Momen-momen ketika Si Kecil pertama kali tersenyum, marah, atau bahkan menunjukkan rasa empati adalah tahapan penting yang mencerminkan perkembangan emosi mereka.
Artikel berikut ini akan mengajak Bunda untuk mempelajari lebih jauh bagaimana emosi Si Kecil berkembang, tahapannya, dan bagaimana cara yang dapat Bunda lakukan untuk mendukung mereka dalam menghadapi setiap tantangan emosional yang muncul. Simak selengkapnya, yuk.
Perkembangan emosi anak adalah peningkatan kemampuan anak untuk mengelola dan mengekspresikan emosi, baik emosi positif maupun negatif.
Emosi sendiri adalah perasaan yang dialami individu ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi tertentu. Kata emosi berasal dari bahasa Inggris, yaitu emotion, yang bermakna perasaan hati.
Biasanya perkembangan emosi pada anak usia dini diiringi dengan perkembangan sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Seiring bertambahnya usia, perkembangan emosi Si Kecil akan semakin berkualitas sesuai dengan pencarian jati diri.
Dilansir dari Rasmussen University, setidaknya terdapat tiga tahapan krusial perkembangan emosional anak usia dini yang perlu Bunda ketahui, yaitu tahapan mengenali emosi, mengekspresikan emosi, hingga yang terakhir, mengendalikan emosi. Berikut masing-masing penjelasannya.
Pada tahap ini, Si Kecil mulai mengenal dunia di sekitarnya. Mereka belajar membedakan antara hal-hal yang menyenangkan dan yang tidak. Misalnya, mereka merasa senang saat dipeluk dan tidak nyaman dengan popok yang penuh atau basah. Cara Si Kecil menangis dan bergumam adalah bentuk komunikasi awal mereka.
Untuk membantu Si Kecil di tahap ini, Bunda dapat menciptakan lingkungan yang aman dan konsisten. Lingkungan yang stabil dan penuh kasih ini memungkinkan Si Kecil merasa percaya diri untuk menjelajah dan mengekspresikan diri.
Cara lain untuk mendukung tahap ini adalah dengan membiarkan Si Kecil menenangkan diri dengan cara mereka sendiri, seperti mengisap jempol. Ini adalah bagian penting dari pengaturan emosi.
Selain itu, sangat membantu jika Bunda menunjukkan emosi secara terbuka. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka. Ketika Bunda menunjukkan cara mengelola emosi, Si Kecil juga akan belajar dari contoh tersebut.
Di usia 2 hingga 3 tahun, Si Kecil mulai mengekspresikan emosi dengan berbagai cara. Mereka mungkin menggambar untuk mengekspresikan perasaan atau mengalami tantrum saat frustasi. Ini adalah tahap penting di mana Si Kecil belajar tentang ekspresi emosi.
Bunda, saat Si Kecil mengalami tantrum, penting untuk tetap tenang. Bantu mereka mengarahkan emosi mereka dengan cara yang penuh empati dan kejelasan.
Ajari Si Kecil untuk menggunakan kata-kata dalam mengungkapkan perasaan mereka, seperti mengatakan "Aku marah karena ..." Ini akan membantu mereka memahami dan mengelola emosi mereka daripada hanya meluapkannya.
Berikan pujian atas kemajuan Si Kecil dalam mengekspresikan diri. Misalnya, jika mereka berhasil mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata, tunjukkan apresiasi Bunda. Ini akan membangun kepercayaan diri mereka dan mendorong perkembangan emosional mereka lebih lanjut.
Pada usia 3 hingga 5 tahun, Si Kecil memasuki lingkungan baru di jenjang pendidikan prasekolah. Mereka akan mengembangkan keterampilan untuk mengelola emosi secara mandiri. Ini adalah tahap penting di mana Si Kecil belajar menghadapi tantangan dan mengelola emosi dalam konteks sosial.
Bunda dapat mengajarkan strategi seperti mencari tempat tenang, bernapas dalam-dalam, atau mewarnai buku untuk membantu Si Kecil mengatasi emosi mereka. Cobalah praktikkan strategi ini bersama Si Kecil. Menjadi contoh yang baik dalam menghadapi emosi akan sangat membantu mereka. Ingin tahu penjelasan lengkap mengenai tips mengendalikan emosi Si Kecil? Yuk baca artikel berikut: Mengenal Penyebab Anak Pemarah dan Cara Mengatasinya
Penting juga untuk memiliki ekspektasi yang realistis. Mengharapkan terlalu banyak dari Si Kecil dapat menimbulkan frustasi bagi keduanya. Dalam tahap ini, validasi Bunda terhadap perasaan Si Kecil sangat penting.
