Gangguan sensorik, atau yang lebih dikenal dengan istilah sensory processing disorder (SPD), terjadi ketika otak kesulitan memproses atau merespons rangsangan yang diterima oleh indra tubuh. Hal ini bisa membuat anak merasa cemas, frustasi, atau bahkan tidak nyaman dengan rangsangan yang sebenarnya dianggap biasa oleh anak-anak lain.
Jika tidak ditangani sejak dini, gangguan ini bisa berdampak jangka panjang dan menyebabkan perkembangan anak tidak optimal . Oleh karena itu, deteksi dini sangat diperlukan agar Si Kecil mendapatkan dukungan yang tepat. Karena #WaktuTakBisaKembali, jadi semakin cepat orang tua mengenali tanda-tandanya, semakin baik pula bagi perkembangan Si Kecil.
Bunda, mengenali tanda-tanda SPD pada Si Kecil sangat penting agar ia bisa mendapatkan dukungan yang tepat sejak dini. Setiap anak memiliki respons yang berbeda terhadap rangsangan di sekitarnya, sehingga ATENSI Bunda dalam mengamati kebiasaannya sehari-hari sangat dibutuhkan. Berikut beberapa tanda yang perlu diperhatikan:
Beberapa anak memiliki reaksi yang lebih kuat terhadap suara, sentuhan, atau cahaya dibandingkan anak-anak lainnya. Misalnya, Si Kecil mungkin langsung menutup telinga saat mendengar suara vacuum cleaner atau menangis ketika ada suara keras, seperti panci jatuh.
Ada juga anak yang menolak memakai pakaian berbahan tertentu karena terasa “mengganggu” di kulitnya. Reaksi seperti ini bisa menjadi tanda bahwa sistem sensoriknya bekerja terlalu aktif, sehingga ia merasa kewalahan menerima rangsangan dari lingkungan. Jika sering terjadi, kondisi ini bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kenyamanannya saat bermain atau berinteraksi dengan orang lain.
Berbeda dengan anak yang terlalu sensitif, ada juga anak yang justru kurang peka terhadap rangsangan di sekitarnya. Misalnya, ia tidak merasa terganggu saat terkena suhu panas atau dingin, atau tetap bermain dengan ceria meskipun terjatuh dan mengalami luka.
Beberapa anak bahkan tidak menyadari ketika tangan atau wajahnya kotor, atau kurang merespons ketika dipanggil. Kondisi ini bisa membuat Si Kecil terlihat ‘tidak peduli’, padahal sebenarnya otaknya tidak memproses informasi sensorik dengan optimal.
Bila terus dibiarkan, kurangnya respons terhadap rangsangan bisa berdampak pada keselamatannya, misalnya tidak menyadari bahaya saat bermain atau beraktivitas di luar rumah.
Anak dengan gangguan sensorik seringkali kesulitan beradaptasi dengan situasi baru. Ia bisa merasa cemas atau rewel saat berada di tempat ramai, seperti pusat perbelanjaan atau pesta ulang tahun. Perubahan rutinitas juga bisa menjadi tantangan besar baginya, misalnya saat harus tidur di tempat baru atau berkenalan dengan teman baru.
SPD juga bisa membuat anak enggan mencoba makanan dengan tekstur berbeda. Beberapa anak mungkin menolak makanan tertentu bukan karena rasanya, tetapi karena teksturnya terasa aneh di mulut. Jika dibiarkan, kesulitan ini bisa membuatnya sulit berinteraksi dengan lingkungan dan lebih memilih menghindari situasi sosial.
Beberapa anak dengan SPD juga mengalami kesulitan dalam keterampilan motorik, baik yang kasar maupun halus. Misalnya, ia sering terjatuh saat berlari, kesulitan mengayuh sepeda, atau sulit menjaga keseimbangan saat berdiri di satu kaki.
Dalam aktivitas sehari-hari, Si Kecil mungkin tampak kesulitan saat mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, atau menggenggam pensil dengan benar. Kesulitan ini bisa membuatnya merasa frustasi, terutama saat mulai belajar menulis atau melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata.
Jika tidak mendapatkan dukungan yang tepat, hal ini bisa berdampak pada kepercayaan dirinya saat bermain dan belajar. Maka dari itu, deteksi dini sangat penting karena semakin cepat dikenali, semakin mudah untuk membantu Si Kecil mengatasi tantangan yang dihadapi. Gejala SPD yang tidak segera ditangani bisa berpengaruh pada kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan menghadapi perubahan.
Gangguan sensorik yang dibiarkan tanpa penanganan yang tepat dapat memiliki efek negatif jangka panjang pada perkembangan Si Kecil. Salah satu dampaknya adalah kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-temannya.
Misalnya, Si Kecil yang sangat sensitif terhadap sentuhan mungkin merasa tidak nyaman saat teman-temannya menyentuh atau memeluknya, yang membuatnya menghindari interaksi sosial. Sebaliknya, ada juga anak yang kurang peka terhadap rangsangan, seperti tidak merespons suara atau sentuhan, sehingga ia cenderung tertutup atau tidak aktif berinteraksi. Kondisi ini dapat menghambat kemampuan Si Kecil untuk mengembangkan keterampilan sosial yang penting.
