Gondongan merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh virus paramyxovirus yang mudah menular, terutama melalui percikan cairan dari mulut, hidung, atau tenggorokan orang yang terinfeksi. Penggunaan alat makan yang terkontaminasi juga dapat menjadi sumber penularan gondongan. Anak dengan daya tahan tubuh rendah rentan terinfeksi penyakit ini.
Ciri khas gondongan yang mudah dikenali adalah adanya pembengkakan di area leher. Gejala lain yang sering muncul bisa berupa demam, sakit kepala, dan nyeri perut, yang membuat Si Kecil merasa tidak nyaman dan rewel. Untuk mencegah kondisi semakin parah, penting bagi Bunda untuk memahami cara yang tepat dalam menangani gondongan pada Si Kecil.
Sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna membuat Si Kecil rentan terkena gondongan. Penularan bisa terjadi saat ia berinteraksi dengan teman atau saudara yang sudah terinfeksi. Gejala gondongan mungkin tidak langsung muncul, tetapi akan timbul perlahan 2 (dua) minggu setelah terpapar virus. Berikut beberapa gejala umum gondongan yang perlu Bunda waspadai:
Salah satu tanda paling khas pada gondongan adalah munculnya benjolan pada leher dan pipi, baik di satu sisi maupun kedua sisinya. Kondisi ini terjadi karena virus paramyxovirus menyerang kelenjar parotis, yaitu kelenjar air liur yang terletak di bawah telinga. Akibatnya, wajah Si Kecil tampak membengkak, terutama pada area pipi, rahang, dan leher.
Kelenjar ludah yang bengkak dapat menekan jaringan di sekitarnya, termasuk saraf dan otot yang berperan dalam proses mengunyah dan menelan. Produksi air liur yang terganggu pun membuat proses makan menjadi lebih sulit dan menyakitkan. Inilah mengapa Si Kecil menjadi lebih rewel saat makan.
Rasa sakit yang muncul saat mengunyah dan menelan juga dapat membuat Si Kecil kehilangan nafsu makan. Hal ini dapat memengaruhi pemenuhan gizi hariannya. Apabila tidak diatasi dengan baik, proses tumbuh kembang Si Kecil berisiko terganggu. Oleh karena itu, Bunda dapat menanganinya dengan memberikan makanan bertekstur lembut, seperti bubur dan sup yang mudah ditelan Si Kecil.
Saat tubuh Si Kecil terinfeksi, sistem kekebalannya akan bekerja lebih keras untuk melawan virus. Hal ini mengakibatkan cadangan energinya terkuras. Selain itu, Si Kecil juga kehilangan nafsu makan yang membuat asupan makannya menurun. Hal ini membuatnya merasa lemas sehingga tidak banyak beraktivitas seperti sedia kala.
Peradangan saat gondongan bisa disertai dengan demam yang muncul secara bertahap. Suhu tubuh Si Kecil bahkan dapat mencapai 39 derajat Celcius. Pada dasarnya, demam terjadi sebagai respons tubuh terhadap infeksi virus. Sistem kekebalan meningkatkan suhu tubuh untuk membantu melawan virus, karena suhu tinggi dapat memperlambat perkembangan dan penyebaran virus.
Infeksi virus gondongan menyerang kelenjar ludah atau parotis yang letaknya di bawah telinga samping wajah. Kondisi tersebut memicu respon peradangan pada seluruh tubuh, termasuk hingga bagian otak dan jaringan sekitarnya, sehingga menimbulkan rasa sakit di kepala.
Gejala sakit kepala mungkin dapat membuat Si Kecil tidak nyaman dan rewel di malam hari. Bunda perlu menenangkannya agar merasa relaks dan memperbanyak istirahat di rumah. Namun, jika rasa sakit kepala tidak kunjung membaik, maka sebaiknya berobat ke dokter.
Peradangan oleh infeksi virus berdampak terhadap rasa nyeri dan pegal di bagian persendian. Umumnya, gejala nyeri di area rahang dapat dialami Si Kecil selama proses penyembuhan. Durasinya berkisar dua minggu setelah terinfeksi virus.
Ketika virus menyebar melalui darah, tubuh melepaskan sitokin dan prostaglandin yang memicu peradangan, membuat otot dan sendi lebih sensitif. Jika virus mencapai jaringan sinovial, peradangan pada sendi dapat menyebabkan rasa nyeri dan kaku, mirip dengan infeksi virus lain seperti flu.
Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Kondisi yang terjadi akibat adanya peradangan koklea atau bagian berbentuk spiral dalam telinga yang bertugas menerjemahkan getaran suara menjadi impuls saraf.
Gagal fungsi juga dapat terjadi pada sel rambut penangkap gelombang suara (stereocilia) atau stria vascularis yang biasa memasok darah ke telinga bagian dalam. Sel sensorik tersebut mengalami gagal penerjemahan getaran suara menjadi sinyal yang dikirim ke otak.
Bunda tidak perlu khawatir karena umumnya kondisinya hanya sementara dan terjadi di salah satu telinga. Gangguan pendengaran dapat berangsur membaik setelah tubuh berhasil melawan virus yang menyerang tubuh Si Kecil.
Gondongan sering dianggap sebagai masalah kesehatan yang ringan. Padahal, penyakit ini dapat berkembang serius jika tidak ditangani dengan baik. Untuk mencegahnya, Bunda perlu memberikan ATENSI penuh dengan memantau kondisi Si Kecil, seperti mengecek suhu tubuhnya secara berkala dan memastikan kebutuhan gizinya tercukupi dengan baik.
Meski jarang terjadi, gondongan bisa menimbulkan komplikasi seperti meningitis, yaitu peradangan pada selaput otak akibat penyebaran virus. Namun, gejala meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya lebih ringan dan hanya menyerupai flu, berbeda dengan meningitis bakteri yang sangat mengancam nyawa.
Selain itu, pada anak laki-laki yang sudah melewati masa pubertas, gondongan dapat berdampak pada kesuburan. Infeksi virus dapat menyebabkan orkitis, yaitu peradangan pada testis. Pada kasus berat, kondisi ini dapat mengurangi produksi sperma dan berisiko menyebabkan kemandulan.
Penting untuk dipahami bahwa penyakit ini sangat mudah menular, terutama jika Si Kecil belum memiliki Ketahanan Tubuh Ganda. Penularannya dapat terjadi melalui percikan air liur saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Selain itu, penggunaan bersama alat makan atau minum yang terkontaminasi juga dapat menyebarkan virus pada Si Kecil. Jika daya tahan tubuhnya sedang lemah atau menurun, maka risiko terinfeksi pun semakin besar.
Untuk mempercepat pemulihan Si Kecil saat gondongan, Bunda dapat melakukan serangkaian perawatan di rumah. Tujuannya adalah untuk meringankan gejala serta meningkatkan daya tahan tubuh Si Kecil. Pertama, pastikan Si Kecil cukup beristirahat agar sistem imunnya dapat bekerja lebih optimal dalam melawan infeksi.
Untuk meredakan nyeri dan mengurangi pembengkakan, Bunda dapat mengompres area yang bengkak dengan kain dingin. Untuk mengatasi rasa nyeri saat mengunyah dan menelan, Bunda dapat memberikan makanan yang lembut dan mudah ditelan, seperti sup hangat atau bubur yang bergizi tinggi agar kebutuhan gizi Si Kecil tetap terpenuhi.
Jika gejala seperti demam atau pembengkakan semakin parah, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan perhatian dan dukungan yang maksimal, Si Kecil bisa pulih lebih cepat dan kembali merasa nyaman.
Mencegah gondongan pada Si Kecil memerlukan strategi yang efektif dan komprehensif. Langkah utama yang dapat Bunda lakukan adalah memastikan Si Kecil mendapatkan vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) sesuai jadwal yang dianjurkan. Vaksin ini berperan penting dalam membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat untuk melawan virus gondongan.
Selain itu, pastikan untuk rutin mencuci tangan dan menjaga kebersihannya, terutama sebelum berinteraksi dengan Si Kecil. Tangan orang dewasa sering kali membawa banyak kuman yang dapat menyebabkan infeksi, terutama saat daya tahan tubuh Si Kecil sedang lemah.
Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati. Pastikan Si Kecil terlindungi dari gondongan agar proses tumbuh kembangnya berjalan optimal, terutama di periode emas pertumbuhan. Pola makan dengan NUTRISI yang baik dan seimbang juga memegang peranan penting dalam mencegah gondongan.
Bunda bisa memberikan #SusuAnak berkualitas yang dapat memperkuat Ketahanan Tubuh Ganda, sehingga Si Kecil lebih tahan terhadap gangguan bakteri dan virus. Temukan pilihan susu padat gizi untuknya, di sini : 7 Merek Susu yang Bagus
Sumber:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Bunda Cerdas Wajib Tahu Cara Atasi Gondongan pada Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?