Obesitas pada Si Kecil merupakan kelainan serius yang dapat berdampak jangka panjang pada berbagai aspek perkembangannya. Pada balita, kenaikan berat badan yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhannya dan mengurangi rasa percaya dirinya. Mari simak penjelasannya di sini, Bunda.
Obesitas pada Si Kecil dapat memperlambat perkembangan emosional melalui mekanisme gangguan mood yang dapat terjadi akibat seringnya ia mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur ini umum terjadi karena ia mengalami sleep apnea yang banyak terjadi pada anak-anak dengan obesitas.
Sleep apnea yang disebabkan kesulitan bernafas karena akumulasi lemak di tubuhnya mengakibatkan ia sering terbangun di malam hari. Dampaknya, tidurnya pun menjadi kurang, dan pada siang hari, ia menjadi cepat lelah karena mengantuk.
Ia akan sulit menerima dirinya yang cepat mengantuk ini, sehingga menyebabkan mood-nya menjadi sering negatif. Efeknya, ia akan sering mengeluarkan emosi yang negatif pula dan mengelola emosinya akan menjadi pekerjaan yang cukup menantang.
Si Kecil yang kelebihan berat badan juga dapat mengalami gangguan pada perkembangan sosialnya karena ia cenderung kurang percaya diri.
Obesitas yang dideritanya dapat membuatnya lebih lambat dalam bergerak, daripada anak-anak lain yang memiliki berat badan ideal. Ini menyebabkannya menjadi sering merasa minder, dan kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam bermain dengan anak-anak lain.
Anak-anak yang mengalami obesitas dan terlahir dari Bunda atau Ayah yang memiliki asma, mungkin juga akan lebih sering memiliki asma pula. Akibatnya, ia sering sesak nafas atau mengeluarkan mengi ketika bernafas, yang menyebabkannya harus mengantisipasi dengan membawa-bawa inhaler. Hal ini akan menyulitkannya ketika ia berada dalam situasi bergabung bersama anak-anak yang sehat, karena ia menjadi anak yang memiliki keterbatasan.
Berat badan yang berlebihan juga dapat menghambat perkembangan motorik Si Kecil. Obesitas dapat menyebabkan masalah pada rangka, misalnya menimbulkan penyakit juvenile idiopathic arthritis. Pada penyakit ini, sendi-sendinya kaku karena jarang melakukan aktivitas fisik sebagai akibat dari obesitasnya, sehingga gerakannya pun menjadi terbatas pula.
Kelainan ini akan mengurangi kemampuannya untuk berpartisipasi dalam aktivitas sederhana yang sesuai usianya, seperti berlari, melompat, atau sekedar bermain dengan anak-anak lain.
Obesitas pun dapat mengganggu perkembangan tulang, sehingga ia akan berisiko lebih tinggi mengalami kelainan pada bentuk tulangnya. Seiring berjalan waktu, ia akan lebih jarang melakukan aktivitas fisik yang semakin memperlambat keterampilan motoriknya.
Bunda, untuk melindungi Si Kecil dari dampak obesitas ini, Bunda harus memperhatikan asupan nutrisinya.
Salah satu langkah sederhana yang dapat Bunda lakukan adalah menyeleksi susu pertumbuhan yang biasa Bunda berikan, supaya susu yang diminumnya tidak mengandung gula yang berlebihan. Gula yang berlebihan akan dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan lemak dalam tubuhnya, yang tentu akan memperparah obesitas jika ia jarang sekali beraktivitas fisik.
Memilih susu pertumbuhan yang rendah gula akan membatasinya dari asupan sumber kalori yang berlebihan, tetapi masih menyediakan nutrisi penting untuk tumbuh kembangnya. Seperti apa susu yang rendah gula ini? Mari simak jenis susunya di sini, Bunda: Rekomendasi Susu Pertumbuhan Rendah Gula untuk Si Kecil.
Referensi:
OrthoInfo. The Impact of Childhood Obesity on Bone, Joint, and Muscle Health. Diakses 21 Agustus 2024. https://orthoinfo.aaos.org/en/staying-healthy/the-impact-of-childhood-obesity-on-bone-joint-and-muscle-health/
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Dampak Obesitas pada Berbagai Aspek Perkembangan Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?