Parenting Parenting

Jangan Dianggap Sepele, Si Kecil Juga Bisa Alami Afasia Motorik

Morinaga ♦ 6