Parenting Parenting

Sindrom Anak Kedua yang Mengganggu Kebahagiaan Si Kecil

Morinaga Platinum ♦ 29 Oktober 2024

Sindrom Anak Kedua yang Mengganggu Kebahagiaan Si Kecil

Sindrom anak kedua merujuk pada perasaan yang dapat dialami oleh anak tengah dalam keluarga. Mereka sering kali merasa kurang diperhatikan dan terjebak di antara peran anak sulung yang diharapkan menjadi pemimpin dan anak bungsu yang cenderung dimanjakan. Kondisi ini dapat memengaruhi kesejahteraan emosional Si Kecil dan cara mereka berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya.

Untuk membantu Si Kecil tumbuh dan berkembang secara optimal, orang tua perlu lebih peka terhadap perubahan emosional yang mungkin dialaminya. Dengan memberikan perhatian yang seimbang dan memahami peran unik setiap anak dalam keluarga, Bunda dapat membantu anak kedua mengatasi tantangan yang mereka hadapi dan mendukung tumbuh kembangnya secara maksimal. 

Penjabaran berikut ini akan mempermudah Bunda untuk memahami sindrom anak kedua demi memastikan setiap anak dalam keluarga mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang setara.

Merasa Diabaikan

Dilansir oleh Charlie Health, terdapat kecenderungan bahwa anak kedua sering merasa diabaikan. Posisinya sebagai si anak tengah menjadikan perhatian orang tuanya lebih banyak terfokus pada si anak sulung yang dianggap sebagai panutan adik-adiknya, serta si bungsu yang membutuhkan lebih banyak bimbingan dalam perkembangannya. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan Alfred Adler yang dikutip oleh Healthline, yaitu urutan lahir dapat memengaruhi perkembangan kepribadian. 

Akibatnya, anak kedua merasa seperti tidak mendapatkan peran yang jelas dalam keluarga dan merasa kurang dihargai. Ini membuatnya memiliki sifat tenang, tetapi kesulitan untuk menyesuaikan diri karena berada di antara saudara-saudara yang lebih tua dan yang lebih muda. Kerap kali Si Kecil menjadi merasa kurang kasih sayang dari orang tuanya dan akhirnya mencari perhatian dari luar.

Terlalu Mandiri

Apabila anak kedua tampak terlalu mandiri, sangat mungkin kemandirian tersebut datang dari perasaan terabaikan. Ia merasa harus menemukan cara sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalahnya dan tidak ingin bergantung pada orang lain.

Meskipun kemandirian adalah sifat yang positif, tetapi terkadang ini dapat membuatnya enggan meminta bantuan. Baginya meminta pertolongan adalah sebuah tanda kelemahan. Ditambah lagi, ia juga merasa akan mendapatkan tanggapan kurang baik ketika meminta tolong kepada saudara-saudaranya. 

Merasa Berbeda

Anak kedua bisa jadi tidak memiliki kelebihan yang menonjol dibandingkan si sulung yang diharapkan berhasil serta si bungsu yang cenderung lebih diperhatikan. Perasaan tidak cukup baik dibandingkan saudara-saudaranya akan merusak kepercayaan dirinya. Ini dikarenakan ia tidak dapat memenuhi harapan atau mencapai posisi yang setara dengan orang-orang di sekitarnya.

Akibatnya, ia berusaha menyesuaikan diri dengan cara mencari identitas di luar keluarganya agar dapat dipandang atau diterima. Ini akan menimbulkan risiko jika ia terlibat dalam lingkungan pergaulan yang tidak baik. Ia dapat berubah menjadi anak yang pemberontak atau bertindak dramatis agar dianggap memiliki identitas.

Kecenderungan Bersaing

Anak kedua juga cenderung memiliki sifat kompetitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Menurut WebMD, persaingan ini dapat memiliki dampak positif. Kecenderungannya untuk bersaing menjadikan si anak kedua meningkatkan kemampuannya dalam mencapai target dan mendorongnya agar lebih sukses di bidang tertentu yang tidak dapat diungguli oleh saudara-saudaranya.

Walau begitu, sifat ini bisa memicu stres dan ketidakpuasan apabila persaingan menjadi tidak sehat. Akibatnya, ia merasa harus selalu membuktikan dirinya lebih baik, yang pada akhirnya justru menurunkan motivasi dan menghambat perkembangan rasa percaya dirinya.

Agar anak kedua merasa diperhatikan tanpa adanya perbedaan, Bunda perlu memberikan kasih sayang secara adil. Dalam memastikan Si Kecil mendapatkan ATENSI yang seimbang, tindakan seperti meluangkan waktu berkualitas bersamanya dapat membantu Si Kecil merasa dihargai dan diperhatikan.

Salah satu bentuk ATENSI-nya adalah memberikan perhatian pada berbagai POTENSI yang dimilikinya. Dengan mengetahuinya, maka Bunda dapat memberikan stimulasi yang tepat untuk mendukung kecerdasannya. Tetapi, bagaimana cara mengetahui POTENSI dalam diri Si Kecil? Yuk, ketahui selengkapnya pada halaman berikut Deteksi Potensi Si Kecil Sejak Dini.

Referensi:

  • Charlie Health. What Is Middle Child Syndrome? Diakses pada tanggal 7 Oktober 2024. https://www.charliehealth.com/post/middle-child-syndrome
  • Healthline. Birth Order and Personality: The Science Behind Middle Child Syndrome. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2024. https://www.healthline.com/health/mental-health/middle-child-syndrome
  • Parents. Everything to Know About Middle Child Syndrome. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2024. https://www.parents.com/parenting/better-parenting/style/10-tips-for-parenting-middle-children
  • WebMD. What to Know About Middle-Child Syndrome. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2024. https://www.webmd.com/mental-health/what-to-know-middle-child-syndrome