Tidur nyenyak menjadi dasar yang mendukung tumbuh kembang, kecerdasan, dan energi Si Kecil di siang hari. Saat pola tidurnya terjaga, tubuh berkesempatan memulihkan diri secara alami dan otak mengolah kembali berbagai hal yang dipelajari. Waktu istirahat yang cukup juga menjaga suasana hati tetap stabil. Tubuh yang beristirahat dengan baik akan lebih siap menghadapi aktivitas keesokan harinya.
Namun, tidak jarang Bunda dibuat panik ketika melihat Si Kecil yang tiba-tiba menjerit, menangis, atau tampak ketakutan saat tidur. Momen seperti ini sering membuat Bunda kebingungan karena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Banyak orang tua mengira anak sedang mengalami mimpi buruk, padahal situasinya bisa saja berbeda. Kondisi ini bisa jadi merupakan tanda dari night terror.
Night terror termasuk gangguan atau parasomnia yang muncul akibat terganggunya proses transisi dari fase NREM (Non-Rapid Eye Movement) ke fase REM (Rapid Eye Movement). Pada saat ini, aktivitas otak meningkat meski tubuh masih tertidur lelap, sehingga memicu reaksi seperti ketakutan atau teriakan tanpa sadar. Walau tampak mengkhawatirkan, kondisi ini tidak berbahaya dan dapat dikelola melalui rutinitas tidur yang teratur.
Night Terror (teror malam) biasanya dipicu oleh kondisi fisik atau emosional Si Kecil. Saat kualitas tidur terganggu atau tubuh sedang kelelahan, otak lebih mudah bereaksi berlebihan. Berikut adalah beberapa penyebab utamanya yang perlu Bunda ketahui.
Kelelahan adalah pemicu nomor satu terjadinya night terror. Ketika jam tidur Si Kecil berantakan atau ia terlalu lelah karena padatnya aktivitas seharian, otak kesulitan mengatur transisi antara tidur nyenyak dan tidur ringan. Kondisi ini membuat otak lebih mudah bereaksi berlebihan saat tidur, yang memicu munculnya night terror.
Tekanan emosional dapat memperburuk kualitas tidur Si Kecil. Kecemasan, yang sering muncul tanpa disadari karena perubahan besar (seperti pindah rumah, adaptasi di sekolah baru, atau rutinitas yang terlalu padat), akan terbawa hingga waktu tidur. Karena Si Kecil belum memiliki kemampuan penuh untuk mengelola emosi tidak nyaman, stres ini dapat memicu respons berlebihan di otaknya, yang muncul sebagai ketakutan ekstrem saat tidur.
Kondisi tubuh yang kurang fit juga berperan besar dalam munculnya night terror. Demam, infeksi, atau gangguan pernapasan seperti sleep apnea membuat ritme tidur terganggu. Ketika tubuh sedang melawan penyakit, otak cenderung lebih sensitif terhadap perubahan fase tidur. Sensitivitas inilah yang memicu reaksi berlebihan atau panik di malam hari sebagai bentuk respons tubuh terhadap tekanan fisik.
Riwayat keluarga turut memengaruhi kemungkinan Si Kecil mengalami gangguan tidur ini. Jika ada orang tua atau saudara yang pernah mengalami night terror atau sleepwalking, ada kecenderungan pola serupa diturunkan. Ini terkait dengan cara otak mengelola siklus tidur. Apabila faktor genetik ada, Bunda perlu melakukan pengawasan dan menjaga pola tidur Si Kecil dengan lebih cermat.
Gangguan tidur ini seringkali disamakan dengan mimpi buruk, padahal keduanya jelas berbeda. Night terror terjadi saat Si Kecil tiba-tiba tampak ketakutan ekstrem pada fase tidur non-REM (NREM), biasanya pada satu hingga tiga jam setelah tertidur. Tubuh Si Kecil masih dalam keadaan lelap, tetapi otak mulai aktif sehingga muncul reaksi seperti teriakan, tangisan, atau gerakan tanpa sadar. Kondisi ini sering membuat orang tua khawatir karena Si Kecil tampak ketakutan meski sebenarnya belum benar-benar bangun.
Berbeda dengan mimpi buruk yang muncul di fase tidur REM, night terror membuat seseorang tetap tertidur dan sulit ditenangkan. Ia tidak mengenali orang di sekitarnya dan tidak mengingat kejadian itu keesokan hari. Sementara pada mimpi buruk, Si Kecil akan terbangun sepenuhnya, mudah ditenangkan, dan masih bisa menceritakan apa yang baru saja dialaminya.
Night terror umumnya dialami oleh anak usia 3 hingga 12 tahun, dengan puncaknya di rentang usia 5 hingga 7 tahun. Pada masa ini, tubuh dan otak sedang mengalami banyak perubahan yang memengaruhi pola tidur. Beberapa anak mungkin hanya mengalaminya sesekali, sementara yang lain bisa lebih sering, terutama saat kelelahan atau stres. Polanya sering muncul pada waktu yang hampir sama setiap malam, membuatnya tampak berulang.
