Mendeteksi Ciri-Ciri Stres pada Si Kecil di Rumah

Morinaga Platinum ♦ 23 Agustus 2024

Mendeteksi Ciri-Ciri Stres pada Si Kecil di Rumah

Stres tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga bisa mempengaruhi Si Kecil. Kondisi ini dapat muncul akibat berbagai faktor, seperti tekanan akademik atau masalah dalam keluarga atau hubungan sosial. Beberapa ciri umum stres pada anak meliputi perubahan pola makan, gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, dan perubahan perilaku yang tidak biasa. 

Yuk, lihat lebih dalam mengenai ciri-ciri stres pada anak dan bagaimana Bunda bisa membantu mengatasi masalah ini.

Ciri-ciri Stres pada Si Kecil 

Mengetahui ciri-ciri stres pada Si Kecil sejak dini memungkinkan Bunda memberikan dukungan yang tepat, sehingga Si Kecil bisa mengatasi stres sebelum dampaknya semakin besar bagi kesejahteraan emosional dan kesehatannya secara keseluruhan.

Perubahan Pola Makan 

Perubahan pola makan adalah salah satu ciri paling umum yang dapat Bunda amati pada Si Kecil saat ia mengalami stres. Nafsu makan anak dapat mengalami perubahan drastis, seperti penurunan atau peningkatan yang signifikan. 

Ketika Si Kecil merasa stres, ia mungkin tiba-tiba kehilangan selera makan dan sering mengeluh bahwa makanannya tidak enak atau tidak merasa lapar. Sebaliknya, nafsu makan yang meningkat juga bisa terjadi, di mana Si Kecil menjadi lebih sering ngemil dan merasa cepat lapar meskipun baru saja makan.

Namun, perlu diketahui bahwa perubahan pola makan tidak selalu disebabkan oleh stres. Ada berbagai faktor lain yang dapat memengaruhi nafsu makan anak, seperti masalah kesehatan fisik, perubahan dalam rutinitas sehari-hari, atau ketidaksesuaian makanan.

Gangguan Tidur

Gangguan tidur bisa menjadi indikator bahwa Si Kecil sedang mengalami masalah emosional atau stres. Saat anak merasa tertekan atau cemas, pola tidurnya bisa terganggu, yang ditandai dengan kesulitan untuk tidur, sering terbangun di malam hari, atau mimpi buruk yang mengganggu. 

Kondisi ini sering kali terjadi karena stres dapat mempengaruhi cara otak dan tubuh anak berfungsi selama waktu istirahat.

Dampak dari gangguan tidur ini bisa cukup signifikan. Kurang tidur dapat menyebabkan Si Kecil merasa lesu, sulit berkonsentrasi, dan mengalami penurunan performa di sekolah atau aktivitas lainnya. Selain itu, masalah tidur juga bisa memengaruhi suasana hati anak, membuatnya lebih mudah marah atau cemas. 

Kesulitan Konsentrasi

Bunda mungkin memperhatikan perubahan dalam cara Si Kecil belajar atau bermain. Biasanya, anak menunjukkan fokus dan konsentrasi yang baik, namun tiba-tiba ia mungkin terlihat tidak mampu berkonsentrasi, mudah teralihkan, atau kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang biasanya dikerjakan dengan baik. 

Ini bisa menjadi salah satu ciri-ciri stres pada Si Kecil. Pasalnya, stres dapat memengaruhi kemampuan konsentrasi anak karena dapat mengganggu proses berpikir dan memori. Ketika Si Kecil merasa tertekan, otaknya cenderung sibuk dengan kekhawatiran dan rasa cemas, yang mengalihkan perhatian dari aktivitas sehari-hari. 

Hal ini membuat Si Kecil sulit untuk fokus pada tugas-tugas seperti belajar di sekolah atau bermain dengan teman-teman. 

Perubahan Perilaku yang Tidak Biasa 

Anak-anak yang sebelumnya ceria dan aktif mungkin tiba-tiba menjadi murung dan kurang bersemangat. Sebaliknya, anak yang biasanya pendiam bisa berubah menjadi lebih mencari perhatian atau bahkan hiperaktif. Perubahan ini bisa mencakup berbagai perilaku, dari kemarahan yang tidak terduga hingga menarik diri dari aktivitas sosial.

