Perawatan Anak

Disleksia, Gangguan Membaca yang Bisa Diatasi Sejak Dini

Morinaga Platinum - 6 Mei 2025

Disleksia, Gangguan Membaca yang Bisa Diatasi Sejak Dini

Pernahkah Bunda melihat Si Kecil tampak susah mengenali huruf, sering terbalik menulis b dengan d, atau kesulitan merangkai kata saat membaca? Kalau iya, jangan buru-buru menyimpulkan anak malas atau kurang pintar, ya. Bisa jadi Si Kecil sedang mengalami disleksia. 

Disleksia merupakan gangguan belajar yang utamanya memengaruhi kemampuan anak dalam membaca, mengeja, dan menulis. Kondisi ini bukan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan ataupun motivasi, melainkan perbedaan cara memproses huruf di otaknya Itulah sebabnya, banyak dari mereka yang kesulitan membedakan huruf tertentu, menulis kata secara terbalik, atau lambat dalam mengeja.

Namun, Bunda tak perlu cemas berlebihan. Dengan pendekatan yang tepat, anak dengan disleksia dapat belajar membaca dan menulis, bahkan tumbuh berprestasi seperti anak-anak lainnya.

Kesulitan Membaca dan Menulis pada Anak Usia Dini

Pada tahap awal belajar, sebagian anak mungkin terlihat kesulitan mengeja atau membaca. Namun, bila Si Kecil terus-menerus bingung membedakan huruf-huruf seperti d, b, p, dan q, atau kerap menulis kata secara terbalik, Bunda patut waspada. Bisa jadi, ini bukan sekadar keterlambatan belajar biasa, melainkan tanda awal disleksia.

Disleksia adalah gangguan belajar yang memengaruhi cara anak memproses dan mengenali huruf serta kata. Meskipun anak memiliki kecerdasan normal dan semangat belajar, mereka tetap kesulitan membaca, menulis, atau mengeja kata-kata sederhana. Proses decoding—menghubungkan huruf dengan bunyi—menjadi tantangan besar bagi mereka.

Namun, penting diingat bahwa disleksia tidak menutup peluang anak untuk berkembang. Banyak anak dengan disleksia justru menunjukkan POTENSI luar biasa di bidang seni, kreativitas, atau kemampuan sosial. Dengan pendekatan yang tepat, mereka tetap bisa belajar dan tumbuh optimal seperti anak lainnya.

Tanda Disleksia yang Sering Terlewatkan

Tidak semua gejala disleksia terlihat jelas. Terkadang, anak tampak hanya “lambat belajar” atau dianggap kurang fokus. Padahal, mereka sebenarnya mengalami kesulitan dalam mengenali urutan huruf, membedakan bunyi, atau mengingat kata-kata sederhana.

Anak dengan disleksia juga sering menunjukkan tanda-tanda seperti menulis huruf secara terbalik, bingung saat mengeja, atau tidak mampu menghubungkan huruf dengan suara yang benar. Akibatnya, mereka merasa frustrasi, minder, dan enggan membaca atau menulis karena terus-menerus merasa gagal.

Yang perlu Bunda pahami, gejala disleksia pada anak bisa sangat bervariasi. Ada yang hanya kesulitan mengeja, ada pula yang tampak lambat dalam memahami instruksi lisan. Maka dari itu, perhatian sejak dini dan kepekaan orang tua sangat penting untuk membantu proses deteksi dan penanganan lebih awal. Dengan begitu, Si Kecil bisa segera mendapatkan dukungan untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

Apa yang Membuat Anak Bisa Mengalami Kondisi Ini?

Bunda perlu memahami kendala yang dialami oleh Si Kecil, apakah kesulitan belajar yang dirasakannya merupakan tanda dari disleksia. Penyebab disleksia sebenarnya masih belum terlalu jelas dan masih diteliti hingga saat ini. Namun ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kondisi disleksia pada Si Kecil, di antaranya:

Faktor Genetik dan Keturunan

Disleksia bukanlah kondisi yang muncul begitu saja tanpa sebab. Salah satu faktor utama yang berperan adalah genetika. Anak yang memiliki orang tua, kakak, atau anggota keluarga lain dengan riwayat disleksia cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi serupa. 

Faktor genetika ini bisa meningkatkan potensi disleksia pada anak sekitar 30-50% karena memengaruhi perkembangan otak pada fase early life yang dimulai sejak lahir hingga usia 5 sampai 6 tahun. 

