakannya. 

15. Infeksi Kuku

Infeksi kuku pada anak bisa terjadi akibat cedera, bakteri, atau jamur. Cara mengatasi infeksi kuku meliputi menjaga kebersihan kuku, mengompres dengan air hangat, dan memberikan perawatan medis jika infeksi terjadi.

16. Cacar Air

Cacar air disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Gejala cacar air meliputi ruam berupa bintik merah yang berubah menjadi lepuh berisi cairan. Cara mengatasi cacar air meliputi menjaga kebersihan kulit, menghindari menggaruk ruam, memberikan obat pereda gatal, dan menjaga anak tetap terhidrasi.

17. Campak

Campak disebabkan oleh infeksi virus dan ditandai dengan gejala seperti demam, ruam, batuk, dan pilek. Cara mengatasi campak meliputi istirahat, menjaga suhu tubuh, menghindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan, dan memberikan cairan yang cukup. 

Jika ada gejala yang memburuk atau ada kekhawatiran, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Itulah penyakit yang umum dialami oleh anak. Penting untuk diketahui bahwa penanganan yang lebih spesifik dan konsultasi dengan dokter diperlukan untuk setiap kondisi yang dialami oleh anak.

Apa Saja Tanda Bahaya pada Bayi atau Balita Ketika Sakit?

Tanda-tanda bahaya pada bayi atau balita ketika sakit adalah indikator bahwa kondisi kesehatannya membutuhkan perhatian medis segera. Berikut adalah beberapa tanda bahaya yang orang tua perlu diperhatikan:

Sesak Napas

Kesulitan bernapas, pernapasan cepat atau berat, penggunaan otot bantu pernapasan (seperti retraksi dada atau menggunakan otot perut untuk bernapas), atau perubahan warna kulit menjadi kebiruan (sianosis).

Nafas Cepat dan Dangkal

Jika bayi atau balita bernapas sangat cepat dan dangkal, ini bisa menjadi tanda adanya masalah pernapasan atau ketidakmampuan mengoksidasi dengan baik.

Demam Tinggi

Demam tinggi yang tidak merespon terhadap pengobatan atau berlangsung lebih dari beberapa hari. Jika kondisi ini muncul pada Si Kecil, ada kemungkinan dia terkena infeksi, seperti herpes. Untuk memastikan apakah Si Kecil mengalami herpes, Bunda perlu melihat kondisi kulitnya apakah ada lepuhan atau tidak. Jika ternyata benar, Bunda perlu segera memberikan perawatan medis. Informasi lengkap terkait infeksi ini, yuk baca: Gejala herpes dan pengobatannya

Letargi atau Kelesuan yang Ekstrem

Bayi atau balita yang sangat lemas, lesu, tidak responsif, atau tidak aktif seperti biasanya. Bayi juga mengalami perubahan kesadaran seperti kebingungan atau sulit dibangunkan.

Dehidrasi

Tanda-tanda dehidrasi pada bayi atau balita meliputi mulut kering yang tidak ada air liur, mata cekung, jarang buang air kecil, air mata yang jarang atau tidak ada, dan tidak ada basah pada popok.

Terkait mata kering, tanda ini juga akan sering dijumpai pada bayi. Jika Bunda mengenali tanda ini, itu artinya Si Kecil sedang kurang ASI. Informasi lengkap terkait hal ini dan apa saja tanda lainnya, yuk Bun baca: Tanda Bayi Kurang ASI dan Cara Mengatasinya.

Muntah Berulang

Muntah yang berlebihan, berulang, atau disertai dengan kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan. Jika melihat gejala seperti ini, penting bagi Bunda untuk mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, misalnya apakah sebelumnya Si Kecil mengonsumsi makanan tertentu. Karena tanda muntah seperti ini, juga bisa disebabkan karena mengonsumsi susu formula. Penjelasan detail hal ini, yuk Bun baca: Tanda Anak Tidak Cocok Minum Susu Formula.

Kejang

Kejang yang terjadi pada bayi atau balita yang belum pernah mengalami sebelumnya atau kejang yang berkepanjangan.

Pendarahan yang Berlebihan: Pendarahan yang berat, sulit untuk dihentikan, atau berkepanjangan.

Buang Air Tidak Normal

Perubahan drastis dalam pola buang air besar atau buang air kecil, seperti diare parah, sembelit parah, terlalu sering buang air kecil, atau tidak sama sekali.

Jika Si Kecil menunjukkan tanda-tanda bahaya ini, penting untuk segera mencari perhatian medis. Hubungi dokter atau pergi ke unit gawat darurat terdekat untuk penilaian dan perawatan segera.

Itulah 17 penyakit pada balita yang paling umum dialami. Selain 17 penyakit tersebut, Umumnya, balita juga sering mengalami mimisan. Ketahui penyebab anak sering mimisan dengan membaca artikel ini, yuk: Penyebab Mimisan Pada Anak dan Cara Mengatasinya. 

Selain itu, Bunda juga dapat mencari tahu berbagai informasi seputar penyakit pada balita melalui berbagai jurnal, buku kesehatan anak, hingga yang paling disarankan adalah tetap berkonsultasi pada dokter.