Tumbuh Kembang

Mengoptimalkan Perkembangan Emosi Si Kecil di Usia SD

Morinaga Platinum - 11 Maret 2025

Mengoptimalkan Perkembangan Emosi Si Kecil di Usia SD

Pada masa Si Kecil memasuki sekolah dasar, masa ini merupakan fase penting dalam hidupnya. Si Kecil mulai belajar mengenali dan mengelola beragam perasaan yang lebih rumit. Mulai dari rasa bangga ketika meraih prestasi di sekolah hingga perasaan kecewa saat menghadapi kegagalan. Tahapan ini tidak hanya membentuk karakter, tetapi juga membangun dasar kepercayaan dirinya untuk masa mendatang.

Bunda juga bisa menemukan cara untuk  mendukung proses ini agar ia tumbuh menjadi pribadi yang tangguh secara emosional dan siap menghadapi tantangan hidup dengan percaya diri. Dengan pribadi yang kuat, maka ia akan mencapai Tumbuh Kembang Optimal sebagai #GenerasiPlatinum.

Perkembangan Emosi di Usia Sekolah Dasar

Memasuki usia 7 tahun, Si Kecil mulai mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang beragam emosi, seperti rasa malu, bangga, dan bersalah. Pada usia ini, ia tidak hanya merasakan emosi dasar seperti lapar atau lelah, tetapi juga merasakan emosi sebagai respons terhadap pencapaian pribadinya atau pengalaman sosial. Misalnya, ia bisa merasa bangga saat menyelesaikan tugas sekolahnya dengan baik. Namun, ketika mendapat pujian dari teman-temannya, ia dapat merasakan campuran antara bahagia sekaligus rasa malu.

Pemahaman emosi yang kian berkembang ini membuatnya mulai peka terhadap bagaimana orang lain merespons dirinya. Ia mulai memperhatikan komentar, kritik, dan pujian, yang pada akhirnya membentuk harga dirinya. Pujian dan dorongan positif dapat meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan rasa bangga. Sebaliknya, kritikan tajam atau kurangnya dukungan Bunda saat ia merasa sedih juga dapat mengganggu rasa percaya dirinya.

Keberhasilan dalam mengerjakan tugas, seperti menjawab soal matematika yang sulit atau menuntaskan proyek prakarya di sekolah, dapat memberikan rasa pencapaian dan memperkuat kepercayaan diri. Namun, kegagalan yang tidak diiringi dengan dukungan atau penghiburan dapat membuatnya menilai kurang mampu, yang akan dapat menurunkan rasa percaya diri dan menumbuhkan perasaan bersalah atau minder.

Peran ATENSI dan pendampingan dari Bunda sangat dibutuhkan dalam tahap ini. Dengan memberikan perhatian, mendengarkan, dan menanggapi emosinya secara positif, Si Kecil akan belajar bahwa semua perasaan yang muncul adalah hal yang wajar dan dapat dikelola dengan baik. Pendampingan yang tepat juga mengajarkannya bahwa keberhasilan dan kegagalan adalah bagian dari kehidupan, sehingga ia dapat menghadapinya dengan hati yang lebih tangguh.

Pengaruh Pola Asuh terhadap Regulasi Emosi

Pola asuh yang diterapkan di rumah sangat memengaruhi kemampuan Si Kecil dalam mengatur emosinya. Berdasarkan penelitian di Indonesia yang diterbitkan pada jurnal Mind Set, anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh yang lebih mendukung, misalnya dengan pendekatan otoritatif, cenderung lebih baik dalam mengatur emosi. Pola asuh ini memberikan keseimbangan antara disiplin, aturan yang jelas, dan kasih sayang. Si Kecil yang dibesarkan dengan pola asuh ini akan terbiasa mengobrol dan merasa didengarkan, yang membantunya untuk memahami dan mengelola perasaannya dengan baik.

Dalam pola asuh ini, Bunda harus sering mendengarkannya, memberikan pujian atas usaha atau proses yang dilalui, dan membantunya mengenali ragam emosi seperti sedih, marah, atau kecewa. Ia akan belajar menenangkan diri atau mengatasi tekanan dengan cara yang positif. Misalnya, ketika ia mulai menangis karena kesulitan menyelesaikan tugas, Bunda dapat menenangkannya dengan pelukan dan kata-kata yang lembut, lalu mencari solusi bersama agar ia bisa mencoba kembali dengan lebih percaya diri.

Sebaliknya, pola asuh yang terlalu keras (otoriter) atau terlalu longgar (permisif), dapat menghambatnya dalam memahami dan mengontrol emosinya. Jika ia selalu diperintahkan tanpa penjelasan, atau jika segala hal dibiarkan tanpa aturan yang jelas, ia akan kesulitan membangun regulasi emosinya. Akibatnya, ia dapat menjadi mudah frustasi, cemas, atau bahkan menarik diri dari interaksi sosial karena tidak terbiasa berempati atau menakar respons orang lain.

Kehadiran Bunda dengan bimbingan emosional yang penuh kasih akan sangat membantunya mengatur emosi. Bimbingan ini menuntunnya untuk memahami perasaannya sendiri serta menghargai perasaan orang lain, yang akan mempermudah interaksinya di lingkungan sosial.

Keterkaitan Keturunan dengan Perkembangan Emosi

Faktor keturunan atau genetik juga dapat memengaruhi cara Si Kecil mengelola emosinya. Jika Bunda cenderung mudah merasa cemas, mungkin ia juga akan merasa hal yang sama dalam situasi tertentu. Sebaliknya, jika Bunda lebih tenang dan sabar, ia juga akan meniru sikap tersebut.

