Parenting Parenting

Waspadai Ciri-Ciri Depresi pada Anak Usia Dini

Morinaga ♦ 20 November 2025

Waspadai Ciri-Ciri Depresi pada Anak Usia Dini

Setiap Bunda tentu mendambakan anak yang tumbuh bahagia, ceria, dan penuh semangat. Namun, di balik senyum Si Kecil, terkadang kesehatan mentalnya menjadi aspek yang luput dari perhatian. Depresi bukan hanya dialami oleh orang dewasa, anak usia dini pun bisa mengalaminya. Kondisi ini sering kali tidak disadari karena gejalanya tampak samar dan berbeda pada setiap anak.

Tidak jarang depresi pada anak disalahartikan sebagai kenakalan, sifat manja, atau sekadar perubahan mood biasa. Akibatnya, tanda-tanda awal sering terlewat hingga kondisinya semakin berat. Padahal, pemahaman dini sangat penting agar Bunda bisa memberikan dukungan emosional yang tepat dan mencegah dampak jangka panjang.

Pemicu Depresi pada Anak-Anak

Depresi pada anak biasanya muncul akibat kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan keluarga. Dari sisi biologis, anak dengan riwayat keluarga pengidap depresi memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami gangguan serupa karena ketidakseimbangan neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin di otak.

Lingkungan rumah yang penuh konflik, perceraian, kurangnya perhatian, serta tekanan untuk selalu berprestasi juga dapat menjadi sumber tekanan emosional bagi anak. Peristiwa traumatis seperti bullying, kehilangan orang terdekat, atau pindah sekolah dapat memicu rasa sedih mendalam yang sulit ditangani anak sendirian. Karena anak masih belajar mengenali dan mengekspresikan emosinya, perubahan besar dalam hidup mereka sering kali meninggalkan dampak emosional yang kuat.

Memahami Apa itu Depresi pada Anak

Depresi pada anak adalah gangguan suasana hati (mood disorder) yang berlangsung lama dan memengaruhi cara anak berpikir, merasa, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dari kesedihan sesaat yang biasanya hilang setelah anak mendapatkan dukungan emosional, depresi cenderung bertahan lebih dari dua minggu dan mengganggu aktivitas rutin seperti belajar, bermain, atau berinteraksi sosial.

Menurut American Psychiatric Association, depresi ditandai oleh suasana hati sedih yang menetap, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan, dan perubahan pola tidur atau nafsu makan.

Tantangan utama dalam mengenali depresi pada anak adalah keterbatasan mereka dalam mengekspresikan perasaan dengan kata-kata. Anak-anak mungkin tidak mengatakan bahwa mereka “sedih” atau “putus asa”, melainkan menunjukkan tanda-tandanya melalui perubahan perilaku seperti mudah marah, sering menangis, menarik diri dari teman, atau menolak pergi ke sekolah.

Ekspresi depresi pada anak sering kali berupa iritabilitas, seperti mudah tersinggung atau cepat marah, bukan kesedihan mendalam seperti pada orang dewasa. Oleh karena itu, memahami pola perilaku dan perubahan emosional anak adalah langkah awal yang penting bagi Bunda untuk mendeteksi tanda-tanda depresi sedini mungkin.

Ciri-Ciri Depresi pada Anak-Anak

Depresi pada anak tidak selalu muncul dalam bentuk kesedihan yang jelas terlihat. Justru, banyak anak mengekspresikan depresinya melalui perubahan perilaku yang sering disalahartikan sebagai kenakalan atau sikap menentang.

Anak yang mengalami depresi cenderung lebih mudah marah, sering tantrum tanpa alasan jelas, atau menunjukkan mood yang sangat sensitif dan mudah tersinggung. Mereka juga dapat kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai, seperti bermain, menggambar, atau berinteraksi dengan teman. Selain itu, penurunan motivasi belajar dan prestasi sekolah yang tiba-tiba juga sering menjadi tanda bahwa anak sedang berjuang secara emosional.

Selain perubahan perilaku, gejala fisik dan kognitif juga menjadi bagian penting dalam mengenali depresi anak. Anak mungkin sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut tanpa penyebab medis yang pasti.

Pola tidur juga dapat berubah, seperti sulit tidur, sering terbangun, atau justru tidur berlebihan. Perubahan nafsu makan, baik meningkat drastis maupun menurun, serta kesulitan berkonsentrasi juga umum terjadi. Anak menjadi sulit mengikuti instruksi, tampak melamun, atau mudah lupa pada hal-hal sederhana.

Gejala-gejala tersebut dapat dianggap sebagai depresi jika berlangsung lebih dari dua minggu dan mengganggu fungsi harian anak, termasuk hubungan sosial dan performa akademik. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk peka terhadap perubahan kecil sekalipun, karena bisa jadi itu merupakan sinyal bahwa anak membutuhkan bantuan profesional.

