Preeklamsia adalah gangguan serius pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan meningkatnya kadar protein dalam urin. Kondisi ini biasanya muncul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu dan dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan janin. Oleh karena itu, Bunda perlu mengenali lebih dalam tentang preeklamsia, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara penanganannya.
Preeklamsia umumnya terjadi akibat gangguan fungsi plasenta. Plasenta yang tidak berkembang dengan baik menghambat aliran darah ke janin, menyebabkan tekanan darah Bunda meningkat sebagai respons tubuh untuk memperbaiki suplai darah ke plasenta. Selain masalah plasenta, ada faktor risiko lain yang bisa menyebabkan preeklamsia, seperti riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas, kehamilan ganda, atau kondisi medis sebelumnya seperti diabetes, hipertensi kronis, atau penyakit ginjal.
Ketahui lebih lanjut kondisi ini di artikel berikut yuk: Plasenta Previa, Suatu Bahaya dalam Kehamilan!
Gizi buruk, tingginya kadar lemak dalam darah, dan faktor genetik juga turut meningkatkan risiko preeklamsia. Oleh sebab itu, penting bagi Bunda untuk memperhatikan asupan nutrisi selama kehamilan dan menjaga gaya hidup sehat demi mengurangi risiko kondisi ini.
Gejala utama preeklamsia adalah meningkatnya tekanan darah di atas 140/90 mmHg dan ditemukannya protein dalam urin. Selain itu, gejala lain yang sering dialami oleh ibu hamil meliputi pembengkakan pada tangan, wajah, dan kaki secara tiba-tiba, nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan seperti pandangan kabur atau melihat kilatan cahaya, nyeri pada perut bagian atas, mual, dan muntah.
Jika Bunda mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang tepat. Semakin dini preeklamsia terdeteksi, semakin baik pula hasil penanganannya.
Preeklamsia yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi serius. Pada ibu hamil, kondisi ini dapat berkembang menjadi eklamsia, yaitu kejang akibat preeklamsia yang membahayakan nyawa ibu dan janin. Fungsi organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, dan otak juga dapat terganggu.
Sementara itu, dampak preeklamsia bagi janin meliputi gangguan pertumbuhan akibat aliran darah yang tidak memadai ke plasenta. Hal ini meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah, bahkan kematian janin dalam kandungan. Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan perkembangan jangka panjang, seperti gangguan belajar, cerebral palsy, gangguan pendengaran, dan masalah penglihatan.
Apabila Bunda memerlukan penjelasan lebih terkait bagaimana pertumbuhan janin di usia kehamilan bunda yang sudah memasuki 7 bulan, Bunda bisa ketahui lebih lanjut melalui artikel berikut yaa: Kondisi Janin Saat Usia Kehamilan 7 Bulan!
Meski belum ada obat yang secara langsung menyembuhkan preeklamsia, kondisi ini dapat dikendalikan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Penanganan utama adalah pemantauan ketat oleh dokter untuk mengontrol tekanan darah serta memberikan obat-obatan tertentu jika diperlukan. Dokter mungkin meresepkan obat antihipertensi untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.
Pada kasus preeklamsia berat atau mendekati waktu persalinan, dokter biasanya akan mempertimbangkan persalinan lebih awal untuk mencegah komplikasi serius pada ibu dan janin. Oleh sebab itu, pemeriksaan rutin selama kehamilan sangat penting untuk mendeteksi kondisi ini sedini mungkin.
Pencegahan preeklamsia dapat dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat sejak awal kehamilannya. Konsumsi makanan bergizi seimbang, terutama makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti susu dan produk olahannya, serta suplemen yang mengandung vitamin D dan asam folat. Hindari makanan tinggi lemak dan gula untuk mengurangi risiko hipertensi selama kehamilan.
Selain pola makan sehat, lakukan pemeriksaan kehamilannya secara rutin ke dokter atau bidan. Pemantauan teratur ini memungkinkan deteksi dini gejala-gejala preeklamsia sehingga penanganannya dapat dilakukan lebih cepat dan efektif.
Bunda juga perlu mengontrol berat badan selama kehamilan, tetap aktif bergerak, dan menghindari stres berlebihan. Langkah-langkah sederhana ini dapat sangat membantu mengurangi risiko preeklamsia dan menjaga kesehatan Bunda serta janin hingga persalinan.
Dengan memahami apa itu preeklamsia serta mengenali gejala dan faktor risikonya, Bunda dapat lebih waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk menjalani kehamilan yang aman dan sehat.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Apa Itu Preeklamsia? Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?