Kemampuan berbicara yang lancar merupakan salah satu tonggak perkembangan terbesar bagi Si Kecil. Maka wajar jika Bunda merasa cemas atau khawatir ketika melihat Si Kecil mengalami kesulitan menyampaikan kata-kata atau terlihat tersendat saat berbicara. Kondisi ini bisa membuat momen komunikasi menjadi menantang, baik bagi anak maupun orang tua.
Gagap atau stuttering sering kali dianggap masalah kecil yang akan hilang dengan sendirinya, padahal jika dibiarkan dapat memengaruhi kepercayaan diri serta interaksi sosial Si Kecil. Banyak Bunda yang bingung membedakan apakah gagap yang muncul masih dalam tahap perkembangan normal atau sudah membutuhkan penanganan khusus. Kabar baiknya, gagap pada anak dapat diatasi melalui lingkungan yang suportif, komunikasi yang tepat, dan dukungan yang konsisten di rumah.
Bunda, cara bicara dan mendengarkan Si Kecil sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keyakinannya saat berbicara. Dengan menerapkan strategi komunikasi yang tepat, Bunda dapat menciptakan suasana yang mendukung agar Si Kecil lebih berani dan nyaman mengekspresikan dirinya, tanpa tekanan untuk menjadi “sempurna”.
“Turn-taking” berarti memberi giliran bicara secara bergantian. Bunda bisa memulainya dengan mendengarkan dengan tenang ketika Si Kecil berbicara, lalu giliran Bunda berbicara setelah dia selesai. Teknik ini membantu mengurangi tekanan berbicara karena anak tahu dia punya ruang dan waktu sendiri untuk mengekspresikan pikirannya. Struktur percakapan yang jelas seperti ini sangat membantu anak yang gagap agar tidak merasa harus buru-buru.
Bunda disarankan berbicara dengan ritme yang tenang dan perlahan. Bahasa yang lembut dan santai memberi contoh kecepatan bicara yang lebih mudah ditiru oleh Si Kecil. Orang tua yang berbicara pelan dan menggunakan jeda saat berbicara bisa sangat membantu anak merasa lebih nyaman dan tidak terburu-buru untuk merespons.
Saat Si Kecil berbicara, jangan menyela, menyelesaikan kalimatnya, atau menekannya untuk “bicara lebih lambat.” Fokuslah pada makna dari apa yang ingin ia sampaikan, bukan cara pengucapan. Orang tua tidak diperbolehkan menyuruh anak “slow down” atau memperbaiki cara bicaranya karena hal tersebut bisa menambah tekanan.
Sediakan waktu khusus setiap hari, misalnya 10–15 menit, ketika Bunda dan Si Kecil dapat berbicara tanpa gangguan gadget, televisi, atau aktivitas lain. Dalam momen ini, Bunda bisa mendengarkan cerita atau pikiran Si Kecil dengan penuh perhatian. Langkah ini memberi anak rasa diprioritaskan dan dihargai sebagai seseorang yang layak didengar, tanpa tekanan untuk berbicara “sempurna.”
Setelah memahami cara mendukung Si Kecil melalui komunikasi harian, penting juga bagi Bunda mengetahui apa sebenarnya yang terjadi ketika anak mengalami ini. Gagap merupakan gangguan kelancaran bicara (speech fluency disorder) yang ditandai oleh pengulangan bunyi, suku kataatau kata seperti “ma-ma-mau” , pemanjangan suara seperti “ssssaya”, serta jeda atau block yang terjadi tanpa disengaja. Kondisi ini membuat alur bicara terputus, sehingga Si Kecil tampak kesulitan mengeluarkan kata yang ingin disampaikan. Gejala lainnya juga bisa terlihat ketia ia berbicara lebih cepat, berada di lingkungan baru atau merasa tertekan.
Menurut American Speech-Language-Hearing Association, gagap terjadi karena gangguan pada bagian otak yang mengatur kemampuan berbicara. Jenis yang paling umum adalah gagap perkembangan (developmental stuttering), yang biasanya muncul pada usia 2–5 tahun ketika kemampuan bahasa anak berkembang lebih cepat daripada motorik bicaranya. Kondisi ini biasanya bersifat sementara dan dapat membaik dengan dukungan lingkungan yang tepat.
Memahami apa yang menyebabkan gagap membantu Bunda lebih tenang saat mendampingi Si Kecil. Dalam banyak kasus, gagap bukan tanda adanya gangguan serius, melainkan bagian dari proses perkembangan bahasa yang sedang “mengejar” kemampuan bicara. Pada masa ini, Si Kecil ingin menyampaikan banyak hal sekaligus, tetapi koordinasi otak dan organ bicaranya belum selalu siap mengikuti. Akibatnya, muncul pengulangan suku kata, jeda, atau suara yang terdengar seperti “tertahan.”
