Membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini adalah investasi besar bagi tumbuh kembang Si Kecil, Bunda. Namun, tak jarang kita dihadapkan pada tantangan: anak-anak susah makan (GTM atau Gerakan Tutup Mulut), pilih-pilih makanan (picky eater), atau hanya mau ngemil saja. Kondisi ini tentu berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi, yang bisa berdampak pada tumbuh kembang optimalnya.
Di sinilah feeding rules berperan sebagai pedoman penting yang membantu Bunda mengenalkan pola makan sehat sejak masa MPASI. Menerapkan aturan makan yang jelas akan membantu Si Kecil belajar menikmati berbagai jenis makanan tanpa drama. Ini bukan hanya tentang mengisi perut, tetapi juga mendukung keseimbangan nutrisi bagi tumbuh kembangnya, membangun hubungan positif dengan makanan, serta membentuk kebiasaan makan yang baik hingga ia dewasa.
Pola makan sehat yang diterapkan sejak dini dapat membentuk dasar bagi kesehatan pencernaan dan energi optimal, sehingga Si Kecil tumbuh menjadi #GenerasiPlatinum yang siap menghadapi masa depan dengan potensi terbaiknya. Mari kita selami lebih dalam apa itu feeding rules, mengapa begitu penting, dan bagaimana cara menerapkannya dengan efektif.
Bunda, mungkin sering mendengar istilah feeding rules. Lalu, apa sebenarnya feeding rules itu? Secara sederhana, feeding rules adalah seperangkat aturan atau pedoman yang ditetapkan orang tua mengenai waktu, tempat, dan cara makan anak. Ini bukan tentang memaksa anak makan, melainkan menciptakan struktur dan rutinitas positif seputar waktu makan.
Mengapa feeding rules penting bagi Si Kecil? Sejak memasuki usia 6 bulan, tepatnya ketika masa MPASI dimulai, Bunda dapat menerapkan aturan makan ini. Kebiasaan ini sangat berguna untuk memastikan anak makan secara teratur sehingga asupan nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang optimalnya dapat terpenuhi dengan baik. Jika tidak menerapkan feeding rules yang jelas, pola makan Si Kecil bisa berantakan dan menjadi tidak sehat.
Misalnya, anak lebih suka ngemil berlebihan sampai merasa kenyang sehingga menolak menu utama yang kaya zat gizi. Akibatnya, asupan nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang optimal tidak tercukupi, yang berpotensi menimbulkan masalah pertumbuhan, seperti sulit menaikkan berat badan hingga stunting. Pentingnya disiplin makan ini juga akan membantu Bunda dalam menyikapi memilih makanan anak picky eater.
Harapannya, aturan makan ini dapat mendorong Si Kecil mengenali rasa lapar dan kenyang dari tubuhnya sendiri, menghindari kebiasaan Gerakan Tutup Mulut (GTM) dan picky eater, serta membuat Si Kecil menikmati berbagai jenis makanan sehat yang disajikan. Kebiasaan makan yang sehat sejak dini ini menjadi pondasi penting yang memastikan Si Kecil memperoleh nutrisi terbaik untuk mencapai potensi maksimalnya, baik dari segi fisik maupun kognitif, sehingga ia bisa menjadi #GenerasiPlatinum di masa mendatang. Jika dibiasakan hingga dewasa, ia bisa tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.
Dalam dunia pengasuhan anak, ada dua pendekatan umum terkait pemberian makan: feeding rules dan responsive feeding. Bunda mungkin bertanya, apa perbedaannya, dan mana yang lebih baik untuk Si Kecil?
Feeding Rules (Aturan Makan) adalah pendekatan yang lebih terstruktur. Fokusnya ada pada "siapa yang bertanggung jawab atas apa" dalam proses makan. Orang tua yang menentukan apa yang akan dimakan, kapan akan makan, dan di mana akan makan. Anak bertanggung jawab atas berapa banyak yang akan dimakan dari makanan yang disajikan. Pendekatan ini seringkali menekankan jadwal makan yang konsisten, durasi makan yang terbatas, dan lingkungan makan yang bebas distraksi. Tujuannya adalah membangun disiplin dan kebiasaan makan yang teratur.
Di sisi lain, Responsive Feeding (Pemberian Makan Responsif) adalah pendekatan yang berpusat pada respons orang tua terhadap isyarat lapar dan kenyang dari bayi atau anak. Bunda akan menawarkan makanan saat Si Kecil menunjukkan tanda lapar dan berhenti saat ia menunjukkan tanda kenyang. Ini menekankan pentingnya interaksi yang penuh kasih sayang dan dukungan emosional selama waktu makan, serta menghargai kemandirian anak dalam mengatur asupannya sendiri.
