Ciri Sindrom Baby Blues dan Cara Mengatasinya

Morinaga Platinum ♦ 21 Desember 2021

Ciri Sindrom Baby Blues dan Cara Mengatasinya

Bunda yang mengalami sindrom baby blues akan merasa menjalani hari berat dan penuh emosional pasca melahirkan. Banyak faktor penyebab yang memicu gangguan ini, salah satunya adalah penurunan hormon.

Dilansir dari halaman American Pregnancy, kurang lebih sebanyak 70-80% Ibu baru mengalami gejala baby blues pasca melahirkan. Gejala ini normalnya muncul setiap hari dengan durasi hitungan menit hingga jam. Namun, setelah 14 hari pasca melahirkan, gejala ini akan berkurang dan bahkan bisa menghilang.

Untuk mengenali gangguan ini lebih detail, yuk baca artikel ini dan temukan apa saja ciri dan cara mengatasinya.

Apa itu Baby Blues?

Baby blues syndrome merupakan gangguan psikologis paling ringan yang terjadi pada Bunda yang baru melahirkan. Sindrom ini dapat membuat Bunda yang baru melahirkan merasa sendirian, takut, dan lelah. Para Bunda bisa juga merasa bersalah dan putus asa. Bahkan, Bunda bisa merasa hilang ketertarikan pada bayi yang baru dilahirkannya.

Wanita yang baru saja melahirkan dan mengalami baby blues, biasanya begitu terbebani oleh perasaan ini. Namun perasaan ini hanya sementara, sindrom ini tidak bertahan lama dan akan menghilang setelah 2 minggu sejak melahirkan.

Apakah Baby Blues Berbahaya?

Baby blues merupakan hal yang umum akan dialami oleh ibu baru dan pada dasarnya kondisi ini masih bisa ditangani. Pada umumnya, gejala kondisi ini akan berkurang setelah 2 minggu. Namun, jika setelah masa tersebut Bunda mengalami kondisi yang tak kunjung membaik atau cenderung makin memburuk, bisa jadi ini merupakan tanda depresi postpartum.

Depresi postpartum perlu segera konsultasi dengan dokter karena kondisi ini merupakan depresi yang sangat serius. Dampak dari depresi ini Bunda akan kesulitan dalam merawat Si Kecil dan bahkan ada potensi untuk menyakiti diri sendiri dan juga Si Kecil.

Penyebab Baby Blues Syndrome

Hingga saat ini, penyebab sindrom ini tidak diketahui secara pasti. Tetapi, para ahli menduga, kemunculan sindrom ini terkait dengan perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dan kelahiran. Berikut beberapa faktor pemicunya:

Perubahan hormon

Ketika seorang wanita hamil, tubuhnya menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah yang besar. Tetapi dalam 24 jam setelah melahirkan, kadar hormon ini turun dengan sangat cepat dan kembali ke tingkat yang sama seperti saat sebelum hamil.

Perubahan hormonal inilah yang dapat mengakibatkan perubahan kimia pada otak dan menyebabkan depresi. Hal yang sama terjadi pula pada wanita yang mengalami perubahan hormon menstruasi, serta memicu gejala sama selama dan setelah haid.

Penurunan hormon tiroid

Penyebab lainnya adalah penurunan hormon tiroid yang diproduksi oleh kelenjar tiroid. Hormon-hormon ini membantu mengatur cara tubuh dalam menggunakan energi. Kadar hormon tiroid yang rendah bisa menyebabkan suasana hati berubah.

Perubahan kebiasaan setelah melahirkan

Selain itu, sindrom ini juga diduga berasal dari adanya perubahan setelah bayi lahir. Seperti diketahui, proses kehamilan, melahirkan, dan pengasuhan mengubah kebiasaan seseorang. Perubahan-perubahan inilah yang disebut dapat memicu timbulnya baby blues.

Ciri-ciri Baby Blues Syndrome

Biasanya, sindrom ini muncul setelah 2-3 hari pasca melahirkan dan bisa berlangsung sampai 2 minggu. Sering kali, sindrom ini menguat setelah 4-5 hari pasca kelahiran bayi. Kendati hanya sementara, kondisi ini pun tidak bisa dibiarkan terus terjadi.

Bunda yang mengalami baby blues bisa saja menangis tanpa alasan yang jelas, menunjukkan sikap tidak sabaran, dan lekas marah. Adapun ciri-ciri lainnya adalah:

Perubahan suasana hati

Sindrom ini mengakibatkan Bunda lebih gampang sedih, marah, cemas, hingga menangis tanpa alasan. Bunda bisa saja tiba-tiba menangis tanpa alasan dan merasa sangat rapuh secara emosional. Tak hanya perubahan suasana hati, sindrom ini pun bisa membuat pola tidur Bunda berantakan dan nafsu makan menurun.

Tidak memiliki ikatan dengan bayi

Bunda yang mengalami baby blues bisa merasakan tidak ada ikatan khusus dengan bayi yang baru dilahirkannya. Pada beberapa kasus, Bunda bahkan merasa jika bayinya seperti milik rumah sakit dan bukan miliknya sendiri. Tidak adanya ikatan ini bisa juga terjadi karena merasa menjadi seorang Bunda ternyata tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. 

Merasa kehilangan

Sindrom ini bisa membuat ibu merasa kehilangan dirinya. Bunda baru dapat merasa tahap hidupnya seperti telah berakhir karena kehilangan kebebasan dan kemandiriannya. 