Faktor genetik juga dapat berperan. Anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat gagap cenderung memiliki kecenderungan serupa karena adanya perbedaan pada cara otak memproses bahasa dan ritme bicara. Sementara itu, pada kasus yang lebih jarang, gagap dapat dipicu oleh gangguan pada jalur saraf atau mekanisme motorik bicara, kondisi yang dikenal sebagai neurogenic stuttering, meski ini biasanya terkait kondisi medis tertentu.
Faktor emosional seperti rasa takut salah atau lingkungan yang terlalu menuntut bukanlah penyebab utama gagap, namun dapat memperkuat gejalanya. Ketika anak merasa cemas atau tertekan, ketidaklancarannya bisa tampak lebih jelas. Dengan memahami berbagai pemicunya, Bunda dapat menciptakan ruang komunikasi yang lebih aman, nyaman, dan suportif bagi Si Kecil.
Sebagian besar anak mengalami gagap ringan yang akan membaik seiring waktu. Namun, ada beberapa tanda yang sebaiknya membuat Bunda lebih waspada dan mempertimbangkan evaluasi dengan terapis wicara. Salah satu indikator penting adalah durasi: gagap yang berlangsung lebih dari enam bulan atau semakin sering muncul dari waktu ke waktu memerlukan pemantauan lebih lanjut.
Tanda lainnya muncul ketika Si Kecil tampak menegang saat berbicara. Misalnya, berkedip berlebihan, menggerakkan kaki, mengepalkan tangan, mengerutkan kening, atau tampak kesulitan bernapas saat mencoba mengeluarkan kata. Reaksi ini menunjukkan bahwa ia sedang mengalami tekanan dalam berkomunikasi.
Waspadai juga perubahan perilaku yang mengganggu kesehariannya. Jika Si Kecil mulai menghindari berbicara di kelas, menarik diri dari teman, atau tampak sangat cemas ketika diminta bercerita, ini menandakan gagap telah memengaruhi rasa percaya diri dan interaksinya. Selain itu, pola disfluency yang lebih berat, seperti pengulangan yang sangat intens, pemanjangan suara berkepanjangan, atau jeda panjang sebelum kata keluar, perlu diperhatikan karena menunjukkan ketidaklancaran yang lebih kompleks.
Dengan mengenali tanda-tanda ini lebih awal, Bunda dapat segera mencari bantuan profesional sehingga Si Kecil mendapat dukungan yang ia butuhkan untuk berbicara dengan lebih lancar dan percaya diri.
Jika setelah beberapa bulan Bunda sudah memberikan stimulasi dan dukungan di rumah, namun gagap Si Kecil tidak menunjukkan perbaikan, inilah saatnya mempertimbangkan konsultasi dengan tenaga profesional.
Langkah ini bukan berarti keadaan Si Kecil “serius”, tetapi justru tindakan proaktif agar ia mendapat bantuan yang tepat sedini mungkin. Ahli yang dapat membantu mencakup Terapis Wicara (Speech-Language Pathologist/SLP) serta Dokter Anak untuk memastikan tidak ada kondisi medis lain yang menyertai.
Terapi wicara bertujuan membantu Si Kecil mengontrol pernapasan, ritme bicara, serta ketegangan otot wajah saat berbicara. Selain itu, terapis juga mendampingi anak mengatasi rasa cemas atau kurang percaya diri yang terkadang muncul akibat gagap. Intervensi dini meningkatkan peluang anak untuk berbicara lancar di kemudian hari.
Apa pun jenis terapinya, dukungan emosional Bunda tetap menjadi fondasi terpenting. Pendampingan yang hangat dan konsisten di rumah akan membuat Si Kecil lebih percaya diri untuk mencoba teknik-teknik latihan yang diberikan oleh terapis.
Bunda, kelancaran bicara adalah kemampuan yang berkembang lewat proses belajar, latihan, dan stimulasi yang konsisten. Stimulasi tidak hanya membantu mengurangi gagap, tetapi juga memperkaya kosakata, meningkatkan kepercayaan diri, dan memperkuat kemampuan komunikasi Si Kecil secara keseluruhan.
Ada panduan khusus yang bisa Bunda ikuti untuk membantu Si Kecil melatih kelancaran bicaranya melalui aktivitas harian yang sederhana, menyenangkan, dan aplikatif.
Yuk temukan cara untuk melatih dan menstimulasi Si Kecil agar lancar berbicara di sini: Terapi Wicara untuk Si Kecil yang Belum Dapat Berbicara.
Referensi
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Cara Mengatasi Gagap (Stuttering) pada Anak
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?