Perubahan perilaku ini terjadi karena stres dan masalah emosional dapat memengaruhi cara anak berinteraksi dengan dunia di sekitar. Ketika Si Kecil merasa tertekan, ia mungkin kesulitan mengelola emosi dan mengekspresikannya dengan cara yang berbeda dari biasanya. Hal ini bisa membuatnya terlihat tidak stabil secara emosional atau berperilaku dengan cara yang tidak sesuai dengan kebiasaan sebelumnya.

Untuk membantu Si Kecil, Bunda bisa mulai dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Ajak Si Kecil berbicara tentang perasaannya dengan penuh perhatian dan tanpa penilaian. Berikan ruang untuk mengekspresikan diri dan cari kegiatan yang bisa membantunya merasa lebih baik. Jika perubahan perilaku berlangsung lama atau semakin memburuk, konsultasikan dengan profesional untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut.

Kenapa Ini Bisa Terjadi? 

Apa saja yang dapat menyebabkan Si Kecil stres? Beberapa hal yang dapat menyebabkan stres pada Si Kecil, antara lain:

Tekanan Akademik

Kadang orang tua tidak menyadari betapa melelahkannya aktivitas sehari-hari di sekolah bagi anak. Tekanan dari nilai ujian dan kegiatan belajar dapat menjadi beban yang berat. 

Menurut Marian Earls, MD, dokter tumbuh kembang anak, menguji kemampuan anak bisa memberikan tekanan yang signifikan. Meskipun Bunda berniat baik dengan mendaftarkan Si Kecil dalam les tambahan, hal ini bisa menyebabkan kelelahan. Tanyakan pada Si Kecil bagaimana perasaannya terhadap aktivitas yang dijalani dan gali keinginan serta pendapatnya.

Kurang Tidur

Si Kecil memerlukan istirahat yang cukup setelah beraktivitas seharian. Kurang tidur dapat memengaruhi suasana hati, memori, dan kemampuannya dalam memproses informasi.

Hindari penggunaan TV atau gadget sebelum tidur, karena ini dapat mengurangi waktu istirahat. The National Sleep Foundation melaporkan bahwa 75% anak berusia 6-17 tahun memiliki setidaknya satu gadget di kamar tidur, yang dapat mengurangi waktu tidurnya hingga satu jam setiap malam.

Hubungan Sosial

Kesulitan dalam bergaul atau kurangnya popularitas di kalangan teman-teman bisa menjadi sumber stres. Perbedaan status sosial ekonomi juga dapat membuat Si Kecil merasa minder jika berada dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan keadaan. 

Risiko seperti perundungan atau bullying, baik verbal maupun nonverbal, juga dapat menambah beban emosional. Dukungan dari Bunda dan Ayah sangat penting untuk membantu Si Kecil merasa lebih percaya diri dalam lingkungan sosialnya.

Masalah Keluarga

Masalah dalam keluarga dapat menjadi beban berat bagi Si Kecil. Ketidakharmonisan antar orangtua, konflik antara anggota keluarga, atau kehilangan anggota keluarga karena kematian atau perceraian dapat mengganggu rasa aman dan perlindungan yang seharusnya diberikan keluarga. 

Menurut Adele Cadieux, psikolog anak, stres dapat menyebabkan perubahan mood, perilaku, serta gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan gangguan tidur serta makan.

Selain itu, pola asuh orang tua yang tidak sesuai juga dapat memicu masalah mental dan emosional pada anak. Pola asuh yang kurang konsisten atau terlalu keras dapat menambah beban emosional Si Kecil dan memengaruhi kesehatannya. Untuk memahami lebih lanjut mengenai dampak pola asuh terhadap kesehatan mental anak, Bunda bisa membaca artikel ini: Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak

Referensi:

  • Kids’ Minds Matter. Stress in Children: Signs, Symptoms and Strategies. Diakses pada 20 Agustus 2024. https://kidsmindsmatter.com/stress-in-children-signs-symptoms-and-strategies/. 
  • World Health Organization. Stress. Diakses pada 20 Agustus 2024. https://www.who.int//news-room/questions-and-answers/item/stress/