Bunda, tantrum atau mengamuk adalah hal yang umum dialami oleh anak. Namun hal ini perlu diperhatikan agar anak tidak tumbuh jadi sosok yang pemarah. Marah pada anak bisa dipicu berbagai alasan, dari mulai merasa frustrasi karena tidak bisa melakukan sesuatu atau marah tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Namun, jika mengamuk berulang kali terjadi atau Si Kecil betul-betul tidak bisa mengontrol emosinya, ini mungkin tanda bahwa ia memiliki masalah perilaku. Simak selengkapnya untuk mengetahui penyebab dan cara mengatasi anak yang pemarah.
Apabila Si Kecil rutin marah, ini biasanya gejala dari tekanan emosional. Langkah pertama penanganannya adalah mencari tahu pemicu perilaku marah tersebut. Ada beberapa kondisi yang mungkin melatarbelakangi mengamuknya Si Kecil, antara lain ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), anxiety (kecemasan), Si Kecil sering merasa diabaikan di rumah, mengalami gangguan belajar, atau autis.
Jika penyebab marah anak karena kondisi ADHD, ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk membantu menenangkannya. Cara detail penanganan anak dengan kondisi ini, yuk Bun kenali: Tanda ADHD dan penanganannya.
Selain itu, anak pemarah juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan. Seperti trauma, ketidakharmonisan keluarga, kesulitan dengan tugas sekolah, dibully teman-temannya, ataupun pola asuh yang terlalu keras bisa menyebabkan anak menjadi pemarah sehari-harinya. Untuk mengetahui pemicu pastinya, Si Kecil harus menjalani pemeriksaan fisik dan psikologis dari dokter spesialis anak dan ahli psikiatri.
Bunda juga perlu membedakan apakah Si Kecil memang mudah marah atau hanya sesekali tantrum saja. Yuk, Bunda, pelajari dulu tentang tantrum ini di sini: Fase Tantrum pada Anak dan Cara Mengatasinya
Lantas bagaimana dengan Si Kecil yang tidak sering mengamuk tetapi menemui kesulitan mengontrol emosinya? Tingkat temperamen anak memang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beragam hal, misalnya faktor genetik serta faktor lingkungan seperti keluarga atau komunitas sekitar.
Sikap Si Kecil yang pemarah bisa saja dipengaruhi oleh pola asuh serta hubungan antara Ayah, Bunda, dan Si Kecil. Pelajari lebih lanjut tentang autis dengan membaca konten berikut, yuk: Ciri-ciri Anak Autis yang Harus Bunda Ketahui
Ada beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh Ayah dan Bunda untuk menangani Si Kecil yang memiliki sifat pemarah, antara lain:
Ayah dan Bunda harus mengenal sifat dan karakter Si Kecil. Kenali juga kelebihan dan kekurangan anak. Dengan demikian Ayah dan Bunda akan lebih mudah memahami perasaan Si Kecil. Bantu Si Kecil memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dan ajarkan bagaimana cara meningkatkan kelebihannya serta mengatasi kekurangannya.
Di dalam keluarga, Ayah dan Bunda harus memiliki pola asuh sama dan tidak bertolak belakang. Pola asuh yang bertolak belakang membuat Si Kecil bingung. Diskusikan dulu permintaan Si Kecil sebelum memutuskan sesuatu. Jangan sampai Ayah melarang sesuatu, namun Bunda memperbolehkannya ataupun sebaliknya.
Agar Ayah dan Bunda memiliki pola asuh yang sama, terlebih dahulu kenali apa saja pilihan pola asuh serta apa kekurangan dan kelebihannya. Setelah itu tentukan mana yang paling tepat untuk mendukung tumbuh kembang Si Kecil. Untuk membantu Ayah dan Bunda mengenali pola asuh yang tepat, yuk cari tahu lebih detail: 4 jenis pola asuh pada anak.
Marah merupakan ekspresi emosi Si Kecil. Jika anak sedang marah, tunjukkan sikap pengertian dan mendengarkan keluhannya. Tanya apa yang membuatnya merasa marah, kemudian tanya juga bagaimana menurutnya solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
Jika memang menurut Ayah dan Bunda solusi tersebut sesuai, maka turutilah. Jika solusi yang diberikan tidak sesuai, berikanlah pengertian mengapa hal itu tidak boleh dilakukan. Jangan menghadapi kemarahan Si Kecil dengan kemarahan pula.
Si Kecil akan mengikuti sikap juga perilaku Ayah dan Bunda. Jika Ayah atau Bunda pemarah, maka ubahlah sifat tersebut agar Si Kecil tidak mengikuti. Beri Si Kecil perhatian, kasih sayang, dan pengertian yang cukup namun tetap tegas, agar ia tetap menghormati Ayah dan Bunda.
Mengontrol emosi anak agar tidak mudah marah adalah proses yang membutuhkan kesabaran dan pemahaman. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu mengontrol emosi anak agar tidak mudah marah:
Bantu anak mengenali dan memahami emosi mereka sendiri. Ajarkan mereka istilah-istilah emosi seperti senang, sedih, marah, dan kecewa. Dorong anak untuk mengungkapkan emosi mereka dengan kata-kata sehingga mereka dapat mengenali dan mengungkapkannya dengan cara yang lebih sehat.
Ajarkan anak teknik-teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, menghitung hingga sepuluh, atau memvisualisasikan tempat yang tenang. Menggunakan strategi ini dapat membantu anak menenangkan diri saat mereka mulai merasa marah atau frustrasi.
Berikan waktu untuk mendengarkan anak ketika mereka sedang marah atau frustasi. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tunjukkan empati pada perasaan mereka. Bicarakan masalah dengan mereka secara tenang dan cari solusi bersama.
Dorong anak untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan mereka dengan kata-kata. Bantu mereka mempelajari cara mengekspresikan diri dengan cara yang sehat dan sopan. Berikan contoh-contoh kalimat yang bisa mereka gunakan untuk menyatakan apa yang mereka rasakan.
Berikan penghargaan dan pujian ketika anak berhasil mengendalikan emosi mereka atau menunjukkan perilaku yang lebih baik. Hal ini memperkuat perilaku positif dan memberikan motivasi untuk mengontrol emosi dengan lebih baik di masa depan.
Lalu, apa saja tanda masalah perilaku pemarah yang harus diwaspadai oleh Ayah dan Bunda? Simak berikut ini:
Kurangnya peran Ayah dan Bunda dalam pendidikan mental dan emosional pada usia dini akan berdampak pada kondisi mental Si Kecil di masa mendatang. Ini bisa menyebabkan Si Kecil menjadi minder, pemarah, krisis kepercayaan atau malu.
Melatih Si Kecil sejak dini akan mengubah sifat pemarahnya dengan perlahan sehingga ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Mengenal Penyebab Anak Pemarah dan Cara Mengatasinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?