Jika Bunda mengetahui adanya anggota keluarga dengan tantangan belajar seperti ini, ada baiknya mulai lebih peka memperhatikan bagaimana Si Kecil mengenali huruf, membaca, dan mengeja. Deteksi sejak dini sangat membantu agar anak bisa mendapatkan pendampingan yang tepat sesuai kebutuhannya.

Gangguan di Otak yang Memproses Bahasa

Kesulitan anak dalam memproses bahasa seperti membaca dan menulis terjadi karena terdapat kinerja otak yang bekerja secara berbeda (neurodivergen). Anak dengan disleksia memiliki perbedaan dalam struktur, fungsi, dan kimia otak. Hal tersebut membuat bagian otak yang seharusnya aktif ketika Si Kecil belajar membaca menjadi kurang berfungsi dengan baik.

Fungsi otak yang terganggu ini membuat otak kesulitan untuk menghubungkan antara huruf dan kata-kata dengan suara yang dihasilkannya. Hambatan dalam menghubungkan kata-kata dan suara inilah yang kemudian dialami oleh Si Kecil sebagai kesulitan belajar membaca dan menulis.

Bantu Anak dengan Disleksia Bisa Belajar Secara Optimal

Dengan mengetahui penyebab disleksia, Bunda bisa lebih memahami kesulitan yang dialami Si Kecil. Namun, Bunda tak perlu khawatir, karena anak dengan disleksia juga mampu tumbuh dan berkembang hingga mencapai POTENSI terbaiknya. Untuk mencapai POTENSI-nya, berikut beberapa hal yang bisa Bunda lakukan:

Ciptakan Lingkungan Belajar yang Mendukung

Lingkungan belajar punya pengaruh besar terhadap konsentrasi dan kenyamanan Si Kecil. Anak dengan disleksia membutuhkan ruang yang bebas gangguan dan membuatnya merasa aman untuk belajar tanpa tekanan.

Bunda bisa mulai dengan menyiapkan sudut belajar khusus di rumah, tidak harus besar, yang penting tenang, cukup terang, dan rapi. Hindari meletakkan televisi atau benda-benda yang bisa mengalihkan perhatian. Jika menggunakan gadget untuk belajar, pastikan isinya memang diarahkan untuk kegiatan edukatif, bukan hiburan.

Selain itu, berikan waktu belajar yang fleksibel. Jangan memaksakan anak untuk terus membaca atau menulis dalam waktu lama. Belajar secara bertahap, dengan pengulangan yang konsisten dan nada bicara yang lembut, akan membuat anak merasa dihargai dan tidak tertekan.

Menggunakan Metode Pembelajaran yang Sesuai

Tidak semua anak belajar dengan cara yang sama, terlebih bagi anak dengan disleksia. Untuk mendukung kemampuan membacanya, Bunda bisa menerapkan pendekatan pembelajaran multisensori. Metode ini menggabungkan berbagai indra seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan gerakan. Tujuannya adalah memperkuat daya ingat dan pemahaman anak lewat pengalaman belajar yang lebih menyeluruh.

Contohnya, Si Kecil bisa belajar huruf dengan membentuknya dari plastisin, menulis di pasir, atau menyusun puzzle alfabet. Saat ia membentuk huruf A dari plastisin sambil mengucapkan bunyinya, otak anak akan menyimpan informasi lebih kuat karena melibatkan banyak jalur sensoris. Latihan ini juga membantu memperbaiki koordinasi motorik halus yang penting untuk menulis.

Pendekatan multisensori tidak hanya membuat proses belajar lebih efektif, tetapi juga terasa menyenangkan bagi Si Kecil. Anak pun merasa lebih percaya diri karena dapat memahami pelajaran dengan cara yang lebih pas untuknya.

Memanfaatkan Teknologi untuk Membantu Proses Belajar

Selain memperkenalkan huruf secara langsung pada Si Kecil, Bunda juga bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak dengan disleksia. Beberapa aplikasi seperti text-to-speech dan speech-to-text dapat membantu anak mendengarkan teks yang sulit dibaca atau mengubah suara menjadi tulisan. Selain itu, ada juga audiobook dan video edukatif yang menggunakan visual dan suara secara bersamaan, sangat cocok untuk gaya belajar anak dengan disleksia.

