Setiap anak tumbuh dengan ritmenya sendiri. Ada yang cepat berjalan, ada juga yang butuh waktu lebih lama untuk menguasai gerak tubuhnya. Semuanya wajar, karena setiap anak punya cara berbeda dalam berkembang.
Namun, jika Bunda mulai menyadari bahwa Si Kecil sering kesulitan mengatur gerakan tubuhnya atau tampak mudah kehilangan fokus saat beraktivitas, mungkin ini saatnya untuk mencari tahu lebih lanjut. Mari kita kenali bersama, apa itu Dyspraxia?
Dengan mengenali Dyspraxia lebih dalam, Bunda bisa memahami kondisinya dan memberikan dukungan yang dibutuhkan agar Si Kecil tumbuh dengan optimal.
Dyspraxia adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan Si Kecil dalam mengatur gerakan dan menjaga konsentrasi gerakan tubuhnya saat beraktivitas. Anak dengan kondisi ini sebenarnya tahu apa yang ingin dilakukan, tetapi tubuhnya kesulitan mengeksekusi gerakan tersebut. Kondisi ini bukan tanda Si Kecil kurang cerdas, hanya saja tubuh mereka perlu latihan, waktu, dan dukungan agar bisa berkembang dengan percaya diri.
Menurut Child Mind Institute, dyspraxia terjadi karena adanya hambatan pada koordinasi antara otak dan otot. Jadi, ini bukan karena Si Kecil kurang cerdas ya, Bunda!
Dengan pemahaman dan ATENSI dari Bunda, Si Kecil tetap bisa tumbuh hebat. Mengenali kondisinya sejak dini membantu Bunda memberikan dukungan yang tepat agar Si Kecil merasa lebih percaya diri dalam proses tumbuh kembangnya.
Bunda mungkin pernah merasa Si Kecil tampak lebih lambat dalam belajar berjalan, berbicara, atau menguasai gerakan sederhana dibanding teman seusianya. Pada sebagian anak, hal ini bisa menjadi tanda dyspraxia. Berikut beberapa tanda yang bisa Bunda amati:
Setiap anak dengan dyspraxia dapat menunjukkan gejala yang berbeda. Karena itu, penting bagi Bunda untuk mengamati perkembangan Si Kecil dengan sabar.
Pencatatan sederhana tentang kebiasaan harian bisa membantu saat berkonsultasi dengan dokter anak atau terapis okupasi. Semakin cepat kondisi ini dikenali, semakin besar peluang Si Kecil untuk beradaptasi dan berkembang dengan lebih baik melalui terapi yang tepat.
Hingga kini, belum ada jawaban pasti tentang apa yang menyebabkan dyspraxia. Namun, penelitian yang dirilis oleh National Center for Biotechnology Information (NCBI) menunjukkan bahwa gangguan ini kemungkinan berkaitan dengan perkembangan otak sejak masa kehamilan, juga pengaruh faktor genetik yang berperan pada kemampuan koordinasi tubuh anak.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Developmental Medicine & Child Neurology juga menemukan bahwa anak-anak yang lahir prematur (< 32 minggu) atau dengan berat badan sangat rendah (< 1500 g) memiliki risiko 6–8 kali lebih tinggi mengalami kesulitan motorik dibandingkan anak yang lahir cukup bulan.
Untuk itu, Bunda tidak perlu merasa bersalah, karena dyspraxia bukan disebabkan oleh pola asuh atau kurangnya latihan. Perlu diingat, setiap anak memiliki perjalanan tumbuh kembang yang unik, dan dukungan positif dari keluarga justru menjadi kunci agar Si Kecil dapat berkembang lebih baik.
Dengan stimulasi yang tepat, Si Kecil dengan dyspraxia bisa tumbuh percaya diri serta menemukan caranya sendiri untuk bersinar.
Dyspraxia adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun gejalanya bisa dikendalikan dengan baik. Melalui terapi fisik, terapi okupasi, dan latihan yang dilakukan secara rutin, anak dengan dyspraxia dapat mengembangkan kemampuan motorik dan rasa percaya diri dari waktu ke waktu.
Dyspraxia adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun gejalanya bisa dikendalikan dengan baik. Melalui beberapa terapi, Si Kecil dengan dyspraxia dapat mengembangkan kemampuan motorik dan rasa percaya diri dari waktu ke waktu. Berikut saran-saran yang dapat Bunda lakukan:
Pada tahap ini, biasanya Si Kecil perlu dilatih untuk mengenali tubuhnya sendiri. Bisa lewat hal kecil, seperti belajar menjaga keseimbangan saat berdiri di satu kaki, berjalan di garis lurus, atau melempar bola pelan-pelan.
Bunda mungkin melihatnya tampak sepele, tapi buat mereka, setiap gerakan kecil itu butuh keberanian dan konsentrasi besar.
Terapi ini lebih ke arah kegiatan sehari-hari. Misalnya belajar menulis, memakai baju sendiri, atau mengancingkan baju. Lewat proses ini, Si Kecil belajar merasa “aku bisa”, walau jalannya mungkin lebih pelan dari anak lain.
Kalau di rumah, Bunda bisa bantu dengan hal-hal ringan. Main puzzle, menggambar bersama, atau meniru bentuk huruf pakai pasir warna. Tujuannya bukan untuk cepat jago, tapi supaya anak merasa lebih aman untuk mencoba lagi dan lagi, sambil tahu bahwa Bunda selalu hadir di sebelahnya.
Banyak anak dengan kondisi ini tumbuh menjadi pribadi mandiri dan berprestasi, karena mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya.
Oleh karena itu, Bunda tidak perlu mencari kesempurnaan, cukup hadir dengan ATENSI dan dukungan tanpa batas. Kasih sayang dan ketelatenan Bunda adalah obat terbaik agar Si Kecil tetap semangat dan berkembang sesuai ritmenya.
Bunda bisa membantu Si Kecil lewat hal-hal sederhana yang dilakukan setiap hari. Berikut praktik kecil yang bisa Bunda lakukan:
Dengan rasa aman dan dukungan penuh dari Bunda, anak dengan dyspraxia bisa tumbuh lebih percaya diri dan mandiri.
Setiap latihan kecil berarti banyak bagi tumbuh kembang Si Kecil. Stimulasi sensorik dan motorik membantu anak dengan dyspraxia mengenal tubuhnya lebih baik dan mengasah koordinasi gerak tanpa terasa seperti “terapi.” Tidak perlu rumit, cukup lakukan dengan konsisten dan dalam suasana yang menyenangkan.
Pilih aktivitas yang sesuai dengan minat mereka, karena dari hal-hal sederhana seperti bermain bola atau menyusun balok pun, kemampuan baru bisa tumbuh perlahan. Untuk mendapatkan ide kegiatan seru lainnya, lanjut baca artikel ini, yuk: Sensorik dan Motorik Si Kecil.
Sumber:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Dyspraxia, Gangguan Koordinasi Gerak Tubuh pada Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?