Cerebral Palsy pada Anak, Kenali Penyebab & Ciri-Cirinya

Morinaga Platinum ♦ 15 Oktober 2020

Cerebral Palsy pada Anak, Kenali Penyebab & Ciri-Cirinya

Cerebral palsy adalah gangguan otak yang menyebabkan kelainan pada motorik Si Kecil. Penyakit ini umumnya sudah ada sejak Si Kecil masih di dalam kandungan namun, kelainan motoriknya baru terlihat saat usia 2-3 tahun.

Secara garis besar, kelainan motorik yang terjadi adalah postur tubuh yang abnormal, kesulitan mengendalikan refleks tubuh, masalah pada cara berjalan, hingga keterbatasan dalam melihat dan bicara. Kondisi yang cukup serius ini terjadi akibat perkembangan otak yang tidak normal selama prenatal (sebelum persalinan), perinatal (selama persalinan), dan neonatal (sesaat setelah lahir).

Bunda patut waspada terhadap kondisi gangguan otak ini karena sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang Si Kecil nantinya. Oleh karena itu, Bunda wajib mengetahui apa saja penyebab, ciri-ciri gejalanya, serta langkah penanganan cerebral palsy pada Si Kecil.

Penyebab Cerebral Palsy

Pada dasarnya, penyebab cerebral palsy adalah karena adanya trauma, cedera, atau infeksi pada otak yang mengontrol kemampuan motorik Si Kecil. Trauma pada otak itu sendiri terjadi oleh berbagai kondisi. Berikut ini beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya cerebral palsy:

1. Infeksi pada Bunda selama masa kehamilan

Selama masa kehamilan, Bunda perlu waspada dengan beberapa infeksi yang dapat menyebabkan cerebral palsy, seperti infeksi toksoplasma, rubella, atau herpes. Infeksi yang dialami Bunda sangat berpengaruh terhadap perkembangan organ Si Kecil selama dalam kandungan. Oleh karena itu, selalu jaga kesehatan dan rutin cek kondisi Si Kecil selama masa kehamilan.

Untuk herpes, infeksi ini disebabkan oleh virus dan bisa menular sejak Si Kecil berada dalam kandungan. Jika Si Kecil mengalami infeksi ini, ada beberapa kondisi yang membuat masalah ini menjadi sangat berbahaya. Informasi selengkapnya, yuk baca: Penyebab herpes dan pengobatannya.

2. Lahir dengan prematur

Proses kelahiran prematur atau lebih awal dari hari perkiraan lahir seringkali menyebabkan beberapa masalah kesehatan kepada Si Kecil, termasuk kelainan otak. Hal ini karena fungsi organ janin akan semakin matang selama masih dalam kandungan. Jika bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, perlu dilakukan berbagai langkah adaptasi agar Si Kecil terhindar dari gangguan otak seperti cerebral palsy.

3. Kekurangan oksigen pada saat persalinan

Bagi Bunda yang pernah menjalani proses persalinan, mungkin sadar kalau dokter bersalin akan meminta Bunda untuk mengatur napas dengan baik secara terus-menerus. Selain membuat Bunda lebih tenang, suplai oksigen yang stabil dapat melindungi Si Kecil dari penyakit cerebral palsy.

4. Infeksi peradangan otak yang dialami Si Kecil

Karena cerebral palsy adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada otak, maka infeksi peradangan otak yang dialami Si Kecil selama kehamilan atau setelah lahir dapat berpengaruh terhadap penyakit kelainan motorik ini. Untuk memastikan tidak ada infeksi peradangan pada Si Kecil, Bunda harus mengunjungi dokter kehamilan secara rutin. Pengecekan sejak dini sangat penting guna mencegah cerebral palsy menjadi lebih parah.

Peradangan otak pada Si Kecil ini dapat terjadi karena infeksi toksoplasma yang pernah menjangkiti Bunda ketika hamil. Mari pahami tentang bagaimana gejala toksoplasma ini di sini: Mengenali Infeksi Toksoplasma pada Si Kecil.