Bunda juga bisa memperkenalkan mind maps atau poster berwarna sebagai alat bantu visual yang membuat konsep jadi lebih mudah dipahami. Kombinasi antara suara, gambar, dan interaksi langsung membantu anak menangkap informasi lebih baik daripada membaca teks saja.

Namun tetap penting untuk mengawasi waktu penggunaan gadget agar tidak berlebihan. Gunakan teknologi sebagai alat pendukung, bukan pengganti. Pastikan waktu belajar tetap seimbang dengan istirahat, bermain, dan aktivitas fisik.

Kerja Sama dengan Guru dan Terapis untuk Hasil Maksimal

Perjalanan belajar anak dengan disleksia tidak bisa dilalui sendiri—dibutuhkan kerja sama yang erat antara orang tua, guru di sekolah, dan juga terapis profesional. Dukungan yang terstruktur dan berkesinambungan akan membantu Si Kecil belajar dengan ritme yang sesuai kebutuhannya.

Langkah awal yang bisa Bunda lakukan adalah mengomunikasikan kondisi disleksia Si Kecil kepada pihak sekolah. Informasikan apa saja kesulitannya dan bagaimana metode belajar yang lebih cocok digunakan. Bunda bisa meminta agar anak ditempatkan di posisi duduk yang mendukung fokus, seperti di barisan depan, serta memberikan waktu tambahan untuk membaca atau mengerjakan tugas.

Apabila memungkinkan, pertimbangkan untuk mencari sekolah dengan jumlah siswa yang lebih sedikit dalam satu kelas. Lingkungan yang tidak terlalu ramai dapat membantu anak lebih nyaman dan tidak mudah terdistraksi saat belajar.

Tak kalah penting, libatkan juga terapis atau psikolog anak yang berpengalaman dalam penanganan disleksia. Mereka dapat membantu merancang program pembelajaran yang sesuai dan memantau perkembangan Si Kecil dari waktu ke waktu. Kolaborasi ini akan menjadi fondasi yang kuat agar proses belajar berjalan lebih lancar dan sesuai dengan potensi unik anak.

Setiap Anak Bisa Berprestasi, Termasuk Anak Disleksia

Memiliki disleksia bukanlah akhir dari segalanya. Justru dengan dukungan yang tepat, anak-anak dengan disleksia bisa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, berprestasi, dan penuh semangat.

Bunda bisa membantu Si Kecil dengan terus memberikan ATENSI yang konsisten dan penuh kasih. Dukungan emosional dari orang tua sangat berperan dalam membangun rasa percaya diri anak. Saat anak merasa dimengerti dan dihargai, ia akan lebih berani untuk terus mencoba meskipun mengalami kesulitan.

Sama seperti anak-anak pada umumnya, anak dengan disleksia juga memerlukan asupan ber-NUTRISI untuk membantunya menghadapi tantangan dan mencapai POTENSI terbaiknya. Salah satu NUTRISI sesuai untuk anak adalah susu pertumbuhan yang mengandung DHA, omega-3, omega-6, protein, dan vitamin. Dengan kandungan NUTRISI tersebut, perkembangan otak dan kemampuan berpikir anak akan lebih optimal. 

Dukung setiap perkembangan Si Kecil dengan #SusuPertumbuhan padat gizi yang tepat untuknya. Yuk, temukan yang paling cocok di sini: Pilihan Susu Penambah Kecerdasan Otak Anak.

Sumber:

  • International Dyslexia Association. Social and Emotional Problems Related to Dyslexia. Diakses 20 Maret 2025. https://dyslexiaida.org/social-emotional/
  • Cleveland Clinic. Dyslexia. Diakses 20 Maret 2025. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6005-dyslexia
  • Healthline. A Guide to Helping Children with Dyslexia Outside of School. Diakses 20 Maret 2025. https://www.healthline.com/health/how-to-help-a-child-with-dyslexia-at-home#tips
  • Mayo Clinic. Dyslexia. Diakses 20 Maret 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dyslexia/symptoms-causes/syc-20353552
  • NHS. Dyslexia. Diakses 20 Maret 2025. https://www.nhs.uk/conditions/dyslexia/
  • National Library of Medicine. Genetic Modifications of Developmental Dyslexia and Its Representation Using In Vivo, In Vitro Model. Diakses 20 Maret 2025. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10898997/

Lihat Artikel Lainnya