Suhu Normal Anak: Panduan Lengkap, Cara Mengukur, dan Kapan Harus Waspada

Morinaga Platinum ♦ 21 Juli 2023

Suhu Normal Anak: Panduan Lengkap, Cara Mengukur, dan Kapan Harus Waspada

Sebagai orang tua, salah satu kekhawatiran terbesar adalah ketika tubuh Si Kecil terasa hangat di kening, atau bahkan sangat panas. Apakah ini hanya kelelahan, atau sudah demam? Memahami suhu normal anak adalah kunci untuk Bunda tidak panik dan bisa mengambil tindakan yang tepat. 

Suhu tubuh normal anak biasanya berkisar antara 36,5°C hingga 37,5°C. Anak dikatakan mengalami demam jika suhunya mencapai 38°C atau lebih tinggi. Sementara itu, suhu di bawah 36,5°C dapat dianggap terlalu dingin (hipotermia), sedangkan suhu di atas 38°C menunjukkan adanya kondisi yang tidak normal yang memerlukan perhatian. 

Lalu, bagaimana cara mengukur suhu tubuh Si Kecil dengan tepat agar hasilnya akurat? Dan kapan demam menjadi tanda bahaya yang harus segera membawa Si Kecil ke dokter? Mari kita selami panduan lengkap ini agar Ayah Bunda tahu berapa suhu normal anak sesuai usia dan cara mengukur suhu tubuh yang benar. Untuk pemahaman umum tentang demam, Bunda bisa melihat semua yang perlu Bunda ketahui dari demam.

Berapa Sebenarnya Suhu Normal Anak Berdasarkan Usia?

Memahami rentang suhu normal anak sangat penting agar Bunda tidak salah menilai kondisi Si Kecil. Rentang suhu tubuh normal pada anak-anak sedikit bervariasi tergantung pada usia, waktu pengukuran, dan metode yang digunakan.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), suhu normal anak berkisar antara 36,5°C hingga 37,5°C. Suhu ini biasanya diukur melalui ketiak atau mulut. Anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai 38°C atau lebih tinggi saat diukur melalui ketiak atau mulut. Sementara itu, jika diukur melalui dubur (rektal), suhu 38°C atau lebih juga sudah termasuk demam.

Lalu, bagaimana dengan suhu 37,5°C? Mungkin Bunda bertanya-tanya, apakah suhu tubuh 37,5°C sudah tergolong demam? Sebenarnya, suhu ini masih termasuk dalam batas atas suhu normal anak. Namun, bila disertai dengan gejala lain seperti rewel, lemas, atau nafsu makan menurun, Bunda perlu waspada karena bisa menjadi awal dari kondisi demam. Demam ringan bisa berkembang menjadi lebih tinggi, apalagi jika penyebabnya adalah infeksi yang mulai menyerang tubuh. 

Maka dari itu, penting untuk terus memantau suhu tubuh anak secara berkala, terlebih ketika suhu mendekati 38°C. Bila suhu tubuh Si Kecil mencapai 39°C, maka kondisi ini patut diwaspadai karena bisa berisiko menyebabkan kejang demam (terutama pada anak di bawah 5 tahun) atau tanda infeksi serius, dan sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.

Pentingnya Mengamati Suhu Konsisten: Suhu Si Kecil bisa saja berbeda-beda antara siang hari dan malam hari. Ada beberapa penyakit yang menyebabkan demam hanya pada malam hari saja, sedangkan gejala ini tidak bereaksi pada waktu siang hari. 

Namun ada juga penyakit-penyakit yang menyebabkan demam secara konsisten sepanjang hari. Ini sebabnya ketika Si Kecil terasa tidak demam lagi, Bunda tidak boleh sampai lengah. Jika badannya tidak lagi menghangat, periksa suhunya lagi beberapa jam kemudian. Bunda baru boleh menganggap Si Kecil sudah sehat jika ia nampak aktif, ceria, dan suhu tubuhnya konsisten di bawah 37,5°C selama 24 jam tanpa obat penurun panas. Kadang kala, badan Si Kecil panas tapi kaki dingin, ini penjelasannya juga bisa terjadi.

Cara Mengukur Suhu Tubuh Anak dengan Akurat dan Tepat

Untuk mengetahui secara pasti berapa suhu normal anak atau apakah Si Kecil demam, Bunda perlu mengukur suhu tubuhnya dengan termometer yang tepat dan metode yang benar. Melansir penjelasan dari Mayo Clinic, kita dapat mengukur suhu di beberapa bagian tubuh.

Pengukuran Suhu Tubuh di Mulut (Oral)

Pengukuran suhu tubuh di mulut adalah metode yang cukup akurat untuk anak yang sudah kooperatif dan bisa menahan termometer di bawah lidah.

