Parenting Parenting

Contoh Sikap Toleransi Anak yang Bisa Dibiasakan Sejak Dini

Morinaga Platinum ♦ 19 September 2025

Contoh Sikap Toleransi Anak yang Bisa Dibiasakan Sejak Dini

Bunda, salah satu nilai penting yang perlu diperkenalkan sejak dini kepada Si Kecil adalah toleransi. Dengan membiasakan sikap ini, Si Kecil akan belajar bagaimana cara menghargai perbedaan, baik dalam hal pendapat, kebiasaan, maupun latar belakang orang lain. Toleransi tidak hanya membuat hubungan sosial anak menjadi lebih harmonis, tetapi juga menanamkan dasar karakter positif yang akan melekat hingga ia dewasa nanti.

Lebih dari sekadar kemampuan akademis, melatih toleransi juga merupakan bagian penting dalam menumbuhkan POTENSI sosial dan emosional Si Kecil. Anak yang terbiasa bersikap toleran akan lebih mudah berempati, bergaul dengan berbagai teman, serta siap menghadapi kehidupan di tengah masyarakat yang beragam. Dengan pembiasaan sejak dini, Bunda akan membantu Si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang hangat, terbuka, dan mampu memberi dampak positif di lingkungannya.

Mau Berbagi Mainan dan Makanan

Berbagi adalah salah satu bentuk toleransi paling sederhana yang bisa langsung dipraktikkan oleh Si Kecil, baik di rumah maupun di sekolah. Misalnya, Si Kecil mau meminjamkan mainannya kepada teman, berbagi camilan dengan adik, atau ikut serta dalam kegiatan berbagi di sekolah. Sikap sederhana ini menjadi langkah awal yang efektif untuk menumbuhkan kepedulian dan rasa menghargai orang lain.

Untuk mengajarkannya, Bunda bisa mulai dengan memberi contoh nyata sehari-hari. Misalnya, saat makan bersama, Bunda bisa membagi kue menjadi beberapa bagian dan mengajarkan bahwa setiap orang berhak merasakan kebahagiaan kecil itu. Selain itu, ajak Si Kecil untuk membawa makanan ringan lebih ketika ke sekolah agar bisa diberikan kepada teman-temannya. Dengan pembiasaan ini, Si Kecil akan belajar bahwa berbagi bukan berarti kehilangan, melainkan memperluas kebahagiaan.

Berbagi tidak hanya melatih empati, tetapi juga membantu Si Kecil memahami bahwa kebahagiaan bisa didapatkan dengan saling memberi. Kebiasaan ini akan memperkuat ikatan sosialnya dan membuatnya lebih mudah menjalin hubungan sehat dengan teman sebaya. Dengan begitu, Si Kecil akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dalam bersosialisasi. 

Bergiliran saat Bermain Bersama

Bunda, bergiliran merupakan bentuk toleransi nyata yang mengajarkan Si Kecil pentingnya menghargai hak dan giliran orang lain. Misalnya, saat bermain ayunan di taman, Bunda boleh memberi kesempatan kepada teman bergiliran; atau saat bermain board game, Si Kecil belajar untuk menunggu hingga gilirannya tiba.

Praktik sederhana seperti itu akan menumbuhkan rasa adil karena Si Kecil memahami bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk bermain atau berbicara. Manfaat bergiliran sangat beragam. Si Kecil belajar untuk lebih sabar, meredam ego, dan terbiasa untuk menerima bahwa tidak semua hal bisa ia menangkan.

Kemampuan bergiliran (turn-taking) penting dalam pembentukan keterampilan sosial seperti pengaturan emosi, komunikasi efektif, dan empati, serta memperkuat koneksi sosial mereka ke depannya.

Selain itu, Si Kecil yang diajarkan kemampuan bergiliran memiliki pengaturan emosi dan hubungan sosial yang lebih baik serta kapasitas bicara yang berkembang secara signifikan. Caranya, Bunda bisa melatihnya dengan memberi contoh langsung dan jelas. Misalnya, saat bermain ayunan bersama, Bunda bisa bilang, “sekarang Bunda yang naik ayunan, ya. Setelah ini, baru giliranmu.”

Selain itu, Bunda juga bisa gunakan permainan antrian atau board game ringan, misalnya “Pass the Object” atau “Giliran Bola”, yang melatih Si Kecil memahami urutan dan menunggu. Berikan pujian ketika Si Kecil menunggu dengan sabar, misalnya “hebat ya kamu sabar menunggu giliran! Mama bangga.”

Agar lebih mudah, gunakan alat bantu visual seperti timer, kartu bergiliran atau “waiting hands” untuk memberi Si Kecil petunjuk kapan gilirannya dan berapa lama harus menunggu. Uraikan bahwa bergiliran adalah bentuk nyata toleransi karena Si Kecil belajar menghargai hak orang lain.

Menghargai Keunikan Teman-teman

Toleransi tidak hanya soal berbagi dan bergiliran, tetapi juga tentang menerima serta menghargai perbedaan. Si Kecil perlu memahami bahwa setiap orang unik, baik dari segi fisik, kebiasaan, maupun kemampuan. Dengan begitu, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang terbuka dan menghormati keberagaman di sekitarnya.

Misalnya, Si Kecil tetap mau berteman dengan anak yang berbeda warna kulit, memiliki agama lain, atau bahkan teman dengan kebutuhan khusus. Sikap ini akan menumbuhkan rasa hormat, mengajarkan bahwa semua orang sama berharganya, serta membantu membentuk karakter inklusif sejak dini.

