Bayi yang mengalami susah BAB dapat menjadi indikator adanya gangguan kesehatan. Oleh karena itu, Bunda perlu memperhatikan setiap perubahan kebiasaan BAB Si Kecil, baik dari segi tekstur feses maupun frekuensi BAB.
Sembelit yang dialami Si Kecil dapat memicu rasa tidak nyaman, rewel, dan menangis terus-menerus. Agar penanganan Si Kecil tepat, yuk kenali penyebab, tanda, dan cara mengatasinya.
Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan sembelit pada Si Kecil, antara lain:
Bisa dikatakan bahwa pada bayi setelah lahir hingga usia 4-5 bulan, tubuhnya masih dalam tahap perkembangan fungsional.
Mengutip dari WHO, sistem pencernaannya mengalami masa transisi antara mendapatkan nutrisi berbentuk cairan ketika masih janin menuju makanan padat setelah memasuki usia 6-7 bulan. Oleh karena itu, pencernaannya belum terlalu kuat dalam menerima asupan selain susu dan ASI.
Apabila bayi susah BAB dalam masa perkembangan fungsional sistem pencernaannya, Bunda tak perlu khawatir. Selain mengevaluasi apa kandungan susu atau makanan yang dimakan Bunda, perhatikan frekuensi BAB, tekstur feses, serta ekspresi Si Kecil ketika buang air besar.
Bayi susah BAB sering dialami ketika mulai makan makanan padat. Pada usia 0-6 bulan, sembelit sebenarnya jarang terjadi sebab pencernaan bayi yang masih sensitif lebih mudah menerima ASI. Namun pada tahap MPASI, dimana bayi sudah mulai disuapi makanan pendamping ASI seringkali memicu susah buang air besar jika tidak cocok dengan jenis makanannya.
Perubahan jenis asupan yang dikonsumsi juga menyebabkan bayi susah BAB. Misalnya, setelah ASI eksklusif dan memasuki usia MPASI pencernaan Si Kecil butuh penyesuaian. Pada kasus lain, bayi mulai disapih dari ASI juga bisa menjadi salah satu penyebab konstipasi.
Dehidrasi dapat diartikan sebagai kurangnya cairan dalam tubuh, sehingga bagi Si Kecil peristiwa tersebut menjadi salah satu pemicu konstipasi. Oleh karena itu, ketika Si Kecil mengalami sariawan, gigi tumbuh, atau demam perlu perhatian dari Bunda agar ia tidak menolak ketika waktunya untuk minum sehingga cairan pada tubuh Si Kecil tetap terjaga.
Selain menyebabkan dehidrasi, berkurangnya cairan dalam tubuh juga dapat menyebabkan feses jadi lebih keras, bayi tampak lemas, frekuensi pipis lebih jarang, bibir kering, dan tidak mengeluarkan air mata ketika menangis. Kondisi tersebut perlu ditangani langsung oleh dokter.
Bayi susah BAB dan sering kentut biasanya terjadi karena menelan udara ketika ia tengah menyusu. Perlu diketahui bahwa tertelannya udara pada bayi diakibatkan karena ASI terlalu deras atau terlalu sedikit, atau bayi mengisap dengan cepat karena lapar.
Selain menyebabkan susah BAB, menelan udara saat menyusu juga bisa menimbulkan gejala pada cegukan pada bayi. Jika kondisi ini terjadi pada Si Kecil, ada beberapa tips yang bisa Bunda lakukan untuk meringankan gejalanya. Penanganan selengkapnya, yuk Bun baca: Cara Mengatasi Bayi Cegukan dan Pencegahannya.
Salah satu penyebab Si Kecil mengalami susah BAB disebabkan terjadinya kondisi medis atau penyakit tertentu seperti intoleransi makanan, gangguan sistem pencernaan dari lahir, hipotiroid, serta gangguan saraf yang mengontrol usus besar.
Dilansir dari IDAI, konstipasi yang dialami sejak lahir disertai dengan perut kembung dan pertumbuhan bayi tidak baik, disebabkan kondisi saraf pada ujung usus besar tidak terbentuk.
Kondisi ini disebut kelainan Hirschsprung. Kelainan ini biasanya ditandai dengan susah BAB dan dibutuhkan bantuan instrumen untuk mencolok anus bayi. Instrumen yang paling umum untuk mengeluarkan feses adalah jari.
