Kehamilan ektopik adalah kondisi kehamilan di mana sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim. Kondisi ini memiliki risiko serius untuk ibu hamil jika tidak segera ditangani karena berpotensi menimbulkan rasa nyeri yang hebat, komplikasi, dan mengalami pendarahan.
Untuk mengetahui secara jelas tentang kelainan kehamilan ini, yuk kenali apa saja ciri-cirinya, penyebab, dampak buruk, hingga penanganannya..
Pada umumnya, gejala kehamilan ektopik bisa dikenali sebelum usia kehamilan 3 bulan dan bisa juga dirasakan setelahnya. Ciri-ciri kehamilan ektopik yang paling mudah terlihat antara lain:
Selain gejala di atas, seorang wanita dengan kehamilan ektopik juga mengalami pendarahan sehingga perlu mendapatkan penanganan cepat dari dokter kandungan.
Perlu diperhatikan juga bahwa di awal kehamilan, Bunda mungkin akan melihat beberapa flek. Adanya flek ini bisa menunjukkan beberapa kondisi yang sedang dialami oleh Bunda dan tanda ini tak hanya menandakan kehamilan ektopik saja ya Bun. Informasi selengkapnya, yuk baca: Penyebab Flek Saat Hamil Muda dan Cara Mengatasinya.
Memastikan hamil normal maupun kehamilan ektopik tidak bisa hanya dengan testpack. Bahkan pada kasus tertentu testpack bisa menunjukkan hasil negatif ketika mengalami hamil di luar rahim. Itu menandai bahwa setiap kali merasakan ketidaknyamanan pada tubuh, maka direkomendasikan segera memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Gejala-gejala di atas mungkin bisa dialami tidak hanya satu kali. Kondisi ini juga kemungkinan dialami berulang dan berbahaya bagi pasien.
Dilansir dari Mayo Clinic, kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
Kondisi-kondisi tersebut memiliki dampak yang dapat memperlambat ataupun menghalangi pergerakan sel telur ke tuba falopi.
Terjadinya gangguan kehamilan kerap kali di luar perhitungan perencanaan kehamilan. Artinya, Bunda dan pasangan perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadi kehamilan di luar rahim. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
Faktor risiko yang terakhir, yaitu endometriosis, adalah kondisi di mana jaringan yang biasanya melapisi rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, seperti pada ovarium, saluran tuba falopi, atau organ panggul lainnya.
Endometriosis dapat menyebabkan peradangan dan penutupan saluran tuba falopi, meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
Selain dapat menyebabkan hamil ektopik, kondisi ini juga dapat menyebabkan terjadinya kista ovarium karena endometriosis dapat mengganggu fungsi normal organ reproduksi dan menyebabkan pembentukan jaringan parut atau kista di area tersebut. Pelajari penyakit kista ovarium lebih lanjut beserta cara pencegahannya di artikel berikut ini yuk Bunda: Penyebab Kista Ovarium dan Cara Mendeteksi Gejala Awal
Kehamilan di luar rahim menyebabkan efek buruk. Oleh karena itu, kehamilan yang tidak tumbuh dalam rahim perlu segera ditangani supaya tidak berdampak buruk seperti kondisi berikut ini:
Kondisi hamil dimana sel telur tidak menempel pada dinding rahim, atau paling sering di tuba falopi. Ini bisa menyebabkan tuba falopi pecah secara tak terduga disertai dengan rasa nyeri yang hebat sekitar panggul, perut, serta mengalami pendarahan, kulit pucat, lemas, hingga pingsan.
Kondisi paling parah dari terjadinya kehamilan di luar rahim adalah pengangkatan tuba falopi. Dilansir laman American Society for Reproductive Medicine, seorang wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik memiliki peluang lebih rendah untuk hamil lagi. Selain itu, peluang kembali terjadinya kehamilan di luar rahim menjadi lebih tinggi.
Peluang untuk memiliki bayi masih bisa meskipun telah mengalami kehamilan ektopik 2 kali atau lebih. Wanita dengan kondisi tersebut mungkin memiliki penyakit tuba dan kemungkinan hamil bisa ditempuh dengan IVF (in vitro fertilization) atau bayi tabung.
Karena rasa sakit yang hebat, merasa kehilangan peluang hamil, hingga syok, bisa menyebabkan trauma bagi pasien. Tetapi berdasarkan fakta yang terjadi, dilansir Mayo Clinic, banyak wanita dengan kondisi kehamilan seperti ini bisa hamil kembali sehingga Bunda perlu tetap menjaga kesehatan baik fisik dan mental setelah mengalami kehamilan ektopik.