Mana yang lebih baik? Sebenarnya, pendekatan terbaik adalah menggabungkan kedua konsep tersebut. Feeding rules menyediakan struktur yang penting, sementara responsive feeding memastikan bahwa pendekatan ini dilakukan dengan penuh kepekaan terhadap kebutuhan dan isyarat Si Kecil.
Dengan kata lain, Bunda menetapkan feeding rules (misalnya, makan pada jam tertentu di meja makan tanpa gadget), tetapi dalam kerangka aturan itu, Bunda tetap responsif. Jika Si Kecil menunjukkan tanda kenyang (memalingkan kepala, mendorong piring), Bunda tidak memaksanya. Jika ia menunjukkan tanda lapar di luar jadwal, Bunda bisa mempertimbangkan camilan sehat. Kombinasi ini mengajarkan anak disiplin sambil tetap menghargai sinyal tubuhnya sendiri, menciptakan hubungan yang sehat dengan makanan.
Menerapkan feeding rules untuk membangun kebiasaan makan sehat pada Si Kecil memang membutuhkan konsistensi, kesabaran, dan sedikit kreativitas. Namun, dengan langkah yang tepat, proses ini bisa menjadi pengalaman positif bagi Si Kecil dan Bunda.
Konsistensi adalah pondasi utama feeding rules. Buatlah jadwal makan yang teratur setiap hari. Sediakan makanan utama sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang, dan malam) serta camilan sehat satu hingga dua kali di antara waktu makan.
Pastikan durasi makan tidak melebihi 30 menit, dan hindari memberikan makanan atau minuman lain, kecuali air putih, mendekati waktu makan utama (misalnya 1-2 jam sebelumnya) agar Si Kecil tidak kehilangan nafsu makan saat jam makan tiba. Jadwal yang teratur akan membantu sistem pencernaan Si Kecil bekerja lebih baik dan ia akan belajar untuk merasa lapar pada waktu makan.
Ingatlah, makan harus menjadi pengalaman menyenangkan bagi Si Kecil. Ciptakan suasana makan yang nyaman dan positif. Hindari memarahi atau memaksanya makan karena hal ini bisa menyebabkan Si Kecil merasa tertekan atau trauma makan, yang justru membuatnya makin susah makan (GTM). Bunda bisa mencoba membuat makan terasa menyenangkan, misalnya dengan mengajak Si Kecil bermain kuis ringan tentang nama sayur atau buah yang disajikan.
Sangat penting juga untuk menghindari televisi, gadget, atau mainan yang bisa mengalihkan perhatian Si Kecil saat makan. Bunda juga tidak disarankan untuk mengajak Si Kecil berjalan-jalan ketika makan. Saat terdistraksi, ia akan kehilangan fokus dan mengabaikan makanan di hadapannya. Bahkan, hal ini bisa menstimulasi rasa kenyang palsu yang membuatnya enggan melanjutkan makan, padahal asupan nutrisinya belum cukup. Fokus pada interaksi langsung dengan makanan dan keluarga.
Prinsip utama feeding rules yang efektif adalah mendorong Si Kecil mengenali sinyal lapar dan kenyang dari tubuhnya sendiri, untuk mengontrol asupan makanan yang masuk ke dalam perutnya. Dengan begitu, Si Kecil hanya mengonsumsi makanan bergizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal. Ia akan berhenti setelah perutnya terasa kenyang sehingga terhindar dari makan berlebihan yang bantu Si Kecil menjaga berat badan ideal sesuai kurva pertumbuhan serta mencegah masalah pencernaan.
Salah satu cara yang dapat Bunda lakukan adalah membantunya memahami perasaan lapar dan kenyang berdasarkan usia. Jika anak berusia 2 tahun dan sudah bisa berkomunikasi, Bunda bisa menjelaskan secara sederhana apa itu rasa lapar dan bagaimana tandanya.
Gunakan contoh nyata agar Si Kecil dapat memahami dengan mudah. Misalnya dengan memberi tahu bahwa perut keroncongan merupakan salah satu tanda tubuh kelaparan. Bunda juga bisa bertanya secara berkala apakah perutnya mulai terasa kosong. Hal ini membantu Si Kecil menyadari sensasi lapar yang muncul dari tubuhnya.
Dengan demikian, ia bisa menyampaikan saat ia merasa lapar, dan ini dapat menjadi dasar penentuan jadwal makan hariannya. Di sisi lain, memberikan makanan saat Si Kecil benar-benar merasa lapar juga penting agar ia belajar mendengarkan sinyal tubuhnya sendiri.