Ada beberapa solusi yang bisa Bunda terapkan untuk mengatasi masalah BAB akibat perut kembung. Untuk informasi selengkapnya, baca artikel ini yuk: Penyebab perut anak kembung dan cara mengatasinya.
Terdapat beberapa langkah yang dapat Bunda terapkan untuk mengatasi sembelit pada bayi dan memberikan perawatan yang tepat, antara lain:
Menggerakkan kaki Si Kecil ke atas dan bawah seperti mengayuh sepeda bisa menjadi salah satu cara yang paling sederhana untuk merangsang Si Kecil agar mudah BAB. Hal tersebut dapat Bunda lakukan sebelum mengganti popok Si Kecil.
Cara lain juga dapat dilakukan oleh Bunda dengan memposisikan Si Kecil dalam kondisi tengkurap, karena hal tersebut dapat membantu dalam memperlancar kerja pencernaannya.
Memijat perut bayi dengan lembut bisa membuatnya lebih rileks. Salah satu cara mengatasi konstipasi pada bayi ialah dengan merilekskan tubuh Si Kecil dengan pijatan. Caranya, arahkan pijatan dari atas pusar hingga perut kiri bawah. Lakukan dan ulangi pijatan pada Si Kecil kira-kira selama 3 menit.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Bunda untuk mengatasi bayi susah buang air besar (BAB) adalah dengan memandikannya dengan air hangat. Dengan menggunakan air hangat, ternyata memiliki manfaat yang sama dengan memijat perut bayi, yaitu dapat merilekskan. Kedua cara ini dapat dilakukan bersamaan, sambil mandi air hangat, Bunda bisa memijat lembut perut bayi.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bayi usia kurang dari 6 bulan dan mengalami BAB salah satunya disebabkan oleh makan makanan padat. Untuk mencegah terjadinya susah buang air besar pada bayi, berikan ASI eksklusif untuk Si Kecil yang masih berusia 6 bulan.
Selain itu, Bunda juga bisa memberikan makanan padat pada Si Kecil pada usia MPASI atau setelah usianya lebih dari 6 bulan.
Ketika tengah masa menyusui tentunya Bunda perlu memilih makanan yang kaya nutrisi agar dapat memproduksi ASI yang terbaik dan berkualitas untuk Si Kecil. Disamping itu, asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui juga memiliki peranan penting dalam melancarkan BAB bayi.
Misalnya, Bunda dapat mengonsumsi bayam atau alpukat karena memang diketahui memiliki kandungan serat yang dapat melancarkan buang air besar. Buah-buahan seperti apel juga memiliki kandungan kalium serta asam organik yang bermanfaat sebagai pelembut feses bayi yang bersifat alami dan diserap lewat ASI.
Untuk mengatasi dehidrasi yang menyebabkan konstipasi, pastikan Si Kecil mendapatkan cukup cairan dari ASI. Apabila frekuensi dan jumlah asupan cairan dirasa cukup, tetapi ia masih kesulitan buang air besar, maka beberapa beberapa rekomendasi di atas seperti:
Selain itu, menambah nutrisi untuk ibu menyusui dapat dilakukan untuk mengatasi susah BAB pada Si Kecil.
Bayi mengejan namun BAB tidak keluar bisa disebabkan karena asupan susu yang tidak cocok. Namun, untuk memastikannya perlu dikaji lebih dalam atau dikonsultasikan ke ahli gizi, untuk mendapatkan rekomendasi susu formula yang cocok untuk Si Kecil. Apabila penyebab bayi susah BAB adalah susu formula, Bunda bisa mengganti dengan konsultasi pada dokter dahulu.
Perlu disadari bahwa Orang tua jangan langsung memberikan obat pencahar untuk bayi tanpa resep dokter. Untuk meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan, Bunda harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter agar mendapatkan saran terbaik dalam mengatasi bayi susah BAB.
Bunda mungkin baru pertama kali mempunyai anak, sehingga belum bisa mengenali bayi yang susah BAB.
Bunda perlu mengenali pola buang air besar pada Si Kecil dulu. Setiap bayi memiliki pola buang air besar yang berbeda-beda. Pada bayi setelah lahir dengan ASI eksklusif, umumnya buang air besar 6-10 kali dalam sehari.