Merasa seperti orang yang berbeda

Menjadi Bunda baru membutuhkan penyesuaian dan mungkin berbeda dari apa yang dibayangkan. Adanya tanggung jawab baru dengan lahirnya seorang anak membuat seorang wanita bisa merasa menjadi pribadi yang berbeda.

Cara Mengatasi Baby Blues

Bunda yang mengalami baby blues membutuhkan dukungan dari pasangan, keluarga, dan kerabat terdekat. Bunda yang mengalami sindrom ini bisa mencurahkan hati atau bercerita kepada orang terdekat. Selain itu, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan saat mengalami hal ini, yaitu:

Pertahankan pola makan

Memiliki bayi dapat menyebabkan seorang Bunda tidak bisa mempertahankan pola makannya. Bayi baru lahir biasanya belum memiliki waktu tidur yang tetap. Bisa saja, bayi bangun tengah malam atau dini hari. Ketika hal ini terjadi, otomatis aktivitas Bunda terganggu, tak terkecuali pola makannya. Pola makan yang sesuai mampu membantu Bunda baru untuk mengatasi baby blues.

Nikmati udara segar

Udara segar di luar ruangan ampuh mengembalikan suasana hati yang sedang tidak baik. Jika Bunda saat ini sedang mengalami hal ini, tidak ada salahnya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sekitar rumah atau ke taman, meski hanya sebentar.

Sisihkan waktu untuk istirahat

Kehadiran buah hati di rumah tentu menambah keceriaan dan persoalan baru. Sebagai Bunda baru, tentu banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjaga Si Kecil tetap nyaman. Namun, Bunda perlu memperhatikan kebutuhan diri sendiri. Tidurlah saat bayi sedang tertidur. Jangan memaksakan diri untuk memenuhi segala hal pada minggu-minggu pertama pasca melahirkan.

Tak masalah jika tidak sempurna

Seorang Bunda baru pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, sikap ini terkadang bisa menjadi bumerang. Tidak masalah jika Bunda merasa belum sempurna menjadi seorang ibu. Terlalu menginginkan kesempurnaan, apalagi saat menjadi Bunda baru dapat meningkatkan kecemasan yang berlebihan, apalagi jika sesuatu yang diinginkan tidak tercapai. Oleh karenanya, Bunda perlu memberikan waktu khusus untuk memulihkan diri dan menyesuaikan kondisi dengan peran yang baru diemban.

Berbicara dengan orang terdekat

Penting diingat jika seorang Bunda kadang memerlukan bantuan. Jangan segan untuk meminta bantuan pasangan atau keluarga. Selain itu, luangkan waktu bersama orang terdekat untuk sekedar mengobrol atau mencurahkan isi hati.

Perbedaan Baby Blues dengan Depresi Pasca Melahirkan

Selain baby blues syndrome, Bunda yang baru melahirkan pun bisa mengalami depresi pasca melahirkan. Kedua gangguan ini sekilas terlihat serupa, namun sebenarnya keduanya tidaklah sama. Berikut perbedaan kedua kondisi ini.

Durasi

Baby blues syndrome bisa hilang setelah 2 minggu. Tapi, depresi pasca melahirkan tidak bisa hilang begitu saja.

Jika Bunda merasa sedih berkepanjangan selama lebih dari 2 minggu pasca persalinan, maka Bunda mungkin mengalami depresi pasca melahirkan. Sedangkan durasi baby blues terjadi cukup singkat sejak Bunda melahirkan. Karenanya, jika Bunda mengalami gejala depresi setelah beberapa minggu pasca melahirkan, sebaiknya periksakan diri ke psikolog atau psikiater. 

Tingkat keparahan

Baby blues syndrome yang bertahan selama 2 minggu mungkin masih bisa diatasi. Namun berbeda dengan depresi pasca melahirkan yang memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi.

Dilansir dari Healthline, depresi pasca melahirkan mengakibatkan Bunda mengalami kekhawatiran yang cukup berat. Dampaknya, bisa merasa mudah putus asa, tidak berharga, hingga tidak adanya ikatan dengan bayinya.

Jika tidak ditangani dengan serius, depresi pasca melahirkan bisa menyebabkan ikatan antara Bunda dan bayi tidak terjadi dan meningkatkan risiko terjadinya depresi berat.

Depresi pasca melahirkan bukanlah suatu sindrom yang bisa datang dan pergi kapan saja. Gejalanya lebih persisten dan tidak akan hilang dengan sendirinya.

Gangguan pasca melahirkan seperti baby blues syndrome memang melelahkan dan menjadi momok bagi Bunda baru. Jika merasakan gangguan ini, perlu ingat bahwa Bunda tidak sendiri. Jangan malu atau ragu untuk meminta pertolongan dari pasangan dan kerabat dekat jika Bunda merasa kewalahan atau tidak mampu mengatasinya sindrom ini. Dengan penanganan yang tepat, masa-masa awal menjadi Bunda akan menjadi kenangan tak terlupakan.

Referensi:

  • American Pregnancy. Baby Blues. Diakses pada tanggal 20 November 2023. https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/first-year-of-life/baby-blues/ 
  • Healthline. What Are the Baby Blues and How Long Do They Last?. Diakses pada tanggal 20 November 2023. https://www.healthline.com/health/baby-blues
  • Mayo Clinic. Postpartum depression. Diakses pada tanggal 20 November 2023. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/postpartum-depression/symptoms-causes/syc-20376617