Ketika Si Kecil makan hanya saat lapar, ia dapat menikmati makanannya dan lebih mudah menerima makanan sehat yang disajikan. Konsistensi dalam membimbing Si Kecil memahami sinyal lapar ini akan membantunya membangun hubungan yang positif dengan makanan hingga dewasa.
Membantu Si Kecil mau makan dengan mudah memerlukan pendekatan yang tepat dan konsisten, terutama dalam mengenalkan makanan baru. Salah satu strategi yang dapat Bunda lakukan adalah menerapkan food chaining, yaitu mengenalkan makanan baru secara bertahap dengan menghubungkannya pada makanan yang sudah disukai Si Kecil.
Hal ini bertujuan agar ia tak takut mencoba menu baru sehingga tetap merasa nyaman dan berani. Sebagai contoh, jika Si Kecil gemar makan telur dadar dengan parutan keju, maka Bunda dapat menambahkan parutan wortel yang sangat halus sebagai topping pada telur dadar tersebut.
Apabila diterima dengan baik olehnya, Bunda bisa menambahkan bahan lain secara bertahap, misalnya wortel dengan potongan yang sedikit lebih besar atau menambahkan daging ayam giling pada telur dadar yang sama. Bunda bisa menekankan bahwa itu tetap telur dadar kesukaannya, tapi dengan variasi yang berbeda. Pendekatan ini membangun kepercayaan diri anak untuk mencoba hal baru.
Jika Si Kecil sudah bisa berkomunikasi dengan baik, ajak ia untuk memilih menu makanan mingguannya sendiri (berikan beberapa pilihan sehat yang sudah Bunda siapkan). Hal ini membantu membangkitkan minatnya, karena pilihan menu berasal dari keinginannya sendiri.
Sesekali waktu, Bunda bisa melibatkannya dalam proses memasak atau menyiapkan makanan yang sederhana dan aman baginya, seperti mencuci buah atau sayur, atau menata piring. Melihat dan ikut berpartisipasi dalam prosesnya seringkali membuat anak termotivasi untuk menyantap hasil makanannya.
Penting juga untuk menyesuaikan tekstur dan porsi makanan dengan usia dan kemampuan mengunyah Si Kecil. Misalnya, untuk anak usia 6 bulan yang baru belajar mengunyah, berikan bubur halus atau puree. Seiring bertambahnya usia, tekstur bisa ditingkatkan secara bertahap menjadi cincang halus, cincang kasar, hingga makanan keluarga dalam potongan kecil.
Berikan kesempatan pada Si Kecil untuk makan sendiri (makanan jari) agar ia lebih mengenal rasa dan tekstur makanan. Setelah makan utama selesai, baru tawarkan air putih untuk membersihkan mulut dan membantu pencernaan.
Jika Si Kecil menolak makan, seperti menutup mulut, memalingkan kepala, atau mendorong piring, hindari memaksanya. Cobalah menawarkan makanan secara perlahan dan tenang. Jika dalam 10–15 menit Si Kecil tetap menolak, akhiri sesi makan tanpa memarahi atau membentaknya.
Hal ini penting untuk menghindari trauma makan yang bisa berdampak negatif pada kebiasaan makan di masa depan. Beri jarak antara sesi makan dan camilan untuk membangun rasa lapar yang sehat. Ingatlah, proses membangun kebiasaan makan sehat memang membutuhkan kesabaran.
Menerapkan feeding rules adalah langkah awal yang sangat baik, namun ada beberapa hal lain yang juga perlu Bunda perhatikan dalam pola makan anak secara keseluruhan:
Menerapkan feeding rules sejak dini adalah langkah penting untuk membentuk pola makan sehat pada Si Kecil. Namun, ini bukanlah hal mudah dan membutuhkan konsistensi. Pada hari-hari pertama, terutama saat Si Kecil berusia 1 (satu) tahun dan sedang aktif mengeksplorasi dunia, Bunda mungkin akan menghadapi banyak tantangan.
Oleh karena itu, nutrisi pendamping dari #SusuAnak mungkin diperlukan untuk menjaga kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi selama jadwal makannya belum teratur.
Susu pertumbuhan ini bisa menjadi tambahan bergizi yang mendukung tumbuh kembang Si Kecil, selaras dengan asupan nutrisi sehari-hari yang diberikan Bunda. Namun, Bunda juga perlu konsultasi ke dokter, ya. Selain itu, ketahui pilihan susu pertumbuhan pelengkap ASI umur 1 tahun berikut ini.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Feeding Rules: Panduan Membangun Kebiasaan Makan Sehat Anak
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?