Bunda juga bisa mengajarkan melalui percakapan sederhana. Contohnya:

  • “Nak, lihat ya, rambut temanmu berbeda dengan kamu. Tapi itu yang membuat dia spesial, sama seperti kamu juga punya keunikan sendiri.”
  • “Walaupun dia menggunakan kursi roda, dia tetap bisa bermain bersama kita. Yuk, kita cari permainan yang bisa bikin semua senang.”

Cara ini akan membuat Si Kecil lebih mudah memahami bahwa perbedaan bukan alasan untuk menjauh, melainkan kesempatan untuk saling melengkapi. Selain itu, menghargai keunikan teman-temannya juga membantu Si Kecil dalam mengembangkan empati, keterbukaan, dan rasa hormat.

Menolong Tanpa Memandang Perbedaan

Toleransi bukan hanya soal menerima perbedaan, tetapi juga tercermin dari sikap suka menolong siapa saja, tanpa memandang kedekatan maupun latar belakangnya. Ketika Si Kecil mau membantu temannya yang terjatuh, menolong membereskan mainan bersama, atau meminjamkan alat tulis pada teman yang membutuhkannya, ia sebenarnya sedang mempraktikkan bentuk toleransi nyata dalam keseharian. Sikap menolong ini mengajarkan Si Kecil bahwa setiap orang layak mendapat bantuan, bukan hanya teman dekat atau mereka yang serupa dengannya.

Sikap suka menolong dapat menjadi dasar penting dalam menumbuhkan rasa kemanusiaan, empati, dan kerja sama sejak dini. Si Kecil yang terbiasa menolong tanpa pilih kasih akan lebih mudah membangun hubungan sosial yang sehat dan positif di masa depan. Perilaku prososial, seperti menolong, mampu meningkatkan kemampuan sosial, memperkuat hubungan interpersonal, dan mendukung perkembangan emosional anak.

Bunda bisa mengajarkan kebiasaan ini melalui contoh nyata sehari-hari. Misalnya, ketika ada anggota keluarga yang kesulitan membawa barang, ajak Si Kecil untuk ikut membantu. Demikian pula, saat melihat temannya kesulitan membuka botol minum, dorong ia untuk menawarkan bantuan. Selain itu, Bunda bisa membiasakan aturan kecil di rumah, seperti “kalau selesai main, kita rapikan bersama-sama, ya”. Dengan begitu, anak akan memahami bahwa menolong adalah tanggung jawab bersama dan bukan sesuatu yang memerlukan alasan khusus.

Kebiasaan menolong tanpa membedakan ini juga akan memperkuat potensi Si Kecil dalam membangun hubungan sosial positif. Mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih terbuka, ramah, serta mampu menumbuhkan suasana kebersamaan di lingkungannya. Seiring waktu, sikap ini akan menjadi fondasi bagi anak dalam menjalin persahabatan yang sehat dan harmonis.

Mengendalikan Emosi Saat Tidak Sesuai Keinginan

Toleransi tidak hanya terlihat dari sikap terhadap orang lain, tetapi juga dari kemampuan Si Kecil menerima keadaan yang tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Misalnya, ketika Si Kecil kalah dalam permainan, ia belajar untuk tidak marah berlebihan atau melempar mainan. Sikap ini melatih Si Kecil untuk memahami bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diinginkan, dan setiap orang perlu belajar menerima kekalahan dengan lapang dada.

Melalui pengalaman seperti ini, Si Kecil akan terbiasa mengendalikan diri, mengurangi sikap impulsif, serta menumbuhkan sportivitas. Anak yang mampu mengelola emosinya akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan, menjalin hubungan yang sehat, dan membangun karakter positif sejak dini.

Bunda bisa mendampingi Si Kecil dalam melatih pengendalian emosi, misalnya dengan mengajarkan teknik napas dalam ketika ia mulai marah, atau memberikan pelukan hangat agar emosinya lebih cepat pulih. Dukungan emosional dari Bunda sangat penting untuk membantu Si Kecil belajar menyalurkan perasaan dengan cara yang sehat, tanpa menyakiti dirinya sendiri maupun orang lain.

Bunda, menanamkan sikap toleransi bisa dimulai dari hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memberi contoh nyata, Si Kecil akan belajar untuk lebih sabar, empati, dan mampu menghargai perbedaan.

Setiap anak memiliki kecerdasan unik yang perlu diasah agar tumbuh menjadi pribadi empati, percaya diri, dan toleran. Dalam mendukung perkembangan sosial dan emosionalnya, Bunda bisa temukan cara menyenangkan untuk menstimulasi POTENSI Si Kecil melalui permainan interaktif dengan mengunjungi halaman kecerdasan majemuk anak.

Referensi:

  • NIH. Mine or Yours? Development of Sharing in Toddlers in Relation to Ownership Understanding. Diakses 25 Agustus 2025. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3578097/
  • Great Kids. Sharing is Caring…AND a Developmental Milestone. Diakses 25 Agustus 2025. https://www.greatkidsinc.org/sharing-is-caringand-a-developmental-milestone/
  • Teacher. Early years Q&A: Taking turns and sharing – research overview. Diakses 25 Agustus 2025. https://www.teachermagazine.com/au_en/articles/early-years-q-a-taking-turns-and-sharing-research-overview
  • CST Academy. Why Turn-Taking Matters: A Key to Speech and Language Growth for Children with Autism. Diakses 25 Agustus 2025. https://cstacademy.com/resources/articles/why-is-turn-taking-important-in-speech-and-language-development/
  • Mastermind. Strategies for teaching turn-taking and sharing. Diakses 25 Agustus 2025. https://www.mastermindbehavior.com/post/strategies-for-teaching-turn-taking-and-sharing?utm_source=chatgpt.com
  • Auckland. Teaching kids to take turns is good for their brains. Diakses 25 Agustus 2025.https://www.auckland.ac.nz/en/news/2023/01/12/kids-taking-turns-good-for-their-brains.html