Artikel Terbaru Artikel Terbaru

Strategi Efektif untuk Mengajarkan Toilet Training

Morinaga Platinum ♦ 25 Februari 2022

Strategi Efektif untuk Mengajarkan Toilet Training

Mengajarkan Si Kecil menggunakan toilet merupakan salah satu tahapan penting dalam proses tumbuh kembangnya. Toilet training bukan sekadar melatihnya buang air di tempat yang benar, melainkan juga mendidik kemandirian, membangun rutinitas, dan memperkenalkan tanggung jawab sejak dini. Meski terlihat sederhana, proses ini bisa menjadi cukup menantang dan membutuhkan kesabaran ekstra dari Bunda.

Dalam praktiknya, banyak Bunda menghadapi beragam situasi, mulai dari anak yang takut duduk di toilet hingga yang hanya mau buang air besar di popok. Untuk itu, pemahaman yang mendalam tentang kesiapan anak dan pendekatan yang empatik sangat diperlukan agar proses ini berjalan lancar dan menyenangkan bagi Si Kecil.

Pentingnya Toilet Training untuk Perkembangan Si Kecil

Manfaat toilet training tidak terbatas pada keterampilan fisik semata, namun keuntungan terbesarnya adalah meningkatnya kemandiriannya. Saat Si Kecil belajar mengenali kebutuhan tubuhnya dan bertindak sesuai dengan itu, ia belajar mengelola dirinya sendiri, yang merupakan fondasi penting bagi pembentukan kepercayaan diri. 

Selain itu, toilet training membantu mempercepat adaptasinya dalam lingkungan sosial yang lebih luas, seperti saat mulai bersekolah. Pada saat bersekolah itu, ia tidak lagi bergantung pada popok dan bisa berkomunikasi dengan guru mengenai kebutuhannya.

Secara praktis, toilet training juga berdampak pada pengurangan biaya rumah tangga. Penggunaan popok yang terus-menerus tentu memakan biaya yang tidak sedikit. Dengan berhasilnya toilet training, pengeluaran tersebut bisa dialihkan untuk kebutuhan lain yang lebih penting. 

Si Kecil juga akan terbiasa menjalani rutinitas harian dengan disiplin. Konsistensi waktu buang air membantunya mengenali sinyal tubuhnya dan belajar mengatur waktu, yang merupakan keterampilan penting untuk kehidupan selanjutnya.

Dari sisi psikologis, toilet training yang berhasil dapat memperkuat hubungan positif antara Bunda dengannya. Ketika proses ini dijalani dengan penuh empati dan apresiasi, ia akan merasa dihargai dan didukung. Namun, sebaliknya, tekanan berlebih atau paksaan justru dapat menimbulkan ketakutan dan trauma. 

Bahkan mungkin saja kesehatannya akan terganggu jika ia takut dimarahi dan sengaja menahan buang air, misalnya saluran kemihnya terinfeksi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali kapan waktu yang tepat untuk memulai dan bagaimana mengenali kesiapannya secara fisik dan emosional.

Mengenali Kesiapan Si Kecil untuk Toilet Training

Setiap anak memiliki waktu kesiapan yang berbeda-beda, sehingga tidak ada usia yang bisa dijadikan patokan mutlak. Namun, secara umum, mereka mulai menunjukkan kesiapan pada usia sekitar 18 bulan hingga 2 tahun. Anak perempuan sering kali lebih cepat tertarik dengan toilet dibanding anak laki-laki, meski ini tidak berlaku secara universal. Yang lebih penting adalah mengenali sinyal-sinyal kesiapan yang muncul dari perilakunya sehari-hari.

Kesiapan fisik biasanya terlihat jika Si Kecil yang mulai bisa mengontrol keinginan buang air, misalnya popoknya tetap kering selama 2 jam atau saat bangun tidur. Ia juga akan mulai menunjukkan rutinitas buang air besar yang teratur serta mampu melepas dan mengenakan celana sendiri. Secara verbal, ia juga bisa memberi tahu saat ia ingin buang air atau merasa tidak nyaman karena popoknya basah. Ini menunjukkan bahwa ia mulai mengenali sinyal dari tubuhnya sendiri.

Sementara itu, kesiapan emosional terlihat dari keinginannya untuk meniru Bunda atau Ayah menggunakan toilet dan rasa tidak nyaman saat memakai popok. Ia juga seharusnya akan bersemangat saat diajak berpartisipasi dalam proses toilet training. Inisiatif untuk menghentikan aktivitasnya saat ingin buang air, atau menjauh ke tempat sepi saat ingin BAB, juga menunjukkan sinyal kesiapan emosional. 

Penting bagi Bunda untuk tidak terburu-buru memulai proses ini tanpa memperhatikan tanda-tanda tersebut. Paksaan justru bisa menjadi hambatan besar dalam keberhasilan toilet training.

