Parenting Parenting

Mengenal Youngest Child Syndrome yang Dapat Dialami Anak Bungsu

Morinaga ♦ 14 Januari 2025

Mengenal Youngest Child Syndrome yang Dapat Dialami Anak Bungsu

Pada keluarga dengan lebih dari satu anak, Si Kecil yang menjadi anak terakhir atau bungsu menunjukkan karakteristik yang berbeda dibandingkan kakaknya. Kakaknya, atau si sulung,  sering kali terlihat memiliki sifat kepemimpinan dan bertanggung jawab, sementara si bungsu cenderung lebih manja dibandingkan kakaknya.

Dalam psikologi, terdapat istilah berupa youngest child syndrome, yaitu pola kepribadian khas  yang sering dimiliki oleh anak-anak bungsu. Umumnya, mereka suka mencari perhatian dan sangat percaya diri. Meskipun demikian, kadang-kadang ia juga terlalu bergantung pada orang lain atau merasa kurang diperhatikan. Pemahaman tentang sindrom ini sangat penting agar Bunda dapat membantunya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik

Definisi Youngest Child Syndrome

Teori mengenai youngest child syndrome pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Alfred Adler pada tahun 1927 dalam teorinya mengenai urutan kelahiran dan dampaknya terhadap perilaku. Meskipun bukan termasuk kondisi medis, sindroma ini menggambarkan pola perilaku yang berkembang karena pengalaman anak terakhir.

Karakteristik Si Kecil yang bungsu sering kali mencerminkan kemampuan bersosialisasi yang baik, kreativitas tinggi, dan kemampuan memecahkan masalah dengan pendekatan unik. Posisinya sebagai anak termuda mendorongnya menjadi lebih ekspresif karena harus bersaing mendapatkan perhatian dari keluarga.

Dilansir dari VeryWell Mind, ia sering dianggap lebih kekanak-kanakan dibandingkan kakaknya. Hal ini terjadi secara alami karena perbedaan usia, tetapi perbedaan tersebut biasanya berkurang seiring waktu.

Kecerdasan intelektual si bungsu mungkin kurang menonjol daripada kakaknya. Meskipun demikian, tidak ada kepastian mutlak mengenai hal ini. Dalam beberapa keluarga, Si Bungsu dapat menjadi individu yang paling cerdas atau sukses, tergantung pola asuh dan pengalaman yang dimilikinya.

Dampak Psikologis dari Youngest Child Syndrome

Perhatian yang berlebihan dari Bunda dapat membuat Si Kecil menjadi terlalu manja. Louis J. Kraus, MD, seorang ahli psikiatri anak dan remaja, menyatakan bahwa pola asuh yang terlalu protektif dapat membuat Si Kecil terbiasa mendapatkan bantuan ekstra dari orang tua atau

Ia juga kurang kurang berani mengambil risiko dalam kehidupannya, karena terlalu dilindungi. Pola asuh semacam ini membuatnya merasa ragu saat menghadapi tantangan dan cukup sulit pula untuk keluar dari zona nyamannya.

Kebiasaannya menerima bantuan dari kakaknya dapat menghambat kemandiriannya. Jika pola ini terus berlangsung, dampaknya dapat dirasakan hingga dewasa dan memengaruhi pengambilan keputusan.

Dinamika keluarga yang memiliki banyak anak juga dapat membuat Si Kecil merasa kurang mendapatkan perhatian di masa kecilnya, sebagai akibat dari perhatian Bunda terbagi antara beberapa anak. Meskipun begitu, perasaan kurang diperhatikan di masa kecil dapat memengaruhi hubungannya dengan anggota keluarga lainnya.

Cara Mencegah Youngest Child Syndrome

Interaksi yang bebas antara Si Kecil dengan kakak atau temannya sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat. Dengan kebebasan tersebut, ia belajar memahami kelebihan dan kemampuan orang lain, serta mengembangkan empati. Dinamika sosial ini mendukung pembentukan kepribadian yang lebih mandiri.

Melibatkannya dalam tugas rumah tangga dapat menjadi cara efektif untuk mengajarkan tanggung jawab. Misalnya, ajak ia untuk merapikan mainan, membantu menyiapkan meja makan, atau membereskan tempat tidur. Aktivitas seperti ini membantunya memahami perannya dalam keluarga sekaligus mencegah sifat manja.

Kesalahan yang dilakukannya perlu ditanggapi dengan bijak. Setiap tindakan memiliki konsekuensi, sehingga ia perlu belajar meminta maaf dan memperbaiki kesalahan. Dengan demikian, ia dapat memahami batasan serta menghargai perasaan orang lain.

Perhatian yang seimbang sangat dibutuhkan agar Si Kecil merasa dihargai. Mendengarkan keluhannya secara serius tanpa membandingkannya dengan saudara lain merupakan langkah yang bijak. Fokus pada keunikan dan potensi yang dimiliki dapat membangun rasa percaya diri pada dirinya.

Youngest child syndrome tidak selalu akan terjadi, terutama apabila Bunda menerapkan pola asuh yang tepat baginya. Pola asuh ini tidaklah sama pada setiap anak, sehingga Bunda perlu mempelajari perbedaannya agar Si Kecil dapat tumbuh seoptimal mungkin. Yuk, simak berbagai pola asuh yang tepat di sini: Lihat Pola Asuh Tepat