Minuman manis sering kali menjadi favorit Si Kecil karena rasanya yang enak dan tampilannya yang menarik. Namun, di balik rasa tersebut, tersembunyi risiko yang dapat mengganggu kesehatan jangka panjang Si Kecil. Kebiasaan mengonsumsi minuman dengan pemanis berlebih dapat memicu obesitas, gangguan metabolisme, hingga masalah pada gigi.
Beberapa minuman memang tampak aman, tetapi bila dikonsumsi secara terus-menerus tanpa pengaturan yang tepat, bisa berdampak negatif pada kesehatan. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk memahami jenis pemanis yang digunakan dan mencari alternatif minuman yang lebih sehat, karena #WaktuTakBisaKembali.
Ketika memilih minuman untuk Si Kecil, Bunda tentu harus memperhatikan jenis pemanis yang digunakan. Pemanis alami, seperti madu dan stevia, sering dianggap pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan pemanis sintetik.
Madu mengandung berbagai NUTRISI alami, seperti vitamin, mineral, dan antioksidan yang bisa memberikan manfaat kesehatan. Walau begitu, penggunaannya tetap perlu diperhatikan karena madu mengandung kalori tinggi meskipun lebih sehat dibandingkan gula pasir.
Sementara stevia adalah pemanis alami yang berasal dari daun tanaman stevia dan tidak mengandung kalori. Meskipun begitu, stevia dapat menimbulkan rasa pahit usai dikonsumsi yang disebabkan oleh zat tanin di dalam daunnya. Bagi beberapa anak, pemanis ini bisa berefek samping menyebabkan perut kembung, diare, dan mengganggu keseimbangan bakteri usus. Apabila ingin memberikan pada Si Kecil sebaiknya memberinya sedikit dulu untuk mengetahui adanya efek samping atau tidak.
Baik stevia maupun madu dapat memberikan rasa manis tanpa menyebabkan lonjakan gula darah tiba-tiba. Berbeda dengan gula pasir yang cenderung mudah dicerna dan meningkatkan gula darah setelah mengonsumsinya. Bunda dapat menambahkan kedua perisa ini ke dalam minuman Si Kecil dengan takaran secukupnya.
Pemanis buatan seperti aspartam, sukralosa, dan sakarin juga banyak digunakan dalam berbagai minuman anak. Pemanis ini memberikan rasa manis yang kuat meski tidak menambah kalori. Aspartam memiliki rasa manis yang menyerupai gula, sedangkan sukralosa merupakan pemanis tanpa kalori yang tahan panas, sehingga cocok digunakan dalam proses memasak atau pemanasan.
Sakarin juga tergolong perisa buatan tanpa kalori, sayangnya keamanannya masih menjadi perdebatan. Beberapa penelitian yang menyoroti potensi risiko kesehatan jangka panjang jika dikonsumsi terus menerus. Baik aspartam, sukralosa dan sakarin paling banyak ditemukan di minuman kemasan yang dijual di pasaran.
Menurut WHO (World Health Organization), konsumsi pemanis buatan maksimal 40 mg per kg bobot tubuh (per hari). Namun dokter anak menyarankan untuk tidak memberikan sukrosa pada anak berusia 5 tahun ke bawah. Apabila masih ragu sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter ahli gizi.
Secara umum, baik pemanis alami atau buatan jika diminum secara berlebihan pasti punya dampak negatif bagi tubuh. Dalam jangka pendek, pemanis berlebih dapat menyebabkan lonjakan energi tiba-tiba lalu, diikuti dengan penurunan energi yang cepat. Gula biasanya lebih cepat diserap menuju aliran darah, akibatnya lonjakan gula dalam darah meningkatkan produksi insulin.
Usai melonjak, tubuh Si Kecil akan merasakan penurunan energi yang cukup drastis sampai merasa lemas dan mudah marah. Kondisi ini membuatnya merasa tidak nyaman dan sehingga suasana hati berubah-ubah. Dalam jangka panjang, pemberian pemanis berlebihan dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan serius, seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan gangguan metabolisme.