Diagnosis dilakukan dokter dengan pemeriksaan USG transvaginal untuk memastikan letak calon janin secara akurat dan kondisi organ reproduksi Bunda yang sedang mengandung.
Selain itu, dokter akan memeriksa lewat tes darah dan hormon yang aktif ketika masa kehamilan. Jika hormon kehamilan yang meliputi progesteron dan hCG lebih rendah daripada kehamilan normal, maka berpotensi didiagnosa sebagai kehamilan ektopik.
Sel telur yang telah dibuahi bertempat di luar dinding rahim kemungkinan tumbuh dengan normal sangat kecil. Tetapi ada tiga cara pengobatan yang umumnya dilakukan dokter kandungan. Ketiganya akan disesuaikan dengan kondisi Bunda dan sel jaringan yang tumbuh di tuba falopi, antara lain pengobatan dengan cara berikut:
Pengobatan pertama dengan operasi laparoskopi. Tindakan medis ini dikenal dengan operasi lubang kunci di bawah prosedur dari dokter kandungan. Dengan mengangkat jaringan ektopik pada tuba falopi atau jaringan ektopik. Apabila kondisi memungkinkan, jaringan bisa hanya diperbaiki tanpa proses pengangkatan sehingga meningkatkan peluang hamil kondisi Bunda sudah sehat.
Obat yang disuntikkan pada cara pengobatan kedua ini berfungsi menghentikan pertumbuhan sel ektopik sekaligus menghancurkan jaringan yang sudah terbentuk. Setelah diberikan suntik methotrexate, hormon pasien akan dipantau setiap 2 hingga 3 hari sampai menurun. Kehamilan sudah tidak lagi berkembang dan ditandai dengan menurunnya hormon hCG.
Operasi laparotomi akan dilakukan ketika pasien mengalami pendarahan berat dan bersifat darurat. Dokter kandungan akan membuat sayatan di perut untuk mengangkat jaringan ektopik dan tuba falopi yang pecah.
Kehamilan ektopik penting sekali untuk didiagnosis lebih awal sebelum tuba falopi pecah. Mengutip dari American Society for Reproductive Medicine, semakin dini mengenali kehamilan di luar rahim nantinya ginekolog hanya perlu mengangkat jaringan ektopik dan membiarkan tuba falopi tetap pada tempatnya. Setelah menjalani laparoskopi, pengobatan selanjutnya dengan operasi tambahan atau dengan terapi methotrexate.
Dilansir The Ectopic Pregnancy Trust, secara statistik peluang untuk hamil dengan sehat setelah 18 bulan mengalami kehamilan ektopik sejumlah 65 persen. Beberapa penelitian menunjukkan peluang meningkat menjadi sekitar 85 persen setelah 24 bulan.
Hamil di luar kandungan tidak bisa dicegah dan diduga, ini berarti perlu segera ditangani apabila mengalaminya dan mendapatkan rekomendasi terbaik dari dokter kandungan. Sebagai cara pencegahan, setiap pasangan perlu menjaga kebiasaan seperti:
Bagi Bunda yang sedang mengandung, sejak mendapatkan hasil positif dari testpack, baiknya segera berkonsultasi dan periksa ke dokter kandungan. Ini dilakukan untuk memastikan kesehatan Bunda dan calon janin dalam rahim.
Nah, apabila menemukan dan merasakan kondisi tubuh tidak nyaman maka perlu segera ke dokter. Tidak ada aturan pasti mengenai kapan perlu ke dokter kandungan, sebab ini tergantung pada kondisi yang dirasakan oleh Bunda. Apalagi ketika mengalami pendarahan dari vagina dengan warna darah yang lebih gelap dari darah menstruasi.
Bagi pasangan yang merencanakan punya buah hati, agar tidak mengalami kehamilan ektopik perlu menjaga kondisi fisik serta mental. Ubah pola hidup sehingga lebih sehat dan siap menyambut hadirnya sang buah hati. Ditambah lagi, pasangan perlu tetap berpikiran positif supaya terhindar dari stres dan kecemasan.
Kehamilan ektopik adalah salah satu dari beberapa gangguan kehamilan yang berpotensi dialami oleh ibu hamil. Waspadai gangguan kehamilan lainnya di artikel berikut ini: Sering Diabaikan, Ternyata Ini Tanda Kehamilan Terganggu
Referensi:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Ciri Kehamilan Ektopik dan Penyebab Utamanya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?