Artikel Terbaru Artikel Terbaru

5 Penyebab BAB Terus-menerus pada Si Kecil

Morinaga Platinum ♦ 6 Maret 2024

5 Penyebab BAB Terus-menerus pada Si Kecil

Ada beragam penyebab anak mengalami buang air besar terus-menerus, termasuk infeksi, alergi makanan, atau risiko gangguan pencernaan lainnya. Faktor pola makan atau kurangnya asupan cairan juga dapat memicu masalah pencernaan ini. Untuk mengetahui informasi selengkapnya, baca artikel ini ya, Bun.

Penyebab BAB Terus-menerus

Bunda, waspada bila Si Kecil buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari atau mengalami diare berulang. Inilah beberapa penyebab kondisi tersebut:

Infeksi Virus atau Bakteri

Diare atau buang air besar terus-menerus dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri atau virus. Infeksi bakteri biasanya disebabkan oleh paparan Salmonella atau Listeria yang ditemukan pada makanan yang tidak matang sempurna atau terkontaminasi. 

Sedangkan virus yang menyebabkan diare adalah virus Rotavirus atau Norovirusyang biasanya terdapat pada makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh partikel virus tersebut melalui makanan yang tidak dimasak dengan baik atau tercemar oleh tinja manusia yang terinfeksi.

Ketika terjadi infeksi bakteri atau virus, tubuh akan menunjukkan beberapa gejala gangguan pencernaan yang diikuti dengan demam tinggi, demam, kelelahan, sakit atau nyeri pada bagian tubuh, serta mual dan muntah.

Reaksi Alergi Makanan atau Intoleransi Laktosa

Sebagian anak dapat merasa pencernaannya tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan tertentu atau minuman yang mengandung laktosa. Contoh makanan atau minuman yang mengandung laktosa ialah keju, es krim, dan susu sapi. 

Jika Si Kecil memiliki riwayat kondisi alergi atau intoleransi laktosa, mengonsumsi makanan dan minuman di atas akan membuat saluran pencernaannya bermasalah. Dampaknya adalah anak mengalami kembung, mual, hingga terus-menerus buang air besar.

Penyakit Celiac

Penyakit celiac merupakan salah satu penyebab anak berulang kali buang air besar. Dilansir dari Healthline, penyakit celiac ialah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh merespons suatu nutrisi berupa gluten secara negatif. Gluten ini senyawa yang banyak ditemukan pada biji-bijian, gandum, dan tepung. 

Penyakit Celiac disebabkan oleh sistem imun tubuh yang salah mengenali gluten sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh, sehingga tubuh membuat antibodi untuk melawannya. Akibatnya muncul radang pada usus, sehingga Si Kecil mengalami gejala gangguan pencernaan seperti diare. 

Penyakit Crohn

Penyebab anak BAB secara terus-menerus yang lain adalah adanya penyakit Crohn. Mengutip dari Kementerian Kesehatan, penyakit Crohn adalah penyakit radang pada saluran pencernaan yang dapat terjadi mulai dari mulut hingga dengan anus. Penyakit ini paling sering terjadi pada usus halus dan usus besar. Gejalanya meliputi sakit perut dan diare. 

Gejala awal penyakit ini biasanya muncul pada masa kanak-kanak atau dewasa awal. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab penyakit Crohn. Kombinasi dari faktor genetik, pengaruh lingkungan, serta gangguan kekebalan tubuh disebut-sebut sebagai pemicunya. 

Sindrom Iritasi Usus

Sindrom Iritasi Usus (SIU) merupakan gangguan pada saluran pencernaan yang memengaruhi frekuensi buang air besar anak. 

Penyebab utama yang bisa memicu munculnya gejala SIU belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor risiko yang memengaruhinya termasuk sensitivitas saraf dalam saluran pencernaan, makanan yang bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat di dalam usus, stres, dan faktor genetik.

SIU dapat menunjukkan gejala seperti kembung, nyeri perut, feses yang lembek dengan diare, atau feses yang keras dengan sembelit. Dilansir dari Medical News Today, ada beberapa makanan pemicu SIU ini, seperti kafein, produk susu, dan minuman berkarbonasi atau soda. 