Ini disebabkan refleks gastrokolika bekerja kuat. Refleks gastrokolika adalah refleks tubuh dimana pergerakan usus besar meningkat yang memicu buang air besar setelah makan atau minum ASI.
Memasuki usia 2 bulan, bayi mulai jarang buang air besar. Normal jika selama 5-7 hari hanya BAB sekali. Semakin bertambahnya usia, fungsi saluran cerna semakin berkembang dan refleks gastrokolika mulai mengendur. Frekuensi BAB normal setelah usia 7 bulan atau fase MPASI setidaknya sekali tiap 3 hari dan paling sering 3 kali dalam sehari.
Selain memperhatikan perubahan frekuensi BAB bayi, Bunda juga perlu mengecek tekstur feses. Apabila tekstur feses lebih keras dan kering sehingga menyebabkan bayi mengejan, menangis kesakitan, hingga menemukan darah pada feses, maka perlu segera diatasi. Bunda perlu segera memeriksakan Si Kecil ke dokter apabila diikuti dengan gejala ini:
Bayi susah buang air besar yang atau mengalami konstipasi akan merasa cepat kenyang. Perutnya terasa penuh dan tidak ingin makan terlalu banyak. Hal tersebut membuat Si Kecil tidak mau menyusu.
Jika Bunda menyadari bahwa dalam kurun waktu 5-10 hari Si Kecil sudah tidak buang air besar, namun perutnya terasa lebih buncit dan keras dari biasanya. mungkin saja disebabkan karena sembelit. Nah, perut buncit pada bayi dapat menjadi salah satu indikator bahwa bayi susah BAB.
Pasalnya, bayi yang diberikan air susu ibu (ASI) memang biasanya hanya buang air besar sekali dalam seminggu. Hal tersebut dikarenakan kandungan gizi pada ASI mampu terserap hampir semuanya dan menyisakan hanya sedikit yang bergerak melalui saluran pencernaan. Namun, ada sejumlah kasus, bahwa ada beberapa tipe usus pada bayi yang mencerna makanan lebih lambat, sehingga menyebabkan bayi tidak sering BAB.
Frekuensi buang air besar bukan satu-satunya petunjuk bayi susah BAB lho, Bunda. Tekstur feses juga perlu diperhatikan. Apabila tekstur feses keras dan padat, bayi akan kesusahan buang air besar hingga mengejan keras. Ini menyebabkan dinding anus meregang sehingga bisa menyebabkan luka. Kondisi ini bisa dikenali ketika muncul bercak darah pada popok bayi.
Konstipasi berkaitan dengan perubahan berat badan. Menurut studi Functional Constipation In Infancy and Early Childhood: Epidemiology, Risk Factor, and Healthcare Consultation yang dipublikasikan dalam BMC Pediatrics tahun 2019, konstipasi kronis dapat memengaruhi pertumbuhan secara negatif. Susah buang air besar berdampak buruk pada kecukupan gizi dan mengganggu nafsu makan sehingga bayi mengalami penurunan berat badan.
Bayi susah BAB yang gejala lain seperti muntah dan demam bisa merupakan efek dari faktor kesehatan, antara lain terinfeksi virus, bakteri, atau parasit. Untuk memastikan faktor yang menyebabkan kondisi ini, periksakan ke dokter ya, Bun.
Pada umumnya, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan bayi sebelum merekomendasikan pemeriksaan laboratorium. Dokter akan menanyakan apa saja yang dimakan dan perubahan rutinitas yang menyebabkan bayi susah BAB.
Selain itu, penting juga bagi Bunda untuk mengetahui ciri BAB yang sehat sehingga Bunda bisa mengetahui indikasi gangguan kesehatan pada Si Kecil. Cari tahu penjelasannya dalam artikel berikut, yuk: Ciri BAB Anak Sehat Serta Indikasi Penyakit Lainnya
Nah, demikian penjelasan mengenai tanda, penyebab, serta cara mengatasi bayi susah BAB yang perlu bunda ketahui. Namun, perlu diketahui apabila BAB terjadi dengan disertai gejala lain atau dengan rekomendasi di atas tidak teratasi, Bunda tetap harus memeriksakan Si Kecil ke dokter, ya. Hal tersebut tentu saja untuk mengantisipasi timbulnya penyakit atau gejala lain yang tidak diinginkan.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Penyebab Bayi Susah BAB dan Cara Mengatasinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?