Mengatasi Si Kecil yang Hanya Mau Buang Air Besar di Popok

Salah satu tantangan umum dalam toilet training adalah ketika Si Kecil bersedia buang air kecil di toilet, tetapi tetap meminta popok untuk buang air besar. Situasi ini sering terjadi karena ia merasa lebih nyaman dan aman saat buang air besar di popok yang sudah dikenalnya. Kondisi ini tidak bisa dipaksa, tetapi bisa diatasi dengan pendekatan bertahap dan empatik.

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah membiarkannya memakai popok, tetapi memintanya duduk di toilet saat buang air besar. Ini membantu membentuk asosiasi positif antara aktivitas buang air besar dan posisi duduk di toilet. Setelah beberapa kali, perlahan ajak ia melepas popok saat duduk di toilet, sehingga ia mulai merasa nyaman melakukan buang air besar tanpa popok. Berikan pujian atau hadiah kecil setiap kali ia berhasil melewati satu tahap.

Untuk mendukung proses ini, penting memastikannya tidak mengalami sembelit atau kesulitan buang air besar. Perbanyak asupan makanan berserat seperti sayur dan buah, penuhi kebutuhan cairan harian, dan lancarkan pencernaannya dengan dukungan dari asupan probiotik. Kelancaran buang air besar cenderung lebih mudah diajak bertransisi ke toilet karena tidak ada rasa sakit atau ketidaknyamanan yang membuatnya menolak.

Langkah Praktis Mengajarkan Toilet Training

Proses toilet training memerlukan kesabaran, konsistensi, dan komunikasi yang terbuka antara Bunda dan Si Kecil. Langkah pertama yang penting adalah mengenalkan konsep toilet secara perlahan. Ajak ia menyaksikan bagaimana Ayah atau Bunda menggunakan toilet, lalu jelaskan secara sederhana dan ilmiah tanpa menggunakan istilah kiasan yang membingungkan. Ia akan cenderung belajar lewat meniru, sehingga contoh dari Bunda dan Ayah sangat berpengaruh.

Setelah ia mengenal toilet, pilih perlengkapan yang nyaman dan sesuai ukuran tubuhnya. Potty chair atau dudukan toilet yang tidak membuatnya takut akan membuat mereka lebih percaya diri. Biarkan ia mencoba duduk di potty dengan celana, kemudian tanpa celana. Kegiatan ini bisa dilakukan sebagai rutinitas setiap hari agar ia terbiasa. Buat suasana senyaman mungkin agar ia tidak merasa terpaksa atau tertekan.

Selanjutnya, tetapkan jadwal toilet training yang konsisten. Misalnya, ajak ia ke toilet setelah bangun tidur, setelah makan, atau sebelum tidur. Bila ia menghabiskan waktu di daycare, Bunda perlu berkoordinasi dengan pengasuh atau gurunya agar rutinitas tetap terjaga. Latih juga dirinya untuk bisa melepas dan memakai celananya sendiri, karena kemandirian ini sangat penting saat mereka mulai menggunakan toilet tanpa bantuan langsung.

Sepanjang proses, pastikan Bunda memberi apresiasi pada setiap pencapaian Si Kecil. Tak perlu hadiah besar, namun pujian tulus atau pelukan hangat sudah cukup untuk membuat anak merasa dihargai. 

Jika ia mengalami “kecelakaan”, hindari memarahinya. Alih-alih menghukum, bantu ia memahami bahwa ini bagian dari proses belajar, dan beri semangat untuk mencoba lagi. Ketika ia sudah konsisten tidak mengompol di siang hari, Bunda bisa mulai melatihnya di malam hari dengan membatasi cairan sebelum tidur. Ajak pula ia pergi ke toilet sebelum tidur.

Saat untuk melepas popok secara penuh akan tiba ketika ia sudah tidak mengompol selama beberapa malam. Biarkan ia memilih sendiri celana dalam favoritnya agar merasa lebih percaya diri. Rayakan momen ini sebagai pencapaian besar yang membuatnya bangga, bukan sebagai tekanan. Toilet training akan lebih berhasil jika dijalankan sebagai proses bersama, bukan tugas sepihak dari Bunda.

Dukungan NUTRISI Selama Toilet Training

Selama proses toilet training, penting bagi Bunda untuk menjaga keseimbangan NUTRISI Si Kecil agar saluran pencernaannya tetap sehat. Salah satu gangguan umum yang bisa menghambat keberhasilan toilet training adalah sembelit atau kesulitan buang air besar. Jika ia merasa sakit saat buang air besar, ia akan cenderung menolak toilet dan kembali meminta popok. Konsumsi makanan berserat, cairan yang cukup, dan NUTRISI tambahan seperti probiotik, akan dapat membantu melancarkan sistem cerna.

Beberapa anak juga mengalami perubahan pola makan saat memasuki usia balita, yang bisa memengaruhi proses buang air besar. Untuk itu, pastikan bahwa asupan hariannya tetap terpenuhi dengan baik. Pertimbangkan pemberian Susu yang Mengandung Probiotik untuk Pencernaan Si Kecil agar saluran cernanya tetap sehat selama masa toilet training.