  • Cara Mengukur: Nyalakan termometer digital dan letakkan ujungnya di bagian bawah lidah Si Kecil, kemudian minta ia menutup bibir rapat-rapat. Pertahankan posisi dan minta anak untuk tidak bicara atau menggigit termometer. Tunggu hingga termometer berbunyi. Keluarkan termometer dari mulut dan lihat hasilnya.
  • Catatan Penting: Jangan lakukan pengukuran sesaat setelah anak makan atau minum cairan panas atau dingin. Beri jeda waktu sekitar 15-20 menit untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Pengukuran ini lebih mudah dikerjakan pada anak yang berusia lebih dari 4-5 tahun. Jika dikerjakan pada bayi atau balita, cenderung sulit karena mereka umumnya tidak kooperatif dan berisiko menggigit termometer.

Pengukuran Suhu Tubuh di Ketiak (Aksila)

Pengukuran suhu tubuh melalui ketiak adalah metode yang paling mudah, tidak invasif, dan minim risiko, sehingga sering menjadi pilihan untuk bayi dan anak kecil.

  • Cara Mengukur: Tempatkan termometer digital dengan ujung bagian kepalanya tepat di tengah ketiak Si Kecil. Kemudian tekan lengan anak hingga menempel ke badannya dan jepit termometer di antara lengan dan dada. Tunggu hingga termometer mengeluarkan bunyi dan baca hasil suhunya.
  • Catatan Penting: Meskipun paling mudah dan nyaman, hasil pengukuran di ketiak tidak seakurat pengukuran di mulut atau dubur. Suhu di ketiak biasanya sekitar 0,5-1°C lebih rendah dari suhu inti tubuh. Jadi, jika hasilnya 37,5°C di ketiak, kemungkinan suhu intinya sudah 38°C atau lebih.

Pengukuran Suhu Tubuh Melalui Dubur (Rektal)

Suhu tubuh rektal adalah metode pengukuran yang paling akurat dan direkomendasikan untuk bayi baru lahir hingga usia 3 tahun, karena paling mendekati suhu inti tubuh.

  • Cara Mengukur: Posisikan anak dalam keadaan tengkurap di pangkuan Bunda atau telentang dengan kaki terangkat. Oleskan petroleum jelly atau pelumas khusus termometer pada ujung termometer sebagai pelumas agar memudahkan masuknya termometer ke dalam dubur anak. Masukkan termometer kurang lebih sedalam 1-2 cm (sekitar setengah inci) dari ujung termometer. Tunggu beberapa saat hingga termometer berbunyi. Tarik perlahan dan lihat hasilnya.

Pengukuran Suhu Tubuh di Telinga (Timpani)

Termometer timpani mengukur suhu melalui telinga dengan menangkap radiasi inframerah dari gendang telinga. Metode ini cepat dan nyaman, cocok untuk anak yang terlalu rewel jika disentuh dengan termometer rektal atau oral.

  • Cara Mengukur: Nyalakan termometer. Jika anaknya masih berumur kurang dari 1 tahun, tarik lembut cuping pada telinganya ke bawah dan ke belakang, sehingga memudahkan termometer masuk ke saluran telinga. (Jika anaknya sudah berumur 2 tahun atau lebih, tarik kupingnya ke belakang dan ke atas.) Tekan tombol pada termometer untuk memulai mengukur suhu, dan tunggu sampai indikatornya berbunyi.
  • Catatan Penting: Untuk dapat mengukur suhu melalui telinga secara akurat, Bunda perlu memastikan bahwa telinga Si Kecil sudah bersih dan tidak ada kotoran telinga yang menghalangi sensor.

Memilih Alat Cek Suhu Badan Bayi yang Tepat

Untuk mengukur suhu badan Si Kecil, Bunda dapat menggunakan termometer digital. Ada beberapa jenis termometer digital yang perlu Bunda tahu:

  • Termometer Rektal/Oral Digital: Termometer serbaguna ini bisa digunakan untuk mengukur suhu melalui dubur (paling akurat untuk bayi) atau mulut (untuk anak yang lebih besar).
  • Termometer Timpani (Telinga): Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu melalui telinga dengan menangkap sensor inframerah. Sangat cepat, cocok untuk anak yang aktif atau sedang tidur.
  • Termometer Dahi (Temporal): Mengukur suhu dari arteri temporal di dahi menggunakan inframerah. Sangat cepat dan non-invasif, cocok untuk screening cepat.
  • Termometer Ketiak Digital: Mengukur suhu badan melalui ketiak. Mudah digunakan, tetapi banyak ahli merasa termometer oral atau rektal masih lebih akurat.

Sebagai catatan, setiap metode pengukuran suhu memiliki tingkat akurasi yang berbeda. Termometer rektal biasanya memberikan hasil paling akurat dan ideal digunakan pada bayi. Sebaliknya, termometer ketiak meskipun paling mudah dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman, memiliki akurasi yang lebih rendah. 

Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk memilih jenis pengukuran yang sesuai dengan usia dan kondisi Si Kecil, serta memperhatikan konsistensi hasil suhu tubuh sebelum mengambil tindakan lanjutan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Normal Anak

Suhu normal anak terkadang bisa berubah-ubah bahkan tanpa adanya penyakit serius. Kondisi ini bisa membuat Bunda menjadi khawatir dan mengira Si Kecil sedang mengalami gangguan kesehatan. Untuk menjawab kekhawatiran Bunda ini, yuk kenali faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi suhu normal anak:

Bertambahnya Usia

Suhu normal Si Kecil akan berubah tergantung pada usianya. Bayi baru lahir cenderung memiliki suhu tubuh yang sedikit lebih tinggi daripada anak yang lebih besar atau dewasa. Rentang suhu antara bayi, anak-anak, dan dewasa memang tidak begitu jauh. Namun, yang membedakan adalah ketahanan terhadap demam. Ketika demam, Si Kecil yang usianya di bawah 2 tahun akan lebih rentan mengalami kejang demam dibanding usia 2 tahun ke atas.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik Si Kecil dapat mempengaruhi suhu tubuh. Saat berolahraga, berlari, atau bermain fisik yang intens, suhu tubuh Si Kecil akan bertambah karena kinerja metabolisme tubuh meningkat untuk menghasilkan energi. Sehingga menjadi hal yang normal ketika selesai beraktivitas suhu tubuhnya sedikit meningkat. Jika Bunda tidak yakin apakah suhu tubuhnya meningkat karena aktivitas atau bukan, Bunda bisa menyimak ciri-ciri demam yang terjadi pada Si Kecil akibat terlalu lelah.

Suhu Lingkungan

Lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi suhu tubuh Si Kecil. Jika berada di tempat yang panas, seperti di bawah terik matahari, ruangan yang pengap, atau berada di ruangan non-AC saat cuaca panas, suhu tubuh Si Kecil akan meningkat sebagai respons alami tubuh untuk menyesuaikan diri. Begitu juga sebaliknya ketika Si Kecil berada di tempat yang dingin, suhu tubuhnya bisa sedikit menurun.

Perubahan Hormon

Pada usia tertentu, terutama saat mendekati masa pubertas, perubahan hormon dalam tubuh Si Kecil juga dapat mempengaruhi suhu normalnya. Meskipun ini lebih jarang terjadi pada anak-anak di bawah 10 tahun, fluktuasi hormon bisa mempengaruhi termoregulasi tubuh.

Infeksi

Ketika Si Kecil mengalami infeksi (baik bakteri, virus, maupun lainnya), suhu tubuhnya bisa di atas suhu normal anak. Pada dasarnya ini merupakan hal yang normal sebagai bentuk perlawanan tubuh terhadap infeksi atau virus. Sistem kekebalan tubuh meningkatkan suhu untuk menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi patogen, sehingga memicu gejala demam.

Salah satu infeksi yang sering dialami oleh Si Kecil adalah cacar air. Kondisi ini umumnya diawali dengan demam lalu muncul bintik-bintik hingga kulit melepuh. Ketika ini terjadi, ada beberapa penanganan yang perlu Bunda berikan pada Si Kecil agar ketidaknyamanan yang dialaminya dapat mereda. Untuk panduan selengkapnya, Bunda bisa membaca gejala cacar air pada anak dan cara mencegahnya

Selain infeksi, demam juga bisa disebabkan oleh reaksi imun tubuh terhadap vaksinasi. Misalnya setelah imunisasi DPT atau campak, anak dapat mengalami peningkatan suhu yang bersifat sementara. Reaksi ini biasanya akan mereda dalam 1-2 hari. Namun, jika suhu terus meningkat atau disertai gejala berat seperti kejang, muntah, atau sulit makan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan kondisi Si Kecil tidak mengarah pada hal yang lebih serius.

Waktu Pengukuran

Suhu tubuh anak, seperti orang dewasa, cenderung sedikit lebih rendah di pagi hari dan sedikit lebih tinggi di sore atau malam hari.

Melansir penjelasan dari Health Line, sebenarnya suhu yang ada dalam tubuh adalah gambaran kemampuan anak dalam mengatur panas dari aktivitas juga proses metabolisme. Pengaturan panas pada tubuh anak diatur oleh bagian otak yakni hipotalamus. Reaksi demam sebetulnya merupakan upaya tubuh anak dalam melawan penyakit. Namun jika demam dibiarkan terus-menerus tanpa penanganan, dapat mengganggu kenyamanan dan tumbuh kembangnya.

