Jika seorang anak telah memasuki usia sekolah tetapi belum terampil melakukan hal-hal sederhana secara mandiri, mungkin hal ini terjadi karena ia dibesarkan dengan pengawasan dan bimbingan yang terus-menerus. Akibatnya, ia tidak memiliki cukup kesempatan untuk mengembangkan keterampilan hidup dan sikap mandiri.
Apabila Si Kecil tidak cukup mandiri, dalam jangka panjang ia mungkin menjadi pribadi yang lebih mudah cemas ketika dihadapkan pada tantangan atau ketidakpastian. Memberinya ruang untuk bertindak mandiri sejak dini sangat penting dalam membangun karakter yang tangguh dan percaya diri.
Sikap mandiri sejak dini dapat ditanamkan dengan mulai memberi Si Kecil tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Contohnya, memintanya merapikan mainan setelah bermain tidak hanya mengajarkan kerapian, tetapi juga membuatnya memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.
Bahkan mengajari kemandirian juga dapat dimulai sejak masih berusia 1 tahun. Setiap kali ia tertarik pada suatu benda, beri dia kesempatan untuk mendekati dan mengambil benda tersebut sendiri. Tindakan ini tidak hanya melatih keterampilan motorik, tetapi juga mendorong eksplorasi dan rasa percaya diri.
Bunda juga dapat mengajaknya membantu menyusun piring saat makan. Alternatif lainnya, minta ia mengembalikan buku sendiri ke rak setelah selesai dibaca. Pujilah usahanya, meskipun akhirnya barang-barang yang disusunnya masih berantakan. Apresiasi yang positif merupakan bentuk ATENSI untuk meningkatkan motivasinya untuk menjadi lebih baik.
Ketika Si Kecil diajarkan untuk menghadapi tantangan sehari-hari secara mandiri, secara alamiah ia akan mulai mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Misalnya, ketika baju favoritnya sedang dicuci, ia akan memutuskan untuk memilih pakaian lain tanpa bantuan Bunda. Situasi sederhana seperti ini dapat membangun kepercayaan diri bahwa setiap masalah dapat diselesaikan, serta melatihnya mengambil keputusan sendiri.
Pertimbangkan aspek perkembangan Si Kecil ketika melatih kemampuannya memecahkan masalah. Sangat mungkin ia belum mampu memecahkannya dengan baik, karena kemampuan ini melibatkan fungsi bagian otak yang bernama prefrontal korteks ini baru berkembang dan mencapai kematangannya ketika usianya mencapai 20 tahun. Sebelum usia tersebut, Bunda perlu mendukungnya terus-menerus, termasuk membantunya mengatur emosi sebelum mencoba memecahkan masalahnya, terutama ketika ia menghadapi situasi yang memicu reaksi emosional yang kuat.
Dalam melatih kemampuan ini, Bunda dapat memulai dengan memberitahunya bahwa masalah adalah bagian normal dari kehidupan sehari-hari dan bisa diselesaikan. Strategi seperti memberi label pada masalah, memberikan pujian atas usahanya, dan mengajarkan langkah-langkah penyelesaian masalah secara bertahap dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Langkah-langkah ini mencakup mengidentifikasi masalah, mencari solusi, mengevaluasi pro dan kontra, memilih solusi terbaik, dan mengevaluasi hasilnya.
Dengan bimbingan dan apresiasi yang konsisten atas latihan ini, Si Kecil akan tumbuh menjadi #GenerasiPlatinum yang percaya diri, tangguh, dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup.
Si Kecil belajar untuk percaya pada kemampuannya sendiri ketika ia diberi kesempatan untuk memilih, misalnya saat menentukan baju yang ingin dikenakannya. Keberaniannya untuk mengambil keputusan akan membantunya memahami hubungan antara pilihan yang dibuatnya dan konsekuensinya.
Contoh lain juga dapat ditemukan ketika ia menolak untuk menyelesaikan tugasnya membereskan kamarnya. Beritahukan bagaimana keputusannya ini akan membuat kamarnya menjadi kotor dan mengundang binatang masuk, sehingga ia akan menjadi tidak bisa tidur. Melalui diskusi semacam ini, ia mulai memahami bahwa setiap keputusan memiliki dampak, sehingga ia dapat belajar bertanggung jawab atas pilihan yang dibuat.
Pengambilan keputusan membutuhkan kemampuan untuk berpikir kritis, dan Bunda dapat mengajarkan ini dengan membantunya menganalisis berbagai pilihan dan konsekuensinya. Misalnya, ajak Si Kecil untuk membuat daftar "Pro dan Kontra" ketika harus memilih antara bermain hujan-hujanan atau bermain lego saja di rumah. Hal ini akan melatihnya untuk mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan membuat keputusan yang lebih matang berdasarkan informasi yang tersedia.
Yang terpenting, selalu berikan panduan selama ia belajar mengambil keputusan. Biarkan ia meluangkan waktu untuk merenungkan pilihannya, dan berikan bimbingan tanpa memaksakan pendapat. Dukungan seperti ini memberinya rasa aman dalam prosesnya belajar menyelesaikan masalah dengan bijaksana.
Melatih kemandirian Si Kecil merupakan proses yang panjang dan membutuhkan kesabaran. Tak jarang ia akan membuat kesalahan, namun hal ini merupakan proses belajar yang dibutuhkan untuk mengembangkan POTENSI dengan optimal dalam #KecerdasanMajemuk-nya.
Tidak hanya membuat Si Kecil menyelesaikan masalahnya sendiri, namun masih banyak cara lainnya yang juga membantu Bunda mengenali POTENSI lain dalam dirinya. Mari ketahui POTENSI tersebut dengan tindakan-tindakan berikut ini: Cara Mengenali POTENSI Diri Anak untuk Dukungan Optimal.
Referensi
The Independence School. Fostering Independence: A Key to Easing Children's Anxiety. Diakses pada 20 November 2024. https://www.theindependenceschool.org/community/blog/fostering-independence-a-key-to-easing-childrens-anxiety
Child Mind Institute. Helping Kids Make Decisions. Diakses pada 20 November 2024. https://childmind.org/article/helping-kids-make-decisions/
Kid Space. Nurturing Independent Decision-Making Skills in Children. Diakses pada 20 November 2024. https://providers.kidspace.id/blog/nurturing-independent-decision-making-skills-in-children
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Manfaat Sikap Mandiri untuk Mendukung POTENSI Terbaik Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?