Tantrum adalah fase dalam perkembangan di mana Si Kecil menunjukkan ledakan emosi seperti marah, menangis, atau mengamuk. Hal ini terjadi karena ia belum mampu mengekspresikan perasaan atau keinginannya dengan baik. Sebaiknya Bunda memahami penyebab dan cara menanganinya dengan bijak, agar ia dapat belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.
Tantrum dapat terjadi pada setiap anak, namun penyebabnya dapat berbeda-beda. Mengetahui penyebabnya akan membantu Bunda lebih mudah mengatasi situasi yang terjadi. Berikut ini penyebabnya:
Tantrum dapat terjadi karena keinginannya tidak terpenuhi, seperti mainan atau makanan tertentu. Ketidakpuasan ini dapat memicu ledakan emosi sebagai bentuk protes.
Setiap anak memiliki temperamen yang berbeda-beda. Beberapa anak mudah marah, namun beberapa anak lainnya lebih tenang. Karakter ini mempengaruhi caranya bereaksi terhadap situasi yang membuat frustrasi atau perubahan di sekelilingnya.
Situasi seperti stres juga dapat mempicu tantrum. Stres ini dapat terjadi karena kelaparan, lingkungan yang terlalu ramai, atau kelelahan.
Hal-hal yang terlihat sepele bagi orang dewasa, seperti mainan yang rusak atau aktivitas yang tidak berjalan sesuai rencana, dapat menjadi sangat rumit bagi Si Kecil. Ketakutan akan reaksi Bunda atau ketidakmampuan menyelesaikan masalah ini dapat memicu tantrum.
Sebagai bagian dari perkembangan emosional, tantrum dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Mengenali jenis-jenisnya ini dapat membantu Bunda menanganinya dengan lebih efektif.
Tantrum umumnya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Frekuensinya cenderung berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan kemampuan komunikasi. Berikut tahapan emosi yang biasanya dialaminya:
Pada fase ini, Si Kecil menolak permintaan atau perintah Bunda setelah merasa keinginannya tidak dipenuhi. Reaksi ini dapat berupa mengabaikan instruksi atau menjauh dari Bunda.
Di fase ini, ia berteriak, menangis keras, melempar barang, atau melakukan perilaku lain untuk mengekspresikan kekecewaan atau frustrasinya.
Jika ia memiliki kemampuan berbicara yang cukup baik, ia mungkin mencoba melakukan tawar-menawar dengan orang tua. Ia akan mencari cara untuk memenuhi keinginannya, seperti mengajukan syarat atau negosiasi.
Dalam fase ini, ia mungkin tampak sangat sedih atau berpura-pura menangis sebagai usaha terakhir untuk mendapatkan keinginannya. Bunda dapat menjadi sering merasa bersalah pada fase ini, namun penting untuk tetap tenang dan memberikan pengertian yang penuh kasih.
Fase ini merupakan fase di mana ia mulai menerima situasi dan menjadi lebih tenang. Ia akan lebih mudah memahami penjelasan Bunda mengenai alasan mengapa keinginannya tidak dapat dipenuhi.
Meskipun fase ini adalah bagian dari perkembangan normal, ada beberapa cara efektif yang dapat membantu Bunda mengatasinya dengan bijaksana.
Langkah pertama yang perlu Bunda lakukan adalah tetap tenang. Hindari membalasnya dengan teriakan atau kemarahan yang malah akan memperburuk situasi. Cobalah untuk meredakan ketegangan dengan membawanya ke tempat yang tenang. Tantrum biasanya hanya berlangsung beberapa menit, jadi kesabaran Bunda sangat penting.
Jika tantrumnya disebabkan mencari perhatian, mungkin yang terbaik adalah mengabaikan sementara. Namun, jika penyebabnya adalah hal lain, seperti lapar atau lelah, Bunda dapat segera memberikan camilan sehat atau mengajak istirahat bersama.
Mengamati tingkah laku dan tangisannya dapat membantu Bunda memahami apakah tangisan tersebut merupakan ekspresi emosi yang tulus atau sekadar manipulatif untuk mendapatkan perhatian. Dengan mengenali pola ini, Bunda dapat menentukan pendekatan yang paling tepat untuk meredakan situasi.
Jika tantrum terjadi karena permintaan yang tidak dapat dipenuhi, jelaskan alasan di balik keputusan tersebut dengan lembut dan jelas. Pastikan Si Kecil memahami bahwa Bunda menolak bukan karena tidak sayang, tetapi karena alasan yang masuk akal dan demi kebaikannya. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami untuk membuatnya merasa didengarkan dan dihargai.
Janji yang tidak terpenuhi dapat mengurangi kepercayaannya kepada Bunda di kemudian hari. Lebih baik memberikan penjelasan yang realistis tanpa harus memberikan janji-janji yang tidak pasti.
Kesepakatan akan membuatnya belajar memahami batasan dan tanggung jawabnya. Bunda juga dapat mengingatkannya mengenai kesepakatan tersebut jika ia melanggarnya, membantunya untuk lebih tenang dan belajar mengelola emosi.
Selain kesepakatan, penting juga untuk mengajarkan kedisiplinan kepada Si Kecil. Misalnya, jika ia mulai merusak barang, Bunda dapat memberikan waktu time out di mana ia diminta untuk menenangkan diri di kamar. Pendekatan ini membantunya memahami konsekuensi tindakannya tanpa menggunakan kekerasan.
Mengatasi tantrum memerlukan ketenangan, ketegasan, dan konsistensi dari Bunda. Ini merupakan bagian dari cara untuk mengajarinya mengelola emosinya. Terdapat beberapa cara lain untuk mengajarkan pengelolaan emosi ini. Yuk, ketahui lebih jauh lagi tentang emosi ini di sini: 9 Tips Kelola Emosi Anak, Dijamin Ampuh.
Referensi:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Fase Tantrum Pada Anak dan Cara Mengatasinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?