Dilansir dari Kementerian Kesehatan, kasus diabetes tipe 1 dan 2 pada anak-anak di tahun 2023 meningkat secara drastis, yaitu 70 kali lipat dalam 13 tahun. Saat ini, pada setiap 100.000 anak, 2 di antaranya menderita penyakit ini, dan sebagian besar merupakan tipe 1. Hampir 60% di antaranya adalah anak perempuan, dan kebanyakan dari mereka menderita ini sejak berusia 10-14 tahun.
Tipe 1 merupakan kondisi autoimun mendadak yang seringkali diderita anak yang orangtuanya juga mengalami penyakit yang sama. Sebaliknya tipe 2 berkembang selama bertahun-tahun, dan terjadi pada anak yang memang jarang berolahraga dan kelebihan berat badan.
Reaksi autoimun di dalam tubuh menjadi penyebab diabetes tipe 1. Sistem imun, yang seharusnya melindungi tubuh dari benda asing, secara keliru menyerang sel dalam pankreas yang bertugas memproduksi insulin. Dampak dari kesalahan sistem ini adalah ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan insulin tersebut. Padahal insulin diperlukan untuk mengatur gula darah agar tubuh dapat berfungsi optimal.
Faktor genetik seringkali menjadi penyebab reaksi autoimun, karena terdapat kelainan genetik yang menyebabkan sistem imun ini bereaksi secara tidak normal.
Sedangkan tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin, yaitu kondisi ketika tubuh tetap memproduksi insulin, tetapi tidak dapat menggunakannya secara efektif. Penyebabnya adalah insulin yang sulit bekerja pada area-area tertentu dalam tubuh, karena area ini tertutupi lemak.
Si Kecil yang jarang sekali bergerak aktif akan lebih mudah mengalami tipe 2 ini, karena jarang terjadi pembakaran lapisan lemak dalam tubuhnya. Ini berakibat tingginya lapisan lemak di dalam tubuh, sehingga menyulitkan tubuhnya merespons insulin. Itulah sebabnya penyakit ini juga lebih sering dialami anak-anak yang berbadan gemuk.
Pada diabetes tipe 1, riwayat keluarga adalah hal yang meningkatkan kemungkinan Si Kecil untuk menderita penyakit ini. Artinya, jika orang tua atau saudara kandung Si Kecil memiliki penyakit ini, maka kemungkinan ia lebih mudah mengalaminya juga. Banyak ahli menemukan, penyakit ini terjadi karena faktor genetik cenderung mengganggu sistem imunnya.
Beberapa kasus tipe 2 juga cenderung lebih mudah terjadi karena faktor genetik. Tetapi jauh lebih banyak kasus yang terjadi karena gaya hidupnya yang kurang sehat. Apabila kebiasaan Si Kecil cenderung minim aktivitas fisik, atau ia lebih banyak mengonsumsi makanan yang kurang sehat, maka ia akan lebih berisiko mengalami penyakit tersebut daripada anak-anak yang berat badannya normal.
Anak yang lahir dari ibu yang menderita penyakit diabetes ketika hamil, juga cenderung lebih mudah mengalami penyakit ini daripada anak yang ibunya sehat selama hamil.
Terdapat suatu gejala yang membedakan kedua diabetes ini, yaitu perubahan berat badan.
Penurunan berat badan yang jauh lebih sering terjadi pada tipe 1. Si Kecil yang menderita penyakit ini umumnya kekurangan produksi insulin, sehingga tidak ada insulin untuk membuat glukosa tersampaikan kepada organ-organ tubuh yang memerlukan. Akibatnya organ-organ ini akan kekurangan energi yang seharusnya berasal dari glukosa tersebut.
Maka tubuhnya mengatasi kekurangan energi ini dengan mengambil sumbernya dari jaringan lemak dan massa otot. Ia pun menjadi kekurangan lemak dan massa otot, sehingga berat badannya akan berkurang.
Sedangkan anak-anak yang menderita diabetes tipe 2 jauh lebih sering mengalami peningkatan berat badan sejak mulai mengalami penyakit ini. Pada tipe 2, Si Kecil umumnya masih memproduksi insulin, dan insulin ini akan mengatur agar glukosa yang berlebihan dalam darah itu disimpan di dalam jaringan lemak.
Di dalam jaringan lemak ini, glukosa juga akan diubah menjadi lemak , sehingga memperbesar ukuran jaringan lemak tersebut. Inilah yang menyebabkan berat badannya menjadi bertambah, bahkan lebih besar lagi apabila sejak awal ia memang mengalami obesitas dan jarang beraktivitas fisik.
Bunda, diabetes tipe 1 merupakan hal yang masih sulit dicegah untuk terjadi pada Si Kecil karena banyak dipengaruhi faktor genetik. Tetapi tipe 2 jauh lebih mudah dicegah apabila sejak kecil ia dibiasakan untuk beraktivitas fisik dan dibatasi dari makanan yang banyak mengandung gula sederhana hingga berlebihan.
Salah satu bentuk gula sederhana yang sering dikonsumsi adalah pemanis tambahan yang banyak terdapat pada #Susu. Di sinilah pentingnya memilih #SusuPertumbuhan yang rendah gula, agar kebutuhan NUTRISI-nya terpenuhi tanpa harus menimbulkan risiko diabetes tipe 2. Cari tahu rekomendasi susu rendah gula di halaman ini Rekomendasi Susu Pertumbuhan Rendah Gula untuk Si Kecil
Referensi
Healthline. Type 1 and Type 2 Diabetes: What’s the Difference? Diakses pada 19 November 2024. https://www.healthline.com/health/difference-between-type-1-and-type-2-diabetes
Cleveland Clinic. Type 1 vs. Type 2 Diabetes: What’s the Difference? Diakses pada 19 November 2024. https://health.clevelandclinic.org/type-1-vs-type-2-diabetes
Kemkes. Diabetes Melitus pada Anak. Diakses pada 24 November 2024. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2612/diabetes-melitus-pada-anak
WHO. Diabetes. Diakses pada 19 November 2024. https://www.who.int/health-topics/diabetes
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Memahami Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 pada Anak
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?