Perawatan Anak

Cara Menangani Campak pada Anak dan Mencegah Penularannya

Morinaga Platinum - 5 Mei 2025

Cara Menangani Campak pada Anak dan Mencegah Penularannya

Pernahkah Bunda melihat Si Kecil tiba-tiba demam, batuk, dan muncul ruam kemerahan pada kulitnya? Wajar kalau Bunda langsung cemas, karena gejala ini sering berkaitan dengan campak. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini kerap menyerang anak-anak dan menular dengan sangat mudah. Meskipun kebanyakan orang hanya mengalaminya sekali seumur hidup, bukan berarti Bunda bisa lengah, ya. Campak yang tidak ditangani dengan baik berisiko menyebabkan komplikasi berbahaya.

Campak adalah infeksi virus pada anak-anak, juga dikenal sebagai rubeola. Penyakit ini sangat mudah menular melalui droplet di udara ketika penderita bersin atau batuk. Jika berada dekat dengan penderita, 9 dari 10 orang yang belum divaksinasi bisa tertular. Setelah terpapar, gejala biasanya muncul dalam 6 sampai 21 hari. Penderita dapat menularkan campak bahkan sejak 5 hari sebelum ruam muncul hingga 4 hari setelah ruamnya terlihat. Bagi anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh lemah, periode penularan bisa berlangsung lebih lama.

Data dari WHO menyebutkan bahwa angka kematian akibat campak sudah menurun karena makin banyak anak-anak mendapatkan vaksin. Namun, pada tahun 2023, campak masih menyebabkan 107.500 kematian secara global dan sebagian besar adalah anak-anak. Ini menunjukkan bahwa ancaman penyakit ini masih ada, terutama bagi kelompok yang belum divaksin. Karena itulah, Bunda perlu memahami apa yang terjadi saat Si Kecil terinfeksi virus ini, agar bisa mengambil tindakan tepat untuk pemulihan dan mencegah penyebarannya.

Melihat risiko campak yang berbahaya dan cara penularannya yang begitu cepat, Bunda sebaiknya mengenali gejala-gejalanya. Dengan begitu, Bunda bisa segera mengambil tindakan jika Si Kecil terindikasi terpapar virus ini dan meminimalkan penularan pada orang lain di sekitar.

Gejala Campak pada Anak

Tanda-tanda awal infeksi biasanya baru muncul setelah 10–14 hari pasca terpapar. Gejala ini meliputi hidung berair, batuk, mata merah dan berair, serta bintik-bintik putih kecil di dalam pipi yang berlangsung selama 4–7 hari.

Adapun ruam atau bintik kemerahan muncul 7–18 hari setelah terkena virus, biasanya di wajah dan leher bagian atas. Bagi anak yang memiliki kulit lebih gelap, bintik-bintik ini mungkin lebih sulit terlihat. Kadang-kadang, ruam tersebut disertai demam tinggi hingga 40°C, dan bisa menyebar ke tangan serta kaki dalam 3 hari. Ruam biasanya berlangsung sekitar 5–6 hari sebelum akhirnya menghilang.

Namun, bahaya utama campak sering kali tidak hanya dari gejala ruam dan demam, tapi komplikasi yang bisa muncul, seperti kebutaan, radang pada otak, diare parah hingga dehidrasi, infeksi telinga, dan pneumonia. Risiko komplikasi lebih besar terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun, serta orang dewasa di atas 30 tahun. Anak dengan gizi buruk atau sistem kekebalan tubuh yang lemah karena HIV atau penyakit lain juga lebih rentan. Virus campak pun dapat melemahkan daya tahan tubuh sehingga membuat anak mudah terserang penyakit lain.

Sampai sekarang, tidak ada pengobatan medis khusus yang langsung mematikan virus campak. Infeksi biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Meski demikian, penanganan yang tepat bisa membuat Si Kecil lebih nyaman dan mengurangi risiko komplikasi.

Berapa Lama Campak Sembuh?

Umumnya, campak berkembang perlahan selama 2 hingga 3 minggu. Begitu timbul ruam, masa penyembuhan mulai terlihat sekitar tujuh hari kemudian. Awalnya, ruam akan menghilang dari wajah lebih dulu, lalu menyusul area tubuh lain seperti paha dan kaki.