Cara Mengatasi Depresi di Rumah

Peran Bunda sangat penting dalam proses pemulihan anak yang mengalami depresi. Dukungan dari lingkungan rumah yang penuh empati dan konsistensi dapat membantu menenangkan emosi anak sekaligus memperkuat rasa aman psikologisnya. Pendekatan keluarga yang suportif dan interaksi positif di rumah memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pemulihan anak dengan depresi ringan hingga sedang.

Jalin Komunikasi Terbuka dan Empatik

Langkah pertama yang bisa Bunda lakukan adalah membuka ruang aman bagi anak untuk berbicara tanpa takut dihakimi. Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa langsung memberi solusi atau menilai. Validasi perasaan anak dengan kalimat sederhana seperti, “Bunda tahu kamu sedang sedih,” atau “Wajar kok kalau kamu merasa kecewa.”

Pendekatan ini membantu anak merasa diterima dan didengarkan, bukan diabaikan. Luangkan waktu khusus setiap hari, misalnya 30 menit sebelum tidur, untuk berbicara atau sekadar mendengarkan cerita Si Kecil tanpa gangguan gadget. Komunikasi yang empatik antara orang tua dan anak dapat menurunkan tingkat kecemasan dan depresi pada usia sekolah.

Terapkan Pola Hidup Sehat untuk Keseimbangan Mood

Pola hidup sehat berperan penting dalam menjaga kestabilan emosi anak. Pastikan Si Kecil mendapat nutrisi seimbang, termasuk protein, lemak sehat, serta vitamin B kompleks yang mendukung produksi serotonin, zat kimia otak yang mengatur mood.

Tidur cukup dan teratur (8–10 jam) juga membantu menstabilkan hormon stres. Selain itu, ajak anak beraktivitas fisik ringan seperti bersepeda, menari, atau berjalan di taman selama 30 menit setiap hari untuk meningkatkan kadar endorfin, hormon yang menimbulkan rasa bahagia. Olahraga ringan secara rutin dapat mengurangi gejala depresi pada anak hingga 30%.

Ajarkan Anak Mengenali dan Mengelola Emosi

Membantu anak mengenali emosi mereka adalah langkah penting dalam pencegahan dan penanganan depresi. Bunda bisa mulai dengan menamai perasaan yang dialami anak, seperti “Ini namanya marah” atau “Kamu sedang kecewa, ya?” Ketika anak mampu mengidentifikasi emosinya, ia akan lebih mudah mengelolanya.

Ajarkan juga teknik menenangkan diri seperti menarik napas dalam-dalam, menggambar, atau memeluk boneka kesayangan. Anak yang dilatih memahami dan mengatur emosinya lebih tahan terhadap stres dan cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik di masa depan.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Meski dukungan dari rumah sangat penting, ada saatnya Bunda perlu melibatkan tenaga profesional untuk membantu Si Kecil pulih.

Jika anak menunjukkan tanda-tanda depresi berat, seperti berbicara tentang kematian, menunjukkan keinginan menyakiti diri sendiri, atau menarik diri sepenuhnya dari teman dan keluarga, maka segera konsultasikan dengan Psikolog Anak atau Psikiater Anak. Intervensi dini dapat mencegah depresi berkembang menjadi gangguan kronis yang menghambat fungsi sosial dan akademik anak.

Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terbukti efektif membantu anak memahami pola pikir negatif dan menggantinya dengan cara pandang yang lebih positif. Melalui sesi terapi, profesional akan membantu anak mengembangkan keterampilan emosional, belajar mengekspresikan perasaan dengan sehat, serta meningkatkan kepercayaan diri. Dukungan keluarga yang aktif dalam proses terapi berperan besar dalam mempercepat pemulihan anak.

Bunda, memahami kapan harus mencari bantuan profesional adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental Si Kecil. Namun, proses pemulihan tidak berhenti di situ saja, mengasah kecerdasan emosional (EQ) juga menjadi kunci agar anak lebih tahan menghadapi stres dan tantangan emosional di masa depan.

Dengan EQ yang kuat, anak mampu mengenali dan mengelola perasaannya dengan bijak. Yuk, pelajari langkah-langkah sederhana untuk membantu Si Kecil mengembangkan kecerdasan emosional setiap hari di sini: Cara Efektif Mengasah Kecerdasan Emosional Si Kecil.

Referensi

  •  American Psychiatric Association. What is Depression?. Diakses 12 November 2025. https://www.psychiatry.org/patients-families/depression/what-is-depression
  • Mayo Clinic. Depression (major depressive disorder). Diakses 12 November 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/symptoms-causes/syc-20356007
  • AACAP. Depression in Children and Teens. Diakses 12 November 2025. https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Facts_for_Families/FFF-Guide/The-Depressed-Child-004.aspx
  • Child Mind Institute. How to Ask What Kids Are Feeling. Diakses 12 November 2025. https://childmind.org/article/how-to-ask-what-kids-are-feeling-during-stressful-times/
  • APA.Depression Treatments for Children and Adolescents. Diakses 12 November 2025. https://www.apa.org/depression-guideline/children-and-adolescents