Bunda tentu terbiasa mengecek kondisi Si Kecil dengan menyentuh dahi atau lehernya. Kadang tubuhnya terasa hangat, tetapi saat diukur dengan termometer justru suhunya masih normal. Situasi seperti ini sering membuat Bunda bingung: apakah ini tanda awal demam atau hanya peningkatan suhu sesaat?
Faktanya, badan terasa panas tidak selalu berarti demam. Ada banyak kondisi wajar yang dapat membuat suhu kulit meningkat tanpa disertai perubahan pada suhu inti tubuh. Dengan memahami penyebabnya, Bunda dapat memberikan penanganan yang tepat tanpa perlu panik.
Ada beberapa faktor yang bisa membuat tubuh anak terasa hangat, meski termometer menunjukkan angka normal. Sebagian besar bersifat sementara dan berkaitan dengan aktivitas atau lingkungan.
Ketika tubuh kekurangan cairan, mekanisme alami untuk mengatur suhu tidak bekerja optimal. Akibatnya, kulit terasa lebih hangat, dan Si Kecil mungkin tampak lesu atau cepat mengantuk meski tidak demam. Anak lebih rentan mengalami dehidrasi karena metabolisme mereka lebih cepat dan kebutuhan cairannya lebih besar, terutama saat aktif bermain atau cuaca panas.
Pakaian yang berlapis atau berbahan panas dapat menjebak suhu tubuh sehingga membuat kulit Si Kecil terasa hangat. Bayi dan balita belum memiliki kemampuan mengatur suhu tubuh sebaik anak yang lebih besar, sehingga mereka mudah “kepanasan” meski berada di ruangan sejuk. Jika bahan pakaian tidak menyerap keringat, panas akan semakin menumpuk dan membuat tubuh terasa panas di sentuhan.
Ketika Si Kecil bermain di luar ruangan saat cuaca terik atau berada di ruangan minim ventilasi, suhu kulitnya dapat naik sementara. Kondisi ini disebut heat exposure dan berbeda dari demam karena suhu inti tubuh tetap normal. Lingkungan yang panas dan lembap mencegah tubuh mendingin secara alami, membuat kulit anak terasa sangat hangat meski kesehatannya baik-baik saja.
Bergerak aktif seperti berlari, melompat, atau menari membuat tubuh memproduksi panas metabolik yang meningkat. Karena sistem pengaturan suhu anak belum seefisien orang dewasa, panas berlebih ini membutuhkan waktu untuk dilepaskan. Tidak heran jika setelah bermain, kulit Si Kecil tetap terasa panas beberapa menit meski ia tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Bunda bisa membantu menurunkan rasa panas pada kulit Si Kecil dengan beberapa cara sederhana yang aman dilakukan di rumah. Pertama, pindahkan anak ke ruangan yang lebih sejuk, khususnya ruang ber-AC atau tempat dengan ventilasi udara yang baik, agar suhu kulitnya cepat kembali stabil. Setelah itu, lepaskan pakaian berlapis atau bahan yang terlalu tebal, dan ganti dengan pakaian katun yang menyerap keringat sehingga panas tubuh tidak terperangkap.
Pastikan juga Si Kecil mendapatkan cukup cairan. Berikan air putih atau susu secara berkala agar tubuhnya tetap terhidrasi dan mampu menyeimbangkan suhu internalnya. Sebagai pertolongan pertama, Bunda dapat menyeka lipatan tubuh anak dengan waslap berisi air hangat, bukan dingin, untuk membantu proses penguapan alami dan memberikan rasa nyaman. Dengan langkah-langkah sederhana ini, tubuh Si Kecil biasanya kembali nyaman hanya dalam beberapa menit.
Meskipun badan panas tanpa demam umumnya tidak berbahaya, ada kondisi tertentu yang perlu diwaspadai:
Kondisi di atas memerlukan evaluasi medis untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan yang mendasari.
Badan panas tanpa demam sering berkaitan dengan kurangnya cairan atau aktivitas yang membuat tubuh cepat kehilangan energi. Selain air putih, susu pertumbuhan dapat membantu memenuhi kebutuhan cairan sekaligus memberi NUTRISI penting seperti vitamin B kompleks, zat besi, zinc, dan selenium yang mendukung stamina dan daya tahan tubuh.
Jika Bunda ingin memastikan kebutuhan cairan Si Kecil terpenuhi setiap hari, termasuk takaran susu yang ideal untuk usianya, Bunda bisa lanjut membaca di sini: Berapa Kali Sehari Sebaiknya Anak Minum Susu?
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Badan Si Kecil Panas Tapi Tidak Demam? Bunda Perlu Tahu Ini
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?