Kondisi ini umumnya tidak perlu dikhawatirkan karena termasuk bagian dari proses perkembangan yang normal. Sistem saraf pusat yang belum sepenuhnya matang dapat memicu reaksi tak sadar saat tidur lelap. Seiring bertambahnya usia, sistem ini akan berkembang dan membantu tidur menjadi lebih stabil. Ketika keseimbangan tersebut tercapai, gangguan seperti ini biasanya menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus.
Meski begitu, kondisi ini tetap perlu diawasi bila terjadi terlalu sering atau berisiko menyebabkan cedera. Misalnya saat anak berjalan tanpa sadar, menabrak benda, atau mengalami kejadian serupa hampir setiap malam. Pemeriksaan lanjutan dibutuhkan bila gangguan tersebut berlanjut hingga masa remaja atau dewasa, karena bisa berkaitan dengan gangguan tidur lainnya.
Ketika night terror muncul, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah tetap tenang. Jangan mencoba membangunkan Si Kecil secara paksa, hal ini justru bisa membuat kepanikan semakin meningkat. Pada kondisi ini, anak tidak sepenuhnya sadar dan tidak mengenali sekitarnya, sehingga ketenangan orang dewasa menjadi kunci. Tetap tenang membantu Bunda berpikir jernih sambil menjaga situasi tetap terkendali.
Pastikan juga lingkungan sekitar aman selama kejadian berlangsung. Singkirkan benda keras atau tajam dari area tidur agar tidak menimbulkan risiko cedera. Jika Si Kecil bergerak tanpa arah, Bunda bisa mengarahkan perlahan ke tempat yang lebih aman tanpa mengganggu tidurnya.
Selain itu, kehadiran Bunda di dekatnya menjadi penenang tersendiri bagi Si Kecil. Sentuhan lembut di punggung atau genggaman ringan di tangan bisa membantu tubuhnya merespons rasa aman. Ucapkan kata-kata lembut dalam nada suara rendah tanpa mencoba berdialog panjang. Dalam beberapa menit, biasanya akan kembali tertidur tanpa mengingat apa yang baru saja terjadi.
Rutinitas tidur yang teratur merupakan cara paling efektif untuk mencegah terjadinya night terror. Waktu tidur dan bangun sebaiknya sama setiap hari, termasuk saat akhir pekan. Konsistensi ini membantu tubuh menyesuaikan diri dengan jadwal istirahat dan mendukung kualitas tidur yang lebih baik. Kebiasaan seperti ini juga menjaga keseimbangan hormon yang berperan dalam proses tidur.
Kegiatan menenangkan sebelum tidur membantu tubuh dan pikiran lebih rileks. Bunda bisa mengajak anak mandi air hangat, membaca buku, atau mendengarkan musik lembut 30–60 menit sebelum tidur. Aktivitas santai ini membuat peralihan ke waktu tidur lebih lancar. Suasana kamar yang tenang, pencahayaan redup, dan suhu nyaman turut mendukung tidur yang berkualitas.
Bunda juga bisa menerapkan teknik scheduled awakening bila night terror terjadi di jam yang sama setiap malam. Caranya, bangunkan anak sekitar 15–30 menit sebelum perkiraan kejadian, lalu biarkan ia tertidur kembali. Metode ini membantu mengubah pola tidur yang sering memicu gangguan malam. Setelah beberapa hari diterapkan, frekuensi kejadian biasanya berkurang secara bertahap.
Menciptakan kondisi tidur yang nyaman menjadi langkah awal agar malam anak lebih tenang dan nyenyak. Pastikan kamar sejuk, pencahayaan redup, dan bebas dari gangguan seperti gadget setidaknya satu jam sebelum tidur, karena cahaya biru dapat menghambat produksi hormon melatonin. Lingkungan yang tenang membantu tubuh mengenali waktu istirahat dan memperkuat pola tidur yang teratur. Suasana yang kondusif membuat Si Kecil lebih mudah masuk ke tidur nyenyak dan menjaga kualitas istirahatnya.
Selain lingkungan tidur yang nyaman, asupan sebelum tidur juga ikut memengaruhi kualitas istirahat. Minuman hangat seperti susu dapat menenangkan sistem saraf dan membantu tubuh lebih rileks, sementara kandungan kalsium dan triptofan mendukung pembentukan melatonin alami. Morinaga menyediakan kiat dan produk yang mendukung tidur berkualitas setiap malam. Dengan pola tidur yang baik, anak akan bangun lebih segar, fokus, dan bertenaga sepanjang hari.
Tidur malam yang berkualitas tidak hanya membantu mencegah gangguan seperti night terror, tetapi juga mendukung tumbuh kembang dan daya tahan tubuh Si Kecil. Rutinitas tidur yang teratur membantu otak beristirahat optimal dan menjaga keseimbangan hormon yang dibutuhkan untuk belajar dan beraktivitas. Tubuh yang cukup istirahat juga lebih siap menghadapi tantangan fisik maupun emosional di keesokan hari. Kualitas tidur yang baik menjadi dasar bagi pertumbuhan dan suasana hati yang stabil setiap harinya. Agar waktu tidur malam terasa lebih tenang dan berkualitas, Bunda bisa mulai dengan mencari tahu Kiat agar Si Kecil tidur Nyenyak setiap malam.
Referensi
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Anak Histeris Saat Tidur? Kenali Night Terror dan Solusinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?