Saat gejala-gejala campak berangsur hilang, batuk serta area kulit yang menggelap atau terkelupas di bekas ruam dapat bertahan hingga 10 hari. Faktor yang turut memengaruhi durasi penyembuhan, antara lain kondisi kesehatan Si Kecil secara umum dan perawatan yang diberikan selama sakit. Anak yang gizi dan kesehatannya terjaga biasanya pulih lebih cepat dibandingkan mereka yang memiliki gangguan imun atau kurang nutrisi.

Beberapa kelompok lebih berisiko tinggi mengalami campak, antara lain bayi yang usianya belum cukup untuk divaksin, anak-anak dan remaja yang belum memperoleh dua dosis vaksin, ibu hamil, serta mereka yang memiliki gizi buruk atau daya tahan tubuh lemah. Jika Bunda menduga Si Kecil terinfeksi campak, segera ambil tindakan agar kondisinya tidak memburuk.

Langkah-langkah Penanganan Campak

Walaupun tak ada antivirus khusus untuk campak, Bunda tetap perlu mengambil langkah-langkah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah orang lain tertular. Anak yang terinfeksi sebaiknya diisolasi selama masa penularan, yaitu empat hari setelah ruam muncul. 

Apabila ada anggota keluarga lain yang belum divaksin, segeralah konsultasi dengan dokter untuk melihat apakah mereka masih bisa mendapatkan vaksin atau terapi imunoglobulin (IG). Terapi IG biasanya direkomendasikan bagi bayi di bawah 12 bulan yang belum divaksin, ibu hamil yang belum divaksin, dan anak dengan kondisi imun yang lemah.

Selain itu, Bunda juga bisa melakukan beberapa cara berikut:

  • Memberikan obat penurun panas sesuai anjuran dokter, untuk meredakan demam Si Kecil.
  • Memastikan Si Kecil cukup istirahat serta tetap terhidrasi dengan baik, supaya kondisinya tidak makin drop.
  • Menghindari pemberian obat flu tanpa saran dokter, karena tidak semua jenis obat cocok untuk anak yang sedang terkena campak.
  • Konsultasi tentang pemberian vitamin A, mengingat anak dengan kadar vitamin A rendah bisa saja mengalami komplikasi lebih serius.

Tips Mencegah Penyebaran Campak di Rumah

Imunisasi MR (Measles-Rubella) adalah perlindungan utama agar Si Kecil tidak mudah terserang virus campak. Vaksin ini diberikan saat anak berusia 9 bulan dan bisa mencegah komplikasi serius. Namun, imunisasi saja tidak cukup. Bunda juga dapat melakukan pencegahan tambahan di rumah.

Ajarkan Si Kecil untuk rajin mencuci tangan, terutama sebelum makan atau setelah bermain. Gunakan sabun agar kuman dan virus benar-benar hilang. Lalu, ingatkan anak agar tidak sembarangan berbagi barang pribadi, seperti alat makan atau handuk, dengan teman-temannya. Jika ada orang di sekitar yang menunjukkan gejala campak, sebaiknya hindarkan Si Kecil dari kontak langsung, terutama bila ia belum divaksin.

Terakhir, dukungan pada sistem imun Si Kecil menjadi hal tak kalah penting. Menyertakan prebiotik dalam pola makan sehari-hari dapat membantu daya tahan tubuh anak supaya lebih kuat. Salah satu sumber prebiotik paling mudah ditemukan adalah susu. Bagi Bunda yang penasaran susu apa saja yang mengandung prebiotik dan bagus untuk meningkatkan daya tahan tubuh Si Kecil, baca artikel berikut yuk: 7 Merk Susu yang Bagus untuk Daya Tahan Tubuh Anak.

Sumber:

  • WO. Measles. Diakses 14 Maret 2025. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/measles
  • Kids Health. Measles. Diakses 14 Maret 2025. https://kidshealth.org/en/parents/measles.html 
  • Healthline. Measles: Everything You Need to Know. Diakses 14 Maret 2025. https://www.healthline.com/health/measles 
  • Mayoclinic. Measles. Diakses 14 Maret 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/measles/symptoms-causes/syc-20374857 
  • Parents. What to Do If You or Your Child Gets the Measles. Diakses 14 Maret 2025. https://www.parents.com/health/rashes/what-to-do-if-you-or-your-child-gets-the-measles/

Lihat Artikel Lainnya