Lingkungan tempatnya tumbuh memiliki peranan lebih besar daripada keturunan dalam memengaruhi perkembangan sifat-sifat bawaan ini. Misalnya, meski ia mungkin cenderung cemas, tetapi dengan dukungan emosional yang baik dan komunikasi yang terbuka, ia dapat belajar mengelola kecemasannya dengan cara yang lebih positif. Sebaliknya, jika lingkungan tidak mendukung, ia juga akan kesulitan menjadi lebih tenang.

Bunda tetap menjadi kunci dalam mengarahkan perkembangan emosinya. Dukungan yang konsisten mampu membantunya melewati tantangan emosional, meskipun faktor keturunan tidak selalu menguntungkan. Dengan pendekatan yang penuh kasih dan positif, Bunda bisa memaksimalkan POTENSI-nya agar tetap dapat menyesuaikan diri secara emosional dengan baik.

Pengaruh Kesehatan pada Kemampuan Mengatur Emosi

Kesehatan fisik sangat memengaruhi kemampuan Si Kecil untuk mengelola emosinya. Ketika tubuhnya sehat, sistem tubuhnya bekerja dengan optimal, memungkinkannya untuk fokus mengelola perasaan dan menghadapi tantangan dengan lebih baik. Kesehatannya akan memberinya cukup energi untuk berpikir jernih, sehingga lebih siap menghadapi tantangan emosi sehari-hari.

Sebaliknya, gangguan kesehatan fisik juga akan dapat mengganggu kestabilan emosinya. Kondisi fisik yang lemah, seperti kelelahan, sakit, atau gangguan tidur, dapat mengganggu konsentrasi dan mempengaruhi mood, menjadikannya lebih mudah marah, rewel, atau sedih. Oleh karena itu, memastikan kesehatan fisiknya adalah langkah pertama dalam mengatur emosinya.

Masalah kesehatan seperti kelelahan atau kurangnya asupan NUTRISI juga dapat memengaruhi stabilitas emosi Si Kecil. Jika ia kekurangan vitamin dan mineral esensial, tubuhnya mungkin akan bereaksi dengan munculnya rasa mudah lelah, sulit berkonsentrasi, dan perubahan suasana hati yang cepat. Begitu juga jika ia tidak mendapatkan cukup waktu beristirahat, ia bisa menjadi lebih cepat gelisah atau tersinggung.

Asupan yang mendukung kesehatan otak, seperti minyak ikan, sangat penting. Minyak ikan mengandung DHA yang mendukung perkembangan otak, termasuk kemampuan untuk mengelola stres dan memahami perasaan dengan lebih baik. DHA membantu memperkuat konektivitas saraf di otak, sehingga proses pengolahan emosi menjadi lebih seimbang dan terkendali.

Manfaat Minyak Ikan untuk Pengelolaan Emosi

Minyak ikan kaya akan kandungan DHA, salah satu jenis asam lemak omega-3 yang mendukung fungsi otak Si Kecil. DHA berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel-sel saraf, sehingga otak dapat bekerja lebih optimal. Saat otak berfungsi dengan baik, ia akan lebih mudah mengelola stres, memahami emosi, dan mempelajari keterampilan sosial dengan lebih efektif.

Omega-3 seperti DHA membantu memperbaiki konektivitas saraf di otak, yang berfungsi seperti “jembatan” bagi sinyal-sinyal antar sel otak yang mengatur suasana hati. Dengan memiliki konektivitas yang baik, ia dapat mengelola emosi seperti marah, sedih, atau senang dengan lebih seimbang dan terkendali.

Konsumsi minyak ikan secara rutin juga terbukti dapat meningkatkan konsentrasi. Omega-3 membantu menekan produksi hormon stres, yang dapat mengurangi perasaan cemas dan khawatir. Ketika ia lebih tenang, ia cenderung lebih mudah belajar dan memiliki perilaku yang lebih positif.

Sebagai orang tua, memberikan dukungan terbaik untuk perkembangan emosi Si Kecil adalah hal yang sangat tepat. Bunda juga perlu melengkapi NUTRISI-nya dengan memberikan minyak ikan yang dapat memberinya manfaat DHA, yang tentunya dapat meningkatkan kesehatan otaknya. Untuk lebih memahami bagaimana minyak ikan mendukung tumbuh kembang Si Kecil, mari kunjungi halaman ini: 9 Manfaat Minyak Ikan untuk Anak, Tak Hanya Menutrisi Otak.

REFERENSI

Little Zak’s Academy. Growing Strong: The Impact of Physical Activity on Childhood Development. Diakses pada 05 Februari 2025. https://www.littlezaks.com.au/news/growing-strong-the-impact-of-physical-activity-on-childhood-development/

Mind Set. The Relationship between Parenting Style and Children’s Emotional Development among Indonesian Population, Diakses pada 05 Februari 2025. https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/mindset/article/download/735/481/

Unis Hanoi. Emotional Development in Early Childhood: Definition & Stages. Diakses pada 05 Februari 2025. http://articles.unishanoi.org/emotional-development-in-early-childhood/

Very Well Mind. How Genes Influence Child Development. Diakses pada 05 Februari 2025. https://www.verywellmind.com/genes-and-development-2795114

Lihat Artikel Lainnya