Dengan mengakui emosi yang sedang Si Kecil rasakan, Bunda membantu Si Kecil memahami bahwa setiap perasaan adalah normal dan mengajarkan cara yang sehat dalam meresponnya.
Bunda, terdapat tiga karakteristik penting dalam perkembangan emosional anak usia dini berdasarkan modul Perkembangan Anak Usia Dini dari Kemdikbud, antara lain:
Kemampuan Si Kecil untuk mengenali kemampuan mereka sendiri. Ini termasuk memahami perasaan mereka dan mengendalikan diri dalam berbagai situasi. Selain itu, kesadaran diri juga berarti Si Kecil bisa menyesuaikan diri dengan orang lain, sehingga mereka bisa berinteraksi dengan baik dalam lingkungan sosial.
Ini mencakup kesadaran Si Kecil terhadap hak-hak mereka sendiri dan orang lain. Mereka juga belajar untuk mentaati aturan, mengatur diri sendiri, dan bertanggung jawab atas perilaku mereka. Rasa tanggung jawab ini penting untuk membantu mereka bertindak demi kebaikan bersama.
Kemampuan Si Kecil untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Ini termasuk memahami dan merespon perasaan orang lain, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang lain. Dengan bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan, Si Kecil akan dapat membangun hubungan yang harmonis dengan orang di sekitar mereka.
Reaksi Si Kecil pada segala sesuatu yang terjadi setiap hari akan mempengaruhi perkembangan emosi mereka secara alami. Si Kecil akan berkembang dengan mengetahui apa yang terjadi pada diri sendiri, reaksi orang lain, lingkungan sekitar hingga mengembangkan emosi dalam diri sendiri. Tentu perlu bimbingan dan pendidikan dari orang tua agar Si Kecil bisa meningkatkan perkembangan emosi ke arah yang lebih positif.
Tidak heran bila ada anak yang mengalami gangguan kesehatan mental karena faktor lingkungan, karakter orang tua dan berbagai hal negatif yang ia alami sejak usia dini.
Nah, demi menjaga perkembangan emosi Si Kecil agar bisa berkembang lebih baik, sebaiknya Bunda mengetahui beberapa faktor perkembangan emosi anak sesuai rentang usia mereka sebagai berikut:
Kesiapan mental setiap anak berbeda sesuai dengan usia masing-masing, tetapi anak usia dini sekitar 2-7 tahun akan mengalami tahap perkembangan kognitif seperti egosentrisme cukup kuat, gagasan dan imajinasi baik, pemikiran intuitif yang merangsang tindakan langsung, belum bisa berpikir rasional yang memicu tingkat kenakalan pada usia 4-5 tahun, sikap agresif, dan tantrum. Agar Bunda dapat menangani tantrum dengan tepat, baca artikel berikut yuk: Cara Efektif Mengatasi Anak Tantrum dan Ciri Umumnya
Orang tua harus selalu memantau dan mendidik anak sesuai dengan kronologis usia. Keseimbangan emosi bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak lebih matang. Tentu orang tua harus memahami apa yang terjadi dan tidak semata-mata langsung memarahi anak saja. Anak usia dini memang acap kali mengalami tantrum, letupan kemarahan tidak terkendali, menjerit, melempar barang, memukul, berguling, dan lain-lain. Hal ini sangat wajar terjadi.
Bila Si Kecil sudah melakukan tindakan yang terlalu agresif, mengeluarkan kata kasar atau sengaja melanggar perintah dan larangan orang tua, maka langkah terbaik adalah mencoba mengajak Si Kecil berbicara baik-baik. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti tanpa intonasi nada tinggi, serta jangan lupa untuk memberikan contoh konkrit. Pada tahap belajar ini, orang tua perlu mendukung metode trial dan error, meniru, identifikasi, mengkondisikan perilaku dengan lingkungan sekitar, dan berlatih memberi reaksi.
Menangani Si Kecil yang sedang tantrum, perlu dilakukan secara berhati-hati. Bunda bisa mempelajari cara penangannya secara mendalam di artikel berikut: Cara Mengatasi Anak Tantrum Dengan Efektif
Anak-anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda sehingga berpengaruh dalam perkembangan emosi sejak usia dini. Jadi, Bunda tidak perlu khawatir jika Si Kecil mengalami tahapan perkembangan emosi yang berbeda dari teman sebayanya.
