Bubur sumsum sering menjadi pilihan makanan pendamping yang disukai banyak anak karena teksturnya lembut serta mudah ditelan oleh Si Kecil. Hidangan ini umumnya dibuat dari tepung beras, santan, dan gula, sehingga memberikan sumber energi cepat yang baik untuk menunjang aktivitas harian. Namun, dari sisi NUTRISI, bubur sumsum lebih dominan sebagai karbohidrat dan lemak sehat dari santan, sementara kandungan proteinnya relatif rendah bila disajikan tunggal.
Oleh karena itu, Bunda perlu sedikit kreativitas agar bubur sumsum tidak hanya enak, tetapi juga lebih kaya nutrisi. Dengan kombinasi bahan tambahan yang tepat, bubur sumsum bisa menjadi menu sehat yang mendukung tumbuh kembang Si Kecil, tetap ramah di perut, dan memberikan manfaat optimal. Yuk, kita bahas bagaimana cara menyajikan bubur sumsum agar lebih seimbang dan bergizi bagi Si Kecil.
Bunda, kabar baiknya, bubur sumsum termasuk pilihan makanan selingan MPASI yang aman dan bahkan cocok untuk diperkenalkan kepada Si Kecil. Teksturnya yang lembut dan mudah ditelan membuatnya ideal sebagai makanan pengganti atau tambahan setelah ASI dan makanan padat lainnya. Hidangan ini biasanya terbuat dari tepung beras, dicampur santan dan disiram dengan gula merah cair, kombinasi yang ringan, mudah dicerna, dan memberikan kenyamanan di perut kecil Si Kecil.
Namun, Bunda perlu bijak saat menyajikan bubur sumsum. Komponen seperti santan dan gula merah sebaiknya diberikan dalam jumlah terbatas. Meskipun kaya akan lemak sehat dan NUTRISI penting (zat besi, magnesium, seng, vitamin C dan E), santan sebaiknya diberikan secukupnya dan tidak dipanaskan berulang kali demi menjaga kualitasnya.
Sementara itu, gula tambahan (termasuk gula merah) menurut pedoman nutrisi anak-anak, perlu dibatasi ketat, terutama untuk anak di bawah 24 bulan, karena tambahan gula bisa berdampak negatif jika dikonsumsi berlebihan.
Setiap anak memiliki preferensi rasa dan toleransi pencernaan yang berbeda-beda. Bunda perlu memperhatikan apakah Si Kecil menyukai rasa santan atau manisnya gula merah, dan pastikan tidak ada riwayat sensitivitas pencernaan, seperti diare atau alergi terhadap salah satu komponennya.
Bila ada kekhawatiran, Bunda dapat memulai dengan porsi kecil atau mengganti gula merah dengan sumber rasa lain yang lebih netral seperti pure buah yang dihaluskan, agar bubur tetap menarik dan lebih bersahabat dengan sistem cerna si Kecil.
Karakter makronutrien bubur sumsum sangat khas. Sumber karbohidratnya dominan berasal dari tepung beras dan gula merah, memberikan energi cepat yang diperlukan Si Kecil, terutama saat buah hati membutuhkan “boost” dalam aktivitas harian. Sedangkan lemaknya berasal dari santan, yang memberikan cita rasa creamy dan kenyamanan di perut Si Kecil.
Sayangnya, kandungan proteinnya relatif rendah, terutama jika santan tidak diperkaya dengan sumber protein tambahan. Profil ini menjadikan bubur sumsum cukup bergizi sebagai camilan, tetapi kurang ideal sebagai sumber protein utama dalam menu harian Si Kecil
Peran bubur sumsum sebagai sumber energi cepat sangat bermanfaat bila disajikan dalam porsi yang tepat. Karbohidrat sederhana dalam gula merah cepat dicerna, memberi dorongan energi instan. Sementara santan menyumbang lemak sehat yang membuat Si Kecil kenyang lebih lama dan memberi rasa nyaman.
Sebaiknya Bunda mengatur porsinya agar tidak menggantikan nasi atau makanan pokok, tetapi menjadi tambahan yang bergizi, menjaga keseimbangan antara kenyamanan, rasa lezat, dan kebutuhan nutrisi.
Posisi bubur sumsum dalam menu harian sebaiknya sebagai camilan atau selingan yang ramah pencernaan. Teksturnya yang halus memudahkan cerna, cocok ketika Si Kecil sedang kurang selera makan, sakit ringan, atau membutuhkan ketenangan pencernaan. Namun, karena kandungan proteinnya rendah, bubur ini perlu diganti atau ditambahkan dengan lauk kaya protein seperti telur, kacang-kacangan, atau daging cincang agar menu harian tetap seimbang dan mendukung tumbuh kembang optimal Si Kecil.
