Melihat Si Kecil tidak nyaman karena bayi susah BAB dan sering kentut bisa jadi pemandangan yang mengkhawatirkan bagi setiap Bunda. Perutnya tampak kembung, wajahnya memerah saat mengejan, dan tangisan rewel sering menyertai.
Meskipun kentut menunjukkan adanya aktivitas usus, kesulitan buang air besar menandakan adanya masalah yang perlu diperhatikan. Kondisi ini memang cukup umum terjadi pada bayi dan balita, namun dapat sangat mengganggu kenyamanan dan aktivitas mereka sehari-hari.
Sembelit pada bayi, yang seringkali disertai dengan sering kentut, bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari asupan makanan yang belum tepat, kurangnya cairan, hingga minimnya aktivitas fisik.
Memahami penyebab utamanya adalah langkah pertama untuk menemukan solusi yang tepat. Penting bagi Bunda untuk segera mengambil tindakan agar Si Kecil kembali ceria dan pencernaannya berfungsi optimal sebagai #GenerasiPlatinum. Mari kita selami lebih dalam penyebab dan solusi efektif untuk mengatasi Si Kecil yang susah BAB namun sering kentut.
Setiap bayi memiliki pola buang air besar (BAB) yang unik, dan frekuensinya bisa sangat bervariasi. Ada bayi yang BAB setiap kali menyusu, ada pula yang hanya beberapa kali dalam seminggu dan itu masih dianggap normal, terutama pada bayi yang menyusu ASI eksklusif.
Namun, jika Bunda mendapati Si Kecil tidak BAB selama beberapa hari atau bahkan seminggu, dan ini disertai dengan gejala ketidaknyamanan, sudah saatnya untuk lebih waspada.
Misalnya, jika Si Kecil yang biasanya BAB setiap hari tiba-tiba tidak BAB selama 3-4 hari berturut-turut, atau fesesnya terlihat sangat keras, berbentuk seperti kerikil, dan ia tampak kesakitan saat mengejan, ini adalah tanda sembelit.
Pada bayi berusia lebih tua atau balita, tidak BAB hingga seminggu tentu menjadi alarm yang lebih jelas. Sembelit terjadi ketika feses bergerak terlalu lambat di usus besar, menyebabkan usus menyerap terlalu banyak air dari feses sehingga menjadi kering dan keras, sulit untuk dikeluarkan.
Selain frekuensi, perhatikan juga konsistensi feses dan reaksi Si Kecil. Jika feses keras, kering, dan bayi tampak kesakitan, mengejan kuat, menangis, atau bahkan ada sedikit darah di feses (akibat robekan kecil di anus), ini adalah indikasi bahwa kondisi ini perlu penanganan segera.
Semakin lama feses tertahan, semakin sulit dikeluarkan dan semakin besar kemungkinan Si Kecil mengalami trauma saat BAB, yang bisa memperparah masalah di kemudian hari. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika Bunda merasa khawatir atau kondisi Si Kecil tidak membaik dalam beberapa hari.
Memahami alasan di balik masalah pencernaan Si Kecil adalah kunci untuk memberikan solusi yang tepat. Kombinasi sulit BAB dan sering kentut seringkali menunjukkan adanya ketidakseimbangan atau gangguan dalam sistem pencernaan. Beberapa faktor umum berikut bisa menjadi pemicunya:
Asupan makanan berperan sangat fundamental terhadap kelancaran proses pencernaan Si Kecil. Bagi bayi yang sudah mulai MPASI, atau balita, kualitas dan jenis makanan sangat menentukan. Misalnya, kurangnya asupan serat sering menjadi penyebab utama sembelit. Serat bekerja seperti spons, menyerap air dan membuat feses menjadi lebih lunak dan mudah dikeluarkan. Jika Si Kecil jarang mengonsumsi sayur, buah, atau biji-bijian utuh, fesesnya cenderung keras.
Sebaliknya, konsumsi berlebihan makanan berlemak tinggi seperti gorengan, camilan kemasan, atau makanan cepat saji dapat memperlambat proses pencernaan. Tidak kalah pentingnya, pastikan Si Kecil cukup minum air putih. Dehidrasi membuat feses menjadi kering dan padat.
Selain itu, perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis makanan yang justru membuat perut Si Kecil jadi kembung karena menghasilkan banyak gas, seperti makanan fermentasi tertentu atau makanan tinggi gula seperti permen dan minuman manis. Jika dikonsumsi berlebihan, gas akan menumpuk dalam perut dan menimbulkan rasa tidak nyaman, memicu sering kentut namun feses tetap sulit keluar.
Minimnya aktivitas fisik ternyata bisa berdampak langsung pada sistem pencernaan Si Kecil, terutama dalam memperlambat gerakan peristaltik atau kontraksi otot-otot usus. Gerakan peristaltik inilah yang mendorong sisa makanan melalui usus hingga siap untuk dikeluarkan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan risiko sembelit, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Saat Si Kecil jarang bergerak, usus kehilangan rangsangan alami untuk mendorong sisa makanan menuju anus. Akibatnya, feses menumpuk dan menjadi keras, sehingga sulit dikeluarkan. Gas hasil fermentasi makanan di usus bisa terus diproduksi, tetapi sulit keluar jika feses terlalu padat dan menghalangi jalan. Kondisi inilah yang membuat perut Si Kecil terasa kembung, nyeri, dan tidak nyaman, meskipun ia sering kentut.
Ketika Si Kecil mengalami kesulitan BAB disertai sering kentut, Bunda tak perlu panik. Ada berbagai cara alami dan efektif yang bisa diterapkan di rumah untuk membantu melancarkan pencernaannya dan mengurangi ketidaknyamanan. Konsistensi dalam menerapkan solusi ini akan sangat membantu.