Peningkatan porsi asupan gula atau pemanis buatan dalam waktu lama, menyebabkan tubuh Si Kecil menjadi kebal terhadap insulin, akhirnya bisa memicu perkembangan diabetes tipe 2. Konsumsi gula berlebih juga dapat memengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh, yang berisiko pada gangguan berat badan dan kesehatan secara keseluruhan.
Selain dampak pada metabolisme, efek buruknya menyebabkan menurunnya kesehatan gigi Si Kecil. Gula yang terkandung dapat berinteraksi dengan bakteri di mulut dan menghasilkan asam yang merusak lapisan enamel gigi. Proses ini dapat meningkatkan risiko gigi berlubang. Jika kebiasaan makan manis ini tidak diimbangi dengan kebersihan mulut yang baik, gigi Si Kecil akan lebih rentan bolong atau karies.
Pemanis buatan seperti aspartam atau sukralosa, meskipun tidak mengandung kalori, tetap dapat menciptakan rasa manis yang membuat Si Kecil ketagihan hingga mengabaikan makanan tinggi gizi seperti sayur dan buah.
Pada akhirnya anak sulit menerima rasa makanan sehat, seperti sayur atau makanan bergizi lainnya yang tidak manis. Di masa depan, Bunda jadi sulit membentuk pola makan sehat untuk memenuhi asupan gizi yang diperlukan tubuh.
Bunda, langkah pertama dalam memilih minuman yang sehat untuk Si Kecil dengan membaca label kandungan pada kemasan. Banyak produk minuman yang tampak “sehat” ternyata mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi. Perhatikan bagian “komposisi” dan “informasi nilai gizi” pada label, dan cari tahu berapa gram gula yang terkandung dalam satu sajian. Bunda juga perlu mengenali istilah lain untuk gula yang sering digunakan produsen, seperti sukrosa, fruktosa, dekstrosa dan sirup jagung tinggi fruktosa (HFCS).
Menurut World Health Organization (WHO), batas aman konsumsi gula tambahan untuk anak-anak maksimal hingga 10% dari total energi harian, tapi sangat disarankan untuk meminimalisir hingga 5% ke bawah. Artinya, untuk anak usia 1–3 tahun, asupan gula tambahan sebaiknya tidak lebih dari sekitar 12–15 gram per hari atau setara dengan 3–4 sendok teh.
Pilihlah minuman yang tetap memberikan manfaat NUTRISI penting tanpa tambahan gula berlebih. Misalnya, #SusuPertumbuhan rendah gula tetap bisa menjadi pilihan yang baik karena mengandung protein, kalsium, vitamin D, dan zat besi yang dibutuhkan tubuh Si Kecil.
Mengontrol jenis minuman tepat untuk Si Kecil dapat berdampak besar untuk kesehatan dalam jangka panjang. Sebaiknya menghindari memberikan makanan dan minuman manis sejak dini, sebab sekali diberikan, mungkin ia akan minta lagi sampai akhirnya malah menjadi kebiasaan buruk.
Bunda bisa mulai memperkenalkan minuman rendah gula yang tetap menarik dan menyegarkan. Air mineral adalah pilihan terbaik dan paling aman. Untuk variasi, Bunda dapat membuat infused water dengan potongan buah segar seperti jeruk, stroberi, atau mentimun. Selain itu, jus buah segar tanpa tambahan gula juga lebih baik dibandingkan jus kemasan.
Sebagai pelengkap nutrisi harian, berikan #SusuPertumbuhan rendah gula yang diformulasikan khusus untuk anak usia satu tahun ke atas. Susu ini mengandung DHA, kalsium, zat besi, dan vitamin D yang mendukung perkembangan otak, pertumbuhan tulang, serta sistem kekebalan tubuh.
Membiasakan anak mengonsumsi minuman rendah gula sejak dini akan membantu membentuk preferensi rasa yang sehat. Dengan begitu, anak akan lebih terbuka pada makanan dan minuman bergizi tanpa ketergantungan pada rasa manis berlebih.
Temukan pilihan #SusuPertumbuhan rendah gula terbaik untuk Si Kecil di halaman ini: Rekomendasi Susu Pertumbuhan Rendah Gula untuk Si Kecil.
Sumber:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Memilih Minuman dengan Pemanis yang Aman untuk Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?