Bunda, saat menyajikan bubur sumsum untuk Si Kecil, penting sekali memperhatikan jumlah gula dan santan yang digunakan. Menurut American Academy of Pediatrics, anak di atas usia dua tahun sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 25 gram gula tambahan per hari, sementara anak di bawah dua tahun sebaiknya belum diberikan tambahan gula sama sekali.
Artinya, penggunaan gula merah pada bubur sumsum tetap boleh, tetapi sebaiknya dibatasi agar tidak melebihi kebutuhan harian. Begitu juga dengan santan, meski mengandung lemak sehat yang bisa memberi rasa lembut dan gurih, penggunaannya harus secukupnya saja untuk mencegah kelebihan kalori dan lemak jenuh yang tidak diperlukan tubuh Si Kecil.
Selain itu, Bunda juga perlu mengatur frekuensi dan porsi pemberian bubur sumsum agar tetap seimbang dengan menu lain sepanjang hari. Bubur sumsum sebaiknya diberikan sebagai camilan atau selingan, bukan makanan utama yang rutin menggantikan kebutuhan gizi harian. Pastikan dalam menu harian Si Kecil tetap ada variasi protein, sayuran, buah, biji-bijian, dan produk susu agar kebutuhan nutrisi tumbuh kembangnya terpenuhi dengan baik.
Hal lain yang tak kalah penting adalah memilih topping yang tepat. Hindari penggunaan tambahan sirup manis, gula merah berlebih, atau topping bersantan yang justru meningkatkan kandungan kalori. Sebagai gantinya, Bunda bisa menambahkan potongan buah segar atau buah murni tanpa gula untuk memberikan rasa manis alami sekaligus memperkaya asupan vitamin.
Terakhir, perhatikan juga kebersihan bahan dan cara penyajian. Pastikan tepung beras, santan, dan gula yang dipakai dalam kondisi segar serta diolah dengan peralatan bersih. Sajikan bubur dalam keadaan hangat atau suhu ruang agar nyaman disantap Si Kecil, dan segera simpan di kulkas jika tidak habis dalam sekali makan. Bubur sumsum sebaiknya dikonsumsi dalam waktu maksimal 24 jam untuk menjaga kualitas dan mencegah pertumbuhan bakteri.
Membuat bubur sumsum sendiri di rumah bisa menjadi pilihan terbaik agar Bunda dapat mengontrol bahan dan kualitasnya. Prinsip dasarnya sederhana, yaitu menggunakan tepung beras sebagai sumber karbohidrat, santan untuk memberikan rasa gurih sekaligus lemak sehat, dan sedikit gula merah sebagai pemanis alami. Dengan membuat sendiri, Bunda bisa menyesuaikan kadar santan dan gula sehingga lebih ramah bagi kebutuhan Si Kecil.
Untuk menambah nilai gizi, Bunda dapat memberikan variasi topping sehat sesuai usia Si Kecil. Misalnya, menambahkan potongan buah kaya serat seperti pisang, pepaya, atau stroberi. Buah-buahan ini tidak hanya memperkaya rasa, tetapi juga memberikan tambahan vitamin dan mineral penting.
Selain buah, bisa juga ditambahkan taburan biji chia atau parutan keju rendah garam untuk variasi rasa yang lebih menarik sekaligus menambah mikronutrien.
Dalam penyajian, pastikan bubur diberikan dalam keadaan hangat agar nyaman di perut Si Kecil. Sajikan dalam porsi kecil, sehingga lebih mudah dihabiskan tanpa berlebihan. Penting juga untuk diingat, bubur sumsum sebaiknya menjadi camilan atau makanan selingan, bukan pengganti makanan utama.
Agar kebutuhan NUTRISI lebih lengkap, Bunda tetap perlu menambahkan sumber protein dalam pola makan harian, misalnya melalui lauk hewani, kacang-kacangan, atau olahan telur. Bunda juga bisa melengkapinya dengan susu pertumbuhan tinggi protein yang dapat menjadi solusi praktis dalam membantu memenuhi makro dan mikronutrien yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal.
Bunda, eksplorasi lebih jauh rekomendasi susu pertumbuhan yang selaras dengan pola makan keluarga dalam artikel ini: Susu Tinggi Protein untuk Tumbuh Kembang Anak.
Source:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Tips Menyajikan Bubur Sumsum Sehat untuk Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?