Langkah pertama yang harus Bunda perhatikan adalah memastikan asupan makanan dan cairan Si Kecil seimbang. Perbanyak konsumsi serat dari sayur dan buah-buahan. Misalnya, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta buah kaya serat seperti pepaya, pir, atau apel. Buah-buahan ini memiliki kandungan air dan serat yang tinggi, membantu melunakkan feses. Bunda bisa menemukan ide-ide makanan pelancar BAB Si Kecil lainnya yang lezat dan mudah disiapkan.
Selain itu, pastikan Si Kecil minum air putih yang cukup sepanjang hari. Air adalah komponen vital untuk melembutkan feses dan melancarkan gerak usus. Memberikan air putih hangat di pagi hari saat perut masih kosong juga bisa menjadi cara efektif untuk merangsang gerakan usus secara alami. Hindari makanan yang dapat memicu sembelit, seperti keju atau susu sapi berlebihan, terutama jika Si Kecil sensitif terhadap laktosa. Makanan yang mengandung probiotik, seperti yoghurt plain, juga sangat membantu menjaga keseimbangan bakteri baik di usus.
Untuk membantu merangsang pergerakan usus, teknik pijat perut bisa menjadi solusi yang sangat efektif dan menenangkan bagi Si Kecil. Cobalah pijat lembut perut bayi dengan gerakan searah jarum jam di sekitar pusar. Atau, Bunda bisa menggunakan metode pijat ILU (membentuk huruf I, L, dan U) pada perut Si Kecil:
Gerakan ini membantu memperlancar pergerakan feses di usus besar. Selain pijat, ajak Si Kecil melakukan aktivitas fisik ringan yang merangsang kerja usus. Misalnya, gerakan "sepeda" dengan menggerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda saat ia terlentang, atau berjalan kaki santai selama 15-30 menit setelah makan. Gerakan sambil bermain, seperti "berjalan seperti robot" atau "melompat seperti kelinci", juga dapat merangsang pergerakan usus Si Kecil. Aktivitas ini tidak hanya membantu pencernaan, tetapi juga menyenangkan dan mudah dilakukan di rumah.
Salah satu posisi tidur yang direkomendasikan untuk membantu melancarkan BAB adalah tidur miring ke kiri. Posisi ini memanfaatkan gravitasi untuk mengarahkan sisa makanan dari usus kecil ke usus besar hingga ke rektum, sehingga proses pencernaan berjalan lebih optimal. Tidur miring ke kiri juga dapat mengurangi risiko refluks asam lambung, karena posisi lambung yang lebih rendah dari kerongkongan mencegah asam lambung naik.
Agar tidur Si Kecil semakin nyaman dan pencernaannya tetap lancar, Bunda bisa menerapkan beberapa tips tambahan. Hindari memberikan makanan dalam porsi besar menjelang waktu tidur, agar perut tidak penuh dan pencernaan tetap ringan. Selain itu, meninggikan posisi kepala Si Kecil dengan bantal (untuk balita) atau meninggikan sedikit kasur (untuk bayi) dapat membantu mencegah refluks.
Meletakkan bantal di antara kedua kakinya saat tidur miring juga bisa menjaga postur tubuh tetap rileks sepanjang malam. Penting untuk diingat, menjaga kesehatan pencernaan Si Kecil tidak cukup hanya dengan posisi tidur yang tepat. Menerapkan pola makan sehat dan aktivitas fisik juga berperan besar dalam kelancaran pencernaan.
Meskipun susah BAB dan sering kentut seringkali bisa diatasi dengan perubahan pola makan dan gaya hidup, Bunda perlu tetap waspada terhadap tanda-tanda lain yang mungkin menunjukkan masalah pencernaan yang lebih serius. Misalnya, jika Si Kecil mengalami BAB berlendir pada anak yang disertai demam atau muntah, ini bisa menjadi indikasi infeksi atau peradangan usus.
Selain itu, jika kondisi susah BAB terus-menerus terjadi atau justru berbalik menjadi diare berkepanjangan, Bunda perlu segera mencari tahu penyebab BAB terus menerus agar tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan nutrisi.
Jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika Si Kecil menunjukkan gejala seperti penurunan berat badan yang drastis, nyeri perut hebat, muntah terus-menerus, feses berdarah, atau demam tinggi yang tidak kunjung reda. Penanganan cepat dan tepat dari tenaga medis sangat penting untuk mencegah komplikasi dan memastikan kesehatan saluran cerna Si Kecil tetap terjaga.
Menjaga kesehatan pencernaan Si Kecil adalah investasi penting untuk tumbuh kembang optimalnya. Dengan perhatian yang cermat terhadap asupan nutrisi, kebiasaan aktif, dan penanganan yang tepat saat ada masalah, Bunda bisa membantu Si Kecil tumbuh menjadi #GenerasiPlatinum yang sehat dan ceria.
Untuk mendukung pencernaan Si Kecil lebih maksimal, Bunda juga bisa memberikan asupan nutrisi yang mendukung kesehatan saluran cerna, seperti susu pertumbuhan yang mengandung serat dan probiotik. Kombinasi ini akan membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus dan memperlancar pencernaan secara alami.
Cari tahu lebih lanjut rekomendasi susu pertumbuhan tinggi serat yang baik untuk pencernaan Si Kecil di sini: Susu Tinggi Serat yang Baik untuk Pencernaan Si Kecil.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Bayi Susah BAB & Sering Kentut? Ini Penyebab & Solusinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?