Tanda Demam pada Anak yang Harus Segera Dibawa ke Dokter

Meskipun demam seringkali merupakan respons normal tubuh, ada beberapa tanda demam pada anak yang harus segera dibawa ke dokter. Jangan menunda untuk mencari bantuan medis jika Bunda melihat salah satu dari gejala berikut:

  • Bayi di bawah 3 bulan dengan suhu rektal 38°C (100.4°F) atau lebih. Demam pada bayi sangat kecil harus selalu dievaluasi oleh dokter.
  • Demam mencapai 39°C (102.2°F) atau lebih pada anak usia berapa pun, terutama jika disertai gejala lain.
  • Demam berlangsung lebih dari 24 jam pada anak di bawah 2 tahun, atau lebih dari 72 jam (3 hari) pada anak di atas 2 tahun, tanpa perbaikan yang jelas.
  • Anak terlihat sangat sakit: Terlihat sangat lesu, tidak mau bermain, tidak responsif, sulit dibangunkan, atau sangat rewel dan tidak bisa ditenangkan.
  • Muncul ruam pada kulit atau memar yang tidak bisa dijelaskan.
  • Anak menunjukkan tanda dehidrasi: Jarang buang air kecil, mulut kering, tidak ada air mata saat menangis, atau kulit kering.
  • Sulit bernapas: Napas cepat, terengah-engah, atau napas berbunyi (mengi).
  • Nyeri parah di bagian tubuh tertentu, seperti sakit kepala hebat, sakit telinga parah, sakit perut yang tidak mereda.
  • Leher kaku atau sensitif terhadap cahaya terang.
  • Kejang demam, terutama jika ini adalah yang pertama kali atau kejang berlangsung lama.
  • Ada riwayat penyakit serius sebelumnya atau masalah kekebalan tubuh.
  • Demam muncul setelah imunisasi dan tidak mereda dalam 2 hari atau disertai gejala berat.
  • Si Kecil tidak mau makan/minum sama sekali.

Dalam kasus-kasus ini, penting untuk tidak ragu dan segera mencari pertolongan medis untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.

Tips Agar Suhu Tubuh pada Anak Tetap Normal dan Terjaga

Meskipun fluktuasi suhu adalah hal yang wajar, ada beberapa tips agar suhu tubuh pada anak tetap normal dan terjaga kesehatannya.

  1. Pastikan Hidrasi yang Cukup: Berikan Si Kecil air putih, ASI, atau cairan lain secara teratur sepanjang hari, terutama saat beraktivitas fisik atau di cuaca panas. Cairan membantu mengatur suhu tubuh dan mencegah dehidrasi.
  2. Pakaian yang Sesuai Suhu: Pakaikan Si Kecil pakaian yang sesuai dengan suhu lingkungan. Hindari memakaikan pakaian terlalu tebal saat cuaca panas atau di dalam ruangan yang hangat, karena dapat menyebabkan overheating. Pilih bahan yang menyerap keringat.
  3. Jaga Suhu Ruangan Nyaman: Pastikan suhu di kamar atau area bermain Si Kecil tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Gunakan pendingin ruangan atau kipas angin jika diperlukan, dan pastikan sirkulasi udara baik.
  4. Nutrisi Seimbang: Berikan Si Kecil makanan bergizi seimbang dari berbagai kelompok makanan. Nutrisi yang cukup mendukung sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah sakit dan tubuh bisa mengatur suhunya dengan baik.
  5. Istirahat yang Cukup: Pastikan Si Kecil mendapatkan waktu tidur yang cukup sesuai usianya. Tidur berkualitas penting untuk pemulihan tubuh dan fungsi kekebalan.
  6. Aktivitas Fisik Teratur: Dorong Si Kecil untuk aktif bergerak dan bermain. Aktivitas fisik sehat membantu tubuh mengatur suhu dan memperkuat daya tahan tubuh secara keseluruhan.
  7. Kebersihan Diri dan Lingkungan: Ajarkan Si Kecil untuk sering mencuci tangan. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar untuk meminimalkan paparan kuman penyebab infeksi yang bisa memicu demam.

Bunda, memahami suhu normal anak, cara mengukurnya, dan kapan harus waspada adalah bekal penting untuk menjaga kesehatan Si Kecil. Demam seringkali merupakan respons alami tubuh untuk melawan infeksi. 

Namun jika demam berlanjut atau disertai gejala serius, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Dengan perhatian dan pengetahuan yang tepat, Bunda dapat membantu Si Kecil tumbuh sehat, ceria, dan aktif menjadi #GenerasiPlatinum.

Untuk meredakan demam Si Kecil, Bunda dapat mempelajari beberapa cara alami tanpa obat yang dijelaskan di artikel berikut: Cara Menurunkan Panas pada Bayi Tanpa Obat.