Kejang atau “step” pada anak seringkali menjadi momen yang menegangkan bagi orang tua. Melihat Si Kecil tiba-tiba mengalami gejala ini dapat memicu rasa panik dan khawatir, apalagi jika terjadi tanpa tanda-tanda sebelumnya. Untuk itu, penting bagi Bunda untuk memahami penyebab dan cara penanganan yang tepat agar kondisi ini tidak berlanjut semakin parah.
Bunda, kejang pada Si Kecil disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak yang menyebabkan perubahan sementara pada gerakan, kesadaran, dan perilaku. Biasanya gejala ini terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung beberapa saat.
Kejang pada Si Kecil dapat terjadi karena beberapa faktor. Salah satu penyebab umum adalah demam tinggi, yang dikenal dengan sebutan kejang demam (febrile seizure). Kondisi ini terjadi ketika suhu tubuh Si Kecil melebihi 38°C dan biasanya dialami oleh anak usia 6 bulan hingga 5 tahun.
Namun, tidak semua anak rentan mengalami kejang demam. Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini, seperti riwayat keluarga, berat badan rendah saat lahir, kelahiran prematur, dan keterlambatan tumbuh kembang. Gejala kejang demam biasanya ditandai dengan kenaikan suhu tubuh secara drastis, gemetar pada tangan dan kaki, serta berkeringat berlebihan.
Selain demam, infeksi juga dapat menyebabkan kejang demam. Infeksi ini dapat mengubah aktivitas otak sebagai respons terhadap agen infeksi neurotropik yang menyerang sistem saraf pusat (SSP). Ini mungkin melibatkan respons imun terhadap jaringan otak yang terinfeksi.
Faktor neurologis juga berperan dalam terjadinya kejang. Neuron (sel saraf) berkomunikasi dengan mengirimkan sinyal listrik ke berbagai bagian otak. Ketika kondisi ini terjadi, sel-sel otak yang terdampak mengirimkan sinyal secara tak terkendali ke area otak lainnya, membebani dan menyebabkan gejala kejang.
Faktor genetik dan lingkungan juga memainkan peran penting dalam memicu kejang. Berdasarkan sejumlah penelitian, faktor genetik diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang. Beberapa jenis kejang bahkan memiliki dasar genetik yang kuat, seperti Sindrom Dravet, bentuk epilepsi yang dimulai sejak bayi dan disebabkan oleh mutasi genetik tertentu. Sementara itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi gejala kejang, seperti stres, kelelahan, suhu tubuh yang tinggi, dan kurangnya dukungan dari sekitar.
Bunda, berikan ATENSI jika Si Kecil mengalami kejang. Ada beberapa cara tradisional dalam mengatasi kondisi ini yang bisa dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama bagi Si Kecil:
Kompres air hangat pada dahi, perut, dan punggung Si Kecil untuk membantu menurunkan penyebab kejang demam. Kompres bagian tubuh Si Kecil dengan hati-hati agar tidak melukai kulit dan memberikan kenyamanan. Gunakan air hangat bukan air panas agar tidak membahayakan kulit Si Kecil.
Pada saat Si Kecil mengalami kejang, sebaiknya Bunda tidak memasukkan apapun ke mulutnya karena dapat menyebabkan tersedak. Namun, jika gejala sudah berhenti, Bunda bisa memberikan madu untuk mengurangi gejala.Penelitian dari Penn State University menunjukkan bahwa senyawa dalam madu dapat menghambat kejang epilepsi.Namun, jangan berikan madu untuk Si Kecil di bawah usia 1 tahun karena terdapat risiko botulisme.
Pada saat Si Kecil mengalami kejang, sebaiknya Bunda memastikan jalan napas Si Kecil terbuka. Setelah kejang berhenti, ajak Si Kecil untuk bernapas dalam dan teratur untuk meredakan kecemasan. Bunda bisa membantu Si Kecil melakukan pernapasan secara perlahan untuk menenangkan tubuh setelah kejang.
Menurut dr. Kurnia Kusumastuti Sp.S, memencet ibu jari dapat mengurangi resiko kekambuhan epilepsi. Penelitiannya menunjukkan bahwa pemencetan ibu jari secara berkala dapat mencegah timbulnya “konsleting” di otak. Pada ibu jari terdapat banyak saraf yang terhubung langsung ke otak, sehingga cara ini dianggap cukup ampuh untuk mengatasi tegangan listrik yang tinggi di otak. Setelah kejang berhenti, Bunda bisa memijat area kaki dan tangan Si Kecil karena dapat meredakan ketegangan tubuh akibat gejala tersebut.
Bunda, itulah beberapa cara tradisional yang bisa dilakukan untuk menyikapi gejala kejang pada anak. Namun, perlu diketahui bahwa ada perbedaan antara pengobatan medis dan pengobatan tradisional. Pengobatan medis lebih fokus pada diagnosis dan pemberian obat-obatan berstandar, sedangkan pengobatan tradisional belum memiliki bukti ilmiah yang kuat dan bisa berisiko.
Secara medis, pertolongan pertama pada saat kejang cukup dengan tetap tenang, mengamankan lingkungan, menjauhkan benda berbahaya, dan melonggarkan pakaian penderita. Oleh karena itu, pertolongan dengan cara tradisional lebih tepat digunakan ketika gejala sudah berhenti.
Kejang membutuhkan penanganan medis ketika berlangsung lebih dari 5 menit, disertai dengan kesulitan bernapas, atau terjadi gejala susulan sesaat setelah gejala pertama terjadi. Jika Si Kecil mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya Bunda segera membawanya ke rumah sakit.
Meskipun kejang bisa dipicu oleh faktor keturunan, Bunda tetap bisa membantu mencegah terulangnya kondisi ini dengan menjaga suhu tubuh Si Kecil agar tetap stabil dan memberikan asupan gizi yang tepat. Pastikan Si Kecil mendapatkan NUTRISI yang cukup untuk mendukung daya tahan tubuhnya. Yuk, Bunda pelajari lebih lanjut tentang cara meningkatkan daya tahan tubuh Si Kecil dengan membaca artikel berikut: Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Si Kecil.
Referensi:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Cara Mengatasi Anak Step (Kejang) Secara Tradisional
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?