Artikel Terbaru Artikel Terbaru

Cara Mudah Mengajarkan Toilet Training pada Anak

Morinaga Platinum ♦ 25 Februari 2022

Cara Mudah Mengajarkan Toilet Training pada Anak

Toilet training adalah proses melatih anak untuk belajar buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet dengan benar dan di waktu yang tepat. Tentu ini bukan pekerjaan gampang ya Bun dan banyak hal yang perlu dipersiapkan. 

Sebelum Bunda menerapkan hal ini, penting untuk mengetahui kapan waktu yang tepat mulai mengenalkan konsep ini pada Si Kecil. Selain itu, Bunda juga perlu mengenali tanda-tanda Si Kecil sudah siap menjalankan toilet training.

Dengan memahami semua ini akan sangat menentukan keberhasilan program toilet training yang Bunda jalankan. Untuk mempermudah Bunda dalam menjalankan hal ini, baca panduan berikut ini yuk.

Umur Berapa Sebaiknya Anak Mulai Toilet Training?

Setiap anak memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda, sehingga usia tidak bisa dijadikan sebagai patokan. Namun, umumnya anak siap untuk menggunakan toilet sendiri ketika usianya menginjak 1,5 atau 2 tahun.

Biasanya, anak perempuan memiliki ketertarikan yang lebih untuk mempelajari toilet training, sehingga anak perempuan mungkin akan lebih cepat paham dibandingkan anak laki-laki.

Berdasarkan studi dari Medical College of Wisconsin, anak perempuan sudah tidak mengompol pada siang hari di usia 32,5 bulan dan anak laki-laki tidak mengompol di usia 35 bulan. Sementara itu, anak perempuan menunjukkan ketertarikan pada toilet pada usia 24 bulan dan anak laki-laki berusia 26 bulan.

Tanda Anak Siap Toilet Training

Nah, untuk mengetahui kapan pastinya Si Kecil siap menggunakan toilet sendiri, cobalah lihat kesiapan fisik dan emosionalnya. Tanda-tanda anak siap secara fisik adalah ketika mereka mampu mengontrol keinginan untuk BAK dan BAB.

Selain itu, kesiapan fisik lain yang bisa menjadi pertanda anak siap toilet training adalah:

  • Adanya ekspresi yang menandakan anak sedang menahan BAK atau BAB
  • Popok kering saat bangun tidur atau setelah 2 jam pemakaian
  • Tidak BAB di popok saat malam hari
  • BAB akan terjadi pada waktu yang sama tiap harinya atau di waktu yang berbeda
  • Anak mampu melepas dan memakai pakaian serta mampu berkomunikasi dengan Bunda tentang pemakaian toilet

Berbeda dengan kesiapan fisik, kesiapan emosional butuh waktu yang lama. Berikut adalah tanda-tanda anak sudah siap toilet training secara emosional:

  • Menunjukkan tanda ketidaknyamanan ketika popoknya basah atau kotor dan meminta untuk diganti dengan yang baru
  • Lebih memilih memakai celana dalam ketimbang popok
  • Menunjukkan ketertarikannya ketika Anda memakai kamar mandi
  • Memberi tahu Anda saat merasa ingin buang air
  • Menghentikan aktivitasnya atau menjauh dari orang lain ketika sadar bahwa dirinya ingin BAK atau BAB, meski sedang menggunakan popok
  • Bersemangat mengikuti semua proses toilet training

Meski telah menunjukkan kesiapan fisik dan emosional, bukan berarti semua anak siap untuk menggunakan toilet sendiri. Ada sebagian anak yang belum siap melakukannya, terutama jika mereka merespons setiap permintaan orang tua dengan kata “tidak”.

Jika ini dialami, langkah terbaiknya adalah berkonsultasi kepada dokter atau berbagi pengalaman dengan orang tua atau teman yang pernah mengalami keluhan yang serupa.

Sebaiknya Bunda tidak memaksakan Si Kecil untuk menggunakan toilet sendiri ketika ia menolak atau belum siap. Pasalnya, pemaksaan yang Anda lakukan bisa memicu stres yang justru bisa memperlambat kesiapannya melepas popok.

Cara Mengajarkan Anak Toilet Training

Bukanlah suatu hal yang mudah untuk mengajarkan Si Kecil terkait menggunakan toilet sendiri. Terkadang Si Kecil akan rewel dan ngompol di celana. Akan tetapi, Bunda dapat menggunakan beberapa tips berikut untuk mengajarkan toilet training pada Si Kecil:

1. Memperkenalkan Anak tentang Toilet

Pada umumnya, Si Kecil belajar dengan cara meniru. Ia pasti mengamati Bunda atau Ayah pergi ke toilet. Saat itulah Bunda bisa menjelaskan konsep dasar dari penggunaan toilet.

Pastikan Bunda menggunakan bahasa yang ilmiah ketika menjelaskan anatomi tubuh. Penggunaan bahasa kiasan atau panggilan yang lucu untuk alat kelamin dapat mengesankan bahwa alat vitalnya memalukan untuk disebut.