Perlu diketahui, perkembangan emosi anak perempuan bisa lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Hal ini sedikit banyak dipicu oleh faktor hormonal, perbedaan peran, dan lingkungan sosial.
Perlu dukungan dan peran orang tua yang lebih besar untuk menumbuhkan motivasi serta semangat pada anak yang terlahir dalam kondisi ekonomi kurang memadai atau faktor fisik yang kurang sempurna. Pasalnya, perkembangan emosi anak dengan status ekonomi dan kondisi fisik baik bisa lebih maksimal dibandingkan dengan anak yang mengalami masalah status ekonomi atau faktor ketidakpercayaan pada kondisi fisik tertentu.
Pola asuh orang tua atau lingkungan mempengaruhi perkembangan emosi Si Kecil sejak usia dini. Pada orang tua yang memiliki karakter tipe keras, biasanya anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sama, begitu pula dengan tipe pengasuhan lainnya. Setiap orang tua tentu memiliki pertimbangan sendiri dalam mendidik buah hatinya, tetapi Bunda juga harus memperhatikan pola asuh demokratis dan harmonis agar Si Kecil memiliki kecerdasan emosi yang baik.
Apakah Bunda sudah tahu pola asuh apa saja yang perlu Bunda hindari untuk Si Kecil? Bunda bisa cek artikel berikut yaa untuk penjelasan lengkapnya: 5 Pola Asuh Negatif yang Harus Dihindari Agar Si Kecil Berkarakter Baik
Contoh perkembangan emosi anak bisa Bunda lihat dari tingkah laku Si Kecil yang awalnya pemalu menjadi lebih berani. Mulai suka bercerita pada orang tua, memiliki rahasia dan berbagi dengan teman sebaya, hingga bisa mengambil keputusan sendiri.
Tentu ada masalah yang kerap dialami Si Kecil selama tahap tumbuh kembang emosi tersebut, seperti mengalami kesulitan belajar, gangguan kecemasan, merasa kurang percaya diri, perilaku yang berubah, dan lain-lain. Bunda harus membantu anak mengendalikan emosi di mana pun berada, ya!
Setiap anak memiliki perkembangan emosi yang berbeda, sehingga perlu pengawasan orang dewasa untuk mengoptimalkannya. Pada anak yang menjadi peserta didik di sekolah, peran orang tua digantikan guru selama berada di lingkungan sekolah untuk meningkatkan perkembangan emosi, sosial dan moral mereka. Pada tahapan ini, Si Kecil akan belajar tentang lingkungan sosial, lingkar pertemanan, perkembangan kesadaran pada identitas diri, dan lain-lain.
Selama proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru akan membantu Si Kecil memiliki perkembangan dalam berbagai aspek lewat metode pendidikan, ceramah, realisasi langsung, pendidikan karakter, sikap dan moral yang baik. Tentu apa yang diajarkan guru harus kembali Bunda tekankan di rumah agar Si Kecil bisa tumbuh menjadi pribadi yang unggul dan positif.
Dikutip dari Children’s Therapy and Family Resource Centre, perkembangan emosional anak merupakan salah satu tahap tumbuh kembang untuk bisa mengendalikan emosinya sendiri dan juga untuk berinteraksi dengan orang lain.
Adapun contoh perkembangan sosial emosional anak sendiri meliputi sebagai berikut ini:
Tidak bisa dipungkiri, interaksi dengan orang lain sangat mempengaruhi perkembangan sosial emosional Si Kecil, sehingga Bunda harus menjadi rekan yang baik agar Si Kecil mau untuk belajar beradaptasi, memberikan reaksi dan bersikap baik.
Tidak lupa, berikan contoh nyata yang positif agar perkembangan emosi Si Kecil bisa lebih maksimal dan tidak menjadi pribadi yang tertutup atau kurang bergaul dengan teman dan lingkungan sekitar.
Perkembangan emosi Si Kecil di atas, akan berkaitan dengan psikologi perkembangan anak yang melibatkan emosi dan kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan perasaan mereka.
Oleh karena itu Bunda harus memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai psikologi perkembangan anak, apa saja faktor yang memengaruhi dan bagaimana tahapannya. Informasi selengkapnya, silakan kunjung artikel berikut: Psikologi Perkembangan Anak: Ketahui Faktor dan Tahapannya
Referensi
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel 3 Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?