Risiko Bahaya yang Perlu Diperhatikan

Tubuh akan kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya ketika mengalami diare. Hal ini patut diwaspadai, karena akan banyak nutrisi yang tidak dapat diserap oleh tubuh jika kondisi ini berlanjut. Tubuh akan menjadi lemas sehingga anak akan terlihat pasif dan tidak semangat dalam beraktivitas. 

Kehilangan cairan tubuh secara terus-menerus akan menimbulkan dehidrasi hingga mengakibatkan malnutrisi. Dilansir dari Very Well Health, pada beberapa kasus diare yang berkelanjutan juga dapat memicu munculnya intoleransi laktosa pada anak. 

Cara Mengatasinya

Cara mengatasi anak yang BAB terlalu sering akan menyesuaikan pada faktor penyebabnya. Infeksi bakteri Salmonella pada umumnya tidak membutuhkan perawatan khusus, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Pada beberapa kasus, dokter mungkin akan memberikan antibiotik. 

Hal yang perlu Bunda lakukan adalah memastikan agar anak banyak mengonsumsi cairan untuk menggantikan cairan tubuhnya yang hilang. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan sebelum mengonsumsi sesuatu, serta memperhatikan agar makanan dan minuman tidak tercemar oleh kuman atau bakteri yang dapat menyebabkan masalah pencernaan.

Jika BAB terus-menerus terjadi akibat alergi, maka Bunda perlu menghindari makanan pemicunya. Untuk penyakit celiac, makanan yang mengandung gluten seperti roti atau mie sebaiknya dihindari

Frekuensi BAB yang Normal

Menurut Mayo Clinic, frekuensi BAB yang normal akan berbeda tergantung pada usia anak. Frekuensinya adalah sebagai berikut : 

  • Bayi yang baru lahir biasanya sekitar empat kali BAB setiap hari.
  • Anak yang mendapat ASI hingga usia 3 bulan, adalah sekitar tiga kali BAB setiap hari.
  • Anak yang diberi susu formula hingga usia 3 bulan, sekitar dua hingga tiga kali BAB setiap hari.
  • 6 bulan – 1 tahun, sekitar dua kali BAB setiap hari.
  • 1–3 tahun, sekitar satu hingga dua kali BAB setiap hari.
  • 4 tahun ke atas frekuensinya satu kali BAB setiap hari.

Kapan Disarankan ke Dokter?

Jika frekuensi BAB masih di dalam batas normal seperti di atas, maka Bunda tidak perlu terlalu khawatir. Merujuk pada Medical News Today, Bunda perlu berkonsultasi lebih lanjut dan membawa Si Kecil untuk mendapatkan penanganan medis apabila kondisi di bawah ini berlangsung dalam waktu lama: 

  • Sakit perut tidak tertahankan.
  • Diare yang berlangsung lebih dari 2 hari.
  • Buang air besar 6 kali atau lebih dalam 24 jam.
  • Kotoran yang berwarna hitam atau mengandung darah.
  • Mual atau muntah.
  • Demam 38°C atau lebih tinggi.
  • Gejala dehidrasi.

Salah satu usaha untuk mengurangi frekuensi buang air besar pada anak adalah dengan memberikan makanan yang mangandung kadar serat yang rendah. Makanan berserat rendah akan membantu tubuh untuk memperbaiki sistem pencernaan, sehingga BAB akan berkurang. Yuk dalami lebih lanjut tentang makanan rendah serat ini di artikel berikut: 5 Makanan Rendah Serat utuk Solusi Pencernaan Si Kecil

Sumber: 

  • Healthline. Why Do I Poop So Much?. Diakses pada 13 Februari 2024. https://www.healthline.com/health/pooping-a-lot. 
  • Kementerian Kesehatan. Penyakit Crohn. Diakses pada 13 Februari 2024. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1752/penyakit-crohn.
  • Medical News Today. Why am I pudding so much. Diakses pada 13 Februari 2024. https://www.medicalnewstoday.com/articles/why-am-i-pooping-so-much#seeing-a-doctor.