Ciri-Ciri Gejala awal cerebral palsy

Deteksi gejala cerebral palsy sejak dini perlu dilakukan agar Bunda bisa melakukan langkah-langkah penanganan yang tepat. Umumnya, gejala tersebut dapat terdeteksi pada masa awal pertumbuhan Si Kecil atau 1-2 tahun. Berikut ini beberapa gejala awal cerebral palsy yang penting untuk Bunda perhatikan:

  • Perkembangan kemampuan motorik yang tertunda seperti terlambat merangkak, duduk, atau berdiri
  • Menggunakan satu sisi tubuh secara terus menerus misalnya merangkak dengan menyeret salah satu kaki
  • Kesulitan melakukan gerakan motorik dasar seperti menggapai benda
  • Keterlambatan bicara
  • Otot tangan dan kaki terasa kaku atau malah terasa sangat lembek
  • Tremor atau gesture bergetar seperti menggigil tanpa tidak disadari
  • Kesulitan merespon sentuhan
  • Sering melakukan gerakan menggeliat yang tidak terkontrol
  • Kesulitan menahan buang air kecil
  • Cara berjalan yang aneh seperti berjinjit, menyilang, atau kaki terbuka lebar
  • Kesulitan menelan dan sering mengeluarkan air liur
  • Sering kejang-kejang

Klasifikasi Tingkat Keparahan Cerebral Palsy

Sebelum memulai proses penanganan, Bunda perlu tahu jenis cerebral palsy berdasarkan tingkat keparahannya. Cerebral palsy adalah penyakit kelainan motorik yang memiliki 4 tingkatan mulai dari yang paling ringan hingga sangat berat. Berikut ini penjelasannya:

1. Level 1 (ringan)

Cerebral palsy yang paling ringan ditandai dengan gerakan tak beratur yang sesekali muncul. Namun, secara keseluruhan Si Kecil dapat berjalan dengan baik. Kondisi ini juga memungkinkan Si Kecil untuk beraktivitas seperti wajar tanpa bantuan yang berlebihan. Meski demikian, dalam beberapa kasus tampak postur badan Si Kecil yang agak berbeda seperti bahu yang miring atau panjang kaki yang berbeda.

2. Level 2 (sedang)

Pada level sedang, penyakit cerebral palsy membuat kemampuan berjalan Si Kecil agak berkurang. Bahkan terkadang ia membutuhkan alat bantu seperti tongkat ketiak. Meski demikian, ia masih dapat beraktivitas dengan baik karena hanya memiliki gangguan indera ringan seperti gagap saat berbicara.

3. Level 3 (berat)

Tahapan ini akan memaksa Si Kecil untuk bergerak menggunakan kursi roda karena kemampuan motorik terutama kakinya sangat minim. Meski begitu, kebanyakan Si Kecil masih mampu menggunakan tangan dengan baik. Jadi ia bisa makan dan minum sendiri, menulis, atau menopang tubuhnya menggunakan tangan.

4. Level 4 (berat sekali)

Jika Si Kecil mengalami cerebral palsy level 4, kemungkinan besar ia tidak mampu menggerakan kaki atau tangan dengan baik. Kebutuhan hidup Si Kecil akan sangat bergantung dengan bantuan orang lain. Meski cerebral palsy adalah penyakit kelainan motorik, tapi pada tahap ini gangguan yang dialami sudah menyebar ke fungsi lain. Si Kecil juga akan kehilangan kemampuan berkomunikasi atau bahkan tidak memiliki emosi terhadap orang lain.

Langkah Penanganan Cerebral Palsy yang Dapat Dilakukan

Pertanyaan apakah cerebral palsy bisa sembuh akan muncul setelah mengetahui segala hal tentang penyakit ini. Sayangnya, jawabannya adalah cerebral palsy adalah kondisi kelainan yang tidak dapat disembuhkan. Namun Bunda bisa melakukan langkah-langkah penanganan untuk mengurangi gejala dan ketidakmampuan Si Kecil.

Langkah penanganan yang dilakukan seperti terapi fisik, terapi wicara, konseling psikologi, dan operasi saraf. Meski tidak dapat disembuhkan secara 100%, gejala cerebral palsy bisa menjadi lebih ringan. Contohnya, terapi fisik akan memperkuat kemampuan otot Si Kecil, begitu juga dengan terapi wicara untuk kemampuan bicaranya. Alat bantu seperti kursi roda, tongkat jalan, atau penyangga logam juga dapat meringankan kesulitan yang dialami Si Kecil.

Nah, setelah membaca penjelasan mengenai penyebab, ciri-ciri gejala, dan langkah penanganannya di atas, tentu Bunda diharapkan lebih aware untuk selalu mengecek kondisi Si Kecil mulai sejak di kandungan. Pantau terus proses tumbuh kembangnya setelah lahir, dan perhatikan perilaku Si Kecil untuk mendeteksi gejala cerebral palsy.