Penanganan SPD sedini mungkin sejak usia 1 tahun sangat penting untuk memastikan Si Kecil dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Semakin dini gangguan ini diatasi, semakin besar kemungkinan Si Kecil dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dan tetap berkembang sesuai dengan potensinya.
Setiap momen dalam masa tumbuh kembang Si Kecil sangat berharga, sebab #WaktuTakBisaKembali. Oleh karena itu, memberikan perhatian pada gangguan sensorik dan memberikan stimulasi yang tepat sejak dini akan membantu Si Kecil membentuk kebiasaan positif yang mendukung kesejahteraan emosional dan sosialnya di masa depan.
SPD memang belum bisa dicegah sepenuhnya karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Meski begitu, ada beberapa langkah yang bisa membantu mengurangi dampaknya dan mendukung perkembangan sensorik Si Kecil agar lebih optimal.
Lingkungan yang nyaman dan mendukung bisa membantu Si Kecil merasa lebih tenang saat mengeksplorasi sekitarnya. Beberapa penyesuaian sederhana di rumah dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat rangsangan sensorik yang berlebihan.
Pastikan pencahayaan ruangan cukup, tidak terlalu terang atau redup, agar matanya tidak cepat lelah. Jika ia sensitif terhadap suara, gunakan karpet untuk meredam langkah kaki atau pilih mainan dengan suara yang lebih lembut. Aroma di rumah juga berpengaruh pada kenyamanannya. Anak yang sensitif terhadap bau tajam mungkin lebih nyaman dengan produk tanpa pewangi yang menyengat.
Tata letak ruangan juga perlu diperhatikan. Ruang yang terlalu padat dapat membuat anak mudah merasa kewalahan, sementara lingkungan yang lebih teratur akan membantunya beradaptasi dengan lebih baik dan memahami berbagai rangsangan sensorik di sekitarnya.
Kegiatan sehari-hari bisa dimanfaatkan untuk membantu Si Kecil lebih mengenali berbagai rangsangan sensorik. Misalnya, mengenalkan beragam tekstur makanan saat makan, membiarkannya merasakan suhu air saat mandi, atau melibatkannya dalam aktivitas seperti merapikan barang di rumah. Interaksi ini akan membantu meningkatkan kesadaran tubuhnya serta melatih koordinasi gerak.
Rutinitas sederhana seperti berjalan di berbagai permukaan atau menggenggam benda dengan bentuk yang berbeda bisa menjadi cara alami untuk menstimulasi sensoriknya. Aktivitas ini membantu tubuhnya terbiasa merespons berbagai sensasi tanpa merasa kewalahan.
Stimulasi sensorik yang konsisten akan membuatnya lebih nyaman menghadapi berbagai rangsangan di lingkungan sekitar. Semakin sering ia mendapatkan pengalaman sensorik yang beragam, semakin baik pula kemampuannya dalam beradaptasi dan mengendalikan respons tubuhnya.
Terapi berbasis permainan bisa membantu Si Kecil lebih nyaman dalam menghadapi berbagai rangsangan sensorik. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah Developmental, Individual Difference, Relationship-based (DIR). Terapi ini menitikberatkan pada interaksi melalui sesi bermain yang menyenangkan. Saat bermain, Si Kecil diajak untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, berpikir, serta keterampilan sosialnya secara alami.
Selain itu, terapi integrasi sensorik juga bisa menjadi pilihan. Kegiatan seperti mengayun, merangkak di atas matras, atau berjalan di permukaan yang berbeda dapat membantu menyeimbangkan respons sensorik. Dengan stimulasi yang tepat, Si Kecil akan lebih percaya diri dan tidak mudah kewalahan terhadap berbagai sensasi di sekitarnya.
Memberikan stimulasi sejak dini akan sangat bermanfaat bagi perkembangannya. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan dari orang tua, Si Kecil bisa lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan serta tumbuh menjadi anak yang lebih percaya diri.
Saat Si Kecil sering menunjukkan tanda-tanda gangguan sensorik yang menghambat aktivitas sehari-harinya, konsultasi dengan dokter anak atau terapis sensorik bisa membantu memahami kebutuhannya lebih dalam. Dengan pendampingan yang tepat, ia bisa lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencegah kesulitan yang lebih besar di kemudian hari. Semakin cepat intervensi diberikan, semakin baik kemampuannya dalam merespons berbagai rangsangan di sekitarnya.
Selain itu, Bunda juga bisa memberikan stimulasi sederhana di rumah agar Si Kecil merasa lebih nyaman dan percaya diri saat mengeksplorasi dunia. Mengenalkan berbagai sensasi dengan cara yang menyenangkan, seperti merasakan tekstur berbeda, mendengarkan suara yang menenangkan, atau bermain air, bisa menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan sensoriknya.
Untuk mendapatkan inspirasi aktivitas yang seru dan bermanfaat, Bunda bisa melihat berbagai rekomendasi di sini: Ide Bermain - Morinaga. Ada banyak pilihan kegiatan yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membantu mengembangkan kemampuan sensorik Si Kecil secara optimal dan mendukung POTENSI Si Kecil dalam berbagai aspek perkembangan
Sumber:
Familydoctor. Sensory Processing Disorder (SPD). Diakses pada tanggal 20 Februari 2025 https://familydoctor.org/condition/sensory-processing-disorder-spd/
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Kenali Gangguan Sensorik Lebih Dini pada Anak
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?