Pemilihan pola asuh Si Kecil tergantung dari perspektif Ayah dan Bunda. Namun, orang tua perlu mempertimbangkan dampak apa yang mungkin dapat berpengaruh pada perkembangannya agar tidak menjadi pengasuhan otoriter. Contoh pola asuh otoriter ini biasanya akan memiliki aturan yang tegas tanpa memperhatikan pendapat anak.
Yuk Bun, simak artikel berikut agar Ayah Bunda dapat menghindari pola pengasuhan tersebut.
Orang tua dengan pola asuh otoriter memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak. Pengasuhan ini akan terlihat dari dari tuntutan orang tua yang tinggi, tingkat kehangatan yang rendah, hingga menerapkan disiplin yang ketat pada anaknya.
Biasanya, orang tua otoriter suka membuat peraturan yang sangat ketat untuk anak-anaknya dan berharap peraturan itu dipatuhi dalam kehidupan sehari-harinya. Jika tidak dipatuhi, hukuman berat pun bisa diberikan. Contohnya, menentukan jadwal dalam kegiatan sehari-hari seperti, Si Kecil mungkin harus bangun pada waktu yang ditentukan, makan di waktu tertentu dengan jenis-jenis makanan tertentu, hingga menghabiskan waktu belajar tanpa ada ruang cukup untuk bermain.
Dalam konteks pendidikan, biasanya orang tua akan memberikan ekspektasi yang tinggi dan menuntunnya untuk selalu mendapatkan nilai-nilai tertinggi hingga tidak ingin menerima hasil yang dianggap kurang memuaskan. Misalnya, bila Si Kecil mendapatkan nilai yang tidak sesuai ekspektasi, Bunda akan marah dan memaksanya lagi untuk belajar lebih dari biasanya. Bahkan membatasi pilihan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler dan hanya mengizinkannya untuk mengambil hal-hal bermanfaat untuk masa depan mereka.
Selain itu, dalam interaksi sosial saja, orang tua akan sangat mengontrol dengan siapa anak berteman dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini, Bunda mungkin akan melarangnya untuk bergaul dengan teman-teman yang tidak Bunda setujui tanpa mendengarkan pendapatnya terlebih dahulu.
Jika Ayah Bunda ingin mengubah atau menyesuaikan pendekatan dari otoriter ke arah demokratis, hal yang bisa dilakukan yaitu meningkatkan dialog terbuka dengan Si Kecil. Komunikasi ini harus dilakukan dua arah, bukan hanya dorongan orang tua. Di sini Bunda bisa mendiskusikan apa yang menjadi ketakutannya serta bagaimana perasaan dan pikiran mereka.
Menghargai pendapat Si Kecil juga menjadi langkah penting dalam memperbaiki pola asuh otoriter. Dalam hal ini, Bunda bisa mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anak-anak dalam keputusan keluarga. Misalnya, jika ada perubahan rutinitas sehari-hari, Bunda bisa mengajaknya untuk memberi masukan walaupun tidak semua pendapatnya bisa diikuti. Ini dapat membantunya lebih dihargai dan bisa menciptakan rasa percaya diri.
Bunda juga bisa mendukung kemandiriannya, seperti memberikan Si Kecil tanggung jawab kecil yang sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. Misalnya dengan memberikan tugas sederhana dalam merapikan tempat tidur atau membereskan peralatannya sendiri sehabis makan.
Selain itu, mengizinkan Si Kecil untuk membuat keputusan sendiri dalam hal-hal kecil akan memberikannya dorongan untuk lebih mandiri, seperti dalam memilih buku yang akan dibaca atau permainan yang akan dimainkan juga sangat penting.
Nah Bun, pengasuhan otoriter bukanlah pola asuh ideal untuk diterapkan pada Si Kecil. Karena ini bisa memberikan dampak jangka panjang, seperti ia akan cenderung lebih agresif, menantang, bahkan memiliki kecemasan yang berlebih di banding anak-anak lainnya.
Pola asuh yang tepat bukan hanya dapat membantu dalam membentuk kecerdasan akademik, namun juga emosional dan sosialnya. Untuk itu, Bunda perlu memilih pola asuh yang tepat dalam membantu stimulasi kecerdasan Si Kecil. Yuk, ketahui informasi lengkapnya dalam artikel berikut: Pola Asuh yang Tepat untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak.
Referensi:
Choosing Therapy. Authoritarian Parenting: Definition, Characteristics, & Effectiveness. Diakses 25 Juni 2024. https://www.choosingtherapy.com/authoritarian-parenting/
Klik Dokter. Mengenal Ciri-ciri Orangtua dengan Pola Asuh Otoriter. Diakses 25 Juni 2024. https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/mengenal-ciri-ciri-orangtua-dengan-pola-asuh-otoriter
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Contoh dari Pola Asuh Otoriter dan Cara Memperbaikinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?