2. Pastikan Bunda Sabar

Kunci utama dalam mengajarkan penggunaan toilet adalah kesabaran, karena proses belajarnya tentu memerlukan waktu. Bunda bisa membuat kegiatan toilet training ini menjadi menyenangkan, misalnya sambil mengajak Si Kecil berinteraksi dan beritahu Si Kecil untuk utarakan apabila ia hendak buang air kecil atau buang air besar.

3. Beli Perlengkapan Toilet Training yang Tepat

Bunda bisa mengenalkan Si Kecil pada potty dan pilihan ukuran potty yang pas untuk Si Kecil, agar ia lebih mudah dan aman dalam menggunakannya. Cobalah ajak Si Kecil untuk duduk di toilet dengan celananya. Setelah beberapa minggu, ajak Si Kecil mencoba duduk di toilet tanpa celana.

4. Tetapkan Jadwal Toilet Training

Membiasakan Si Kecil melepaskan popoknya sangat bergantung pada jadwal hariannya, apakah ia menghabiskan harinya di rumah, di daycare atau sekolah. Bila iya, maka Bunda perlu berkoordinasi tentang toilet training Si Kecil dengan guru ataupun pengasuhnya.

5. Ajarkan Si Kecil Melepas Popok atau Celananya

Bunda harus memutuskan metode apa yang digunakan untuk melepas popoknya. Apakah mengganti popok sesekali dengan celana dalam atau langsung mengganti popok dengan celana secara penuh waktu. Pilihlah keputusan terbaik yang memberikan kenyamanan bagi Si Kecil dan Bunda.

Saat Bunda sudah melepaskan popoknya, coba tanyakan Si Kecil apakah celananya kering? Apabila Bunda menemukan celananya basah, jangan menghukumnya karena ia masih dalam proses belajar. Bunda bisa terus mengingatkan Si Kecil untuk minta bantuan ke toilet saat ingin buang air kecil atau buang air besar.

6. Rayakan Setiap Pencapaian

Cobalah untuk merayakan setiap momen ketika Si Kecil dapat menggunakan toilet dengan benar. Jadikan ini pencapaian yang berarti bagi Bunda dan Si Kecil. Bunda tidak perlu membuat perayaan ini secara besar-besaran, cukup mengapresiasi Si Kecil dengan ucapan dan memasakkan makanan kesukaannya.

7. Latihan Toilet Training di Malam Hari

Ketika si Kecil telah berhasil tidak mengompol di siang hari, waktunya Bunda mengajaknya berlatih di malam hari. Biasanya ini memerlukan waktu yang lebih lama. Menurut The National Institutes of Health di Amerika Serikat mengompol di malam hari biasa terjadi pada anak usia 2-5 tahun dengan angka kejadian 5 juta anak di seluruh dunia.

8. Tinggalkan Popok

Bila Si Kecil berhasil tidak mengompol selama 3 hingga 5 malam, ini waktunya Bunda mengucapkan selamat tinggal pada popok. Pujilah Si Kecil atas pencapaiannya, dan di masa ini Si Kecil sudah berhasil menggunakan toilet sendiri.

Jika Bunda terus memaksa Si Kecil untuk menggunakan toilet sendiri, maka Si Kecil akan menahan untuk buang air kecil ataupun air besar karena takut dimarahi ataupun diomeli.

Hal itu tentu saja akan menimbulkan dampak negatif pada Si Kecil seperti, trauma, infeksi saluran kemih, mengganggu hubungan baik Bunda dan Si Kecil, serta lainnya. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, ajarkan toilet training hanya pada saat Si Kecil sudah siap.

Manfaat Toilet Training pada Anak 

Berikut adalah beberapa manfaat dari toilet training:

  • Meningkatkan Kemandirian Anak: Melalui toilet training, anak mulai memahami tanggung jawabnya dalam merawat diri sendiri, yang merupakan langkah awal dalam pembentukan karakter dan rasa kemandirian.
  • Menghemat Biaya Popok: Toilet training membantu mengurangi atau menghilangkan kebutuhan akan popok, sehingga berdampak positif pada penghematan biaya rumah tangga.
  • Mengajarkan Disiplin dan Rutinitas: Proses ini memerlukan konsistensi dan rutinitas, sehingga anak diajarkan untuk mengikuti jadwal dan mendengarkan sinyal dari tubuhnya, yang berguna dalam pembentukan disiplin diri.
  • Siap untuk Bersekolah: Kemampuan untuk menggunakan toilet dengan benar adalah salah satu persiapan penting sebelum anak masuk ke taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Agar anak bisa berkomunikasi pada guru terkait keinginan mereka untuk ke toilet.

Cobalah untuk terus mengedukasinya dan memberinya sebuah penghargaan apabila Si Kecil sudah berhasil menggunakan toilet sendiri. Namun, apabila Si Kecil terus menolak toilet training ketika ia sudah mencapai usia 4 tahun, cobalah untuk konsultasikan hal tersebut ke dokter.

Referensi:

  • Mayo Clinic. Potty training: How to get the job done. Diakses pada tanggal 20 November 2023. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/potty-training/art-20045230
  • NHS. How to potty train. Diakses pada tanggal 20 November 2023. https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/potty-training-and-bedwetting/how-to-potty-train/
  • Hopkins Medicine. Toilet Training. Diakses pada tanggal 20 November 2023. https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/toilettraining