Bayi kolik adalah kondisi ketika bayi menunjukkan perilaku menangis secara berlebihan, terus-menerus, dan sulit untuk diatasi, seringkali tanpa alasan yang jelas. Bayi dapat menangis selama lebih dari tiga jam setiap hari, setidaknya tiga hari dalam seminggu, selama beberapa minggu tanpa penyebab yang dapat Bunda identifikasi.
Kolik bayi sering terjadi mulai dari usia beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah lahir, dan biasanya kondisi ini akan mereda secara alami saat bayi mencapai usia sekitar 3 hingga 4 bulan.
Kondisi ini sering membuat orang tua kewalahan. Namun jangan khawatir, Bunda dapat menemukan informasi seputar ciri-ciri dan cara mengatasi bayi kolik berikut ini. Baca sampai selesai, ya!
Pada umumnya, kolik terjadi pada bayi ketika menginjak usia 2 minggu hingga 4 bulan. Beberapa gejala kolik yang biasa muncul, di antaranya:
Meskipun kondisi tersebut membuat Bunda menjadi waswas, nyatanya Bunda tidak perlu khawatir jika bayi mengalami kolik. Pasalnya, kondisi ini tidak berbahaya dan bukanlah merupakan suatu penyakit. Gejala kolik akan menghilang seiring dengan pertambahan usia Si Kecil, dan penanganan kolik pada Si Kecil juga tidak memerlukan terapi obat.
Selain mengenali ciri-ciri kolik pada Si Kecil, Bunda juga perlu untuk membedakan mana tangisan yang disebabkan oleh kolik dan mana yang bukan. Bunda perlu mewaspadai tangisan yang mirip tangisan kolik tapi disertai tanda-tanda lain yang mengkhawatirkan. Jika menemukan tanda-tanda dibawah ini, maka Bunda perlu segera memeriksakan Si Kecil ke dokter. Berikut adalah tanda-tandanya:
Selain itu, Bunda juga perlu memastikan bahwa tangisan Si Kecil tidak disebabkan oleh alergi susu sapi atau ketidakcocokan dengan susu sapi.
Penyebab spesifik kolik pada bayi masih belum diketahui secara jelas. Akan tetapi, kondisi ini bisa terjadi ketika bayi mengalami rasa ketidaknyamanan pada perutnya, mengingat pada usianya mencerna makanan merupakan hal yang sulit.
Dilansir Mayo Clinic, berikut beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan kolik pada bayi:
Kondisi terdapat gas berlebih dalam saluran pencernaan, rasa lapar, atau terlalu kenyang juga mungkin menjadi penyebab kolik.
Selain itu, gangguan pencernaan pada bayi, kondisi bayi lahir prematur yang memiliki sistem pencernaan belum matang, asam lambung yang naik ke atas, dan alergi makanan yang mengandung protein tertentu kemungkinan juga menjadi penyebab kolik.
Kolik juga dapat terjadi ketika bayi merasakan situasi yang tidak menyenangkan baginya, contohnya suhu ruangan terlalu panas atau dingin. Selain itu, ibu yang perokok, atau perkembangan sistem syaraf yang belum baik, juga diduga dapat meningkatkan risiko bayi terkena kolik.
Walaupun kolik tidak berbahaya, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama. Bunda dapat melakukan beberapa cara untuk mengatasi kolik pada Si Kecil berikut ini:
Selain itu, terdapat beberapa metode lain yang diketahui dapat membantu mengatasi kolik pada Si Kecil adalah fisioterapi, akupunktur, terapi pijat dan chiropractic. Namun, sebelum Bunda memutuskan untuk mencoba metode tersebut, sebaiknya konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu.
Penting diingat ketika Si Kecil mengalami kolik, hindari menggoyangkan tubuh bayi dengan keras dan cepat. Cara ini tidak bisa meredakan tangisan Si Kecil, namun justru dapat mengancam kesehatannya karena bisa mengakibatkan terjadi shaken baby syndrome.
Menidurkan bayi yang mengalami kolik bisa menjadi tantangan, tetapi ada beberapa cara yang bisa membantu:
Melakukan pijatan lembut pada perut bayi dengan gerakan melingkar searah jarum jam dapat membantu meredakan kembung atau ketidaknyamanan yang terkait dengan kolik.
Menyusui bayi dalam posisi tegak atau mendekapkan bayi ke dada untuk memberikan rasa keamanan bisa membantu meredakan gejala kolik.
Pastikan bayi tidak minum terlalu banyak udara saat menyusui. Jeda selama menyusui untuk memberikan kesempatan bayi untuk bersendawa dapat membantu mengurangi masuknya udara yang bisa memicu kolik.
Jika bayi mendapat ASI, ibu bisa mencoba menghindari makanan yang dapat menyebabkan gas atau kembung pada bayi, seperti makanan pedas atau makanan yang menyebabkan alergi pada ibu. Kondisi sistem pencernaan bayi yang tidak nyaman dapat memperburuk kolik bayi.
Pelukan, goyangan ringan, atau nyanyian lembut dapat memberikan rasa nyaman pada bayi dan membantu meredakan kolik.
Cobalah untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman saat bayi akan tidur, seperti penggunaan suara putar atau bantal dengan detak jantung yang menenangkan.
Penting untuk diketahui bahwa setiap bayi adalah individu yang unik, dan apa yang bekerja untuk satu bayi mungkin tidak sama efektifnya untuk bayi lain.
Gejala kolik pada bayi akan berkurang ketika Si Kecil memasuki usia sekitar 3-4 bulan. Namun demikian, ada baiknya Bunda harus mengerti cara mencegah kolik pada bayi berikut ini:
Tips pertama berhubungan dengan cara Bunda dalam menyusui si Kecil. Untuk mencegah kolik, Bunda perlu memposisikan Si Kecil dengan tegak jika sedang menyusu agar peluang udara tertelan saat menyusu menjadi lebih sedikit dibandingkan posisi bayi membungkuk.
Setelah bayi selesai menyusu, bayi perlu untuk disendawakan tujuannya agar mencegah banyak gas masuk ke lambung. Jika tidak, maka hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kolik. Berdasarkan klikdokter, cara menyendawakan bayi adalah:
Cara mencegah kolik pada Si Kecil berikutnya adalah pastikan Bunda memeriksa terlebih dahulu dot susu Si Kecil. Pilih dot yang membatasi masuknya udara saat bayi menyusu. Selain itu, Bunda bisa menggunakan dot susu anti kolik.
Botol susu tersebut telah dirancang sedemikian rupa supaya jumlah udara yang masuk ke dalam tubuh bayi selama menyusu berkurang. Bunda mungkin perlu memberikan Si Kecil jenis dot yang satu ini jika ia sering kali mengalami kembung dan gelisah usai menyusu.
Untuk mengatasi kembung pada anak, ada beberapa cara yang bisa Bunda terapkan. Informasi selengkapnya terkait hal ini, yuk baca: Cara mengatasi perut kembung anak.
Penyebab kolik pada bayi juga bersumber dari makanan yang dikonsumsi oleh Bunda, terutama jenis produk makanan yang berbahan dasar susu seperti susu sapi, yoghurt dan keju.
Apabila Bunda mengonsumsi bahan-bahan yang disebutkan di atas, sebaiknya segera hentikan. Jika terlihat ada perubahan, maka bisa dipastikan Si Kecil mengalami alergi produk susu sapi dan tidak disarankan pemberian susu formula yang memiliki kandungan laktosa.
Jika demikian, Bunda tak perlu khawatir. Pasalnya, Bunda dapat mengganti susu Si Kecil dengan susu soya ataupun susu almond.
Menyusui Si Kecil saat ia lapar akan membuat udara berlebih masuk ke tubuhnya. Pasalnya, ketika Si Kecil lapar, maka ia akan menyedot susu dengan kencang atau cepat, sehingga jumlah udara yang masuk juga akan meningkat. Hal ini dapat menyebabkan risiko bayi terkena kolik semakin besar. Oleh karena itu, untuk mencegah, Bunda perlu menyusui bayi saat ia belum lapar.
Demikianlah gejala, penyebab dan cara mengatasi kolik pada bayi. Selain itu, penting bagi Bunda untuk memenuhi kecukupan nutrisi Si Kecil dengan memberikannya Morinaga Chil Kid Platinum, supaya otaknya dapat berkembang dengan sehat, daya tahan tubuhnya meningkat, dan tumbuh kembangnya dapat optimal. Semoga artikel ini bermanfaat, ya Bun!
Referensi:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Ciri-ciri dan Cara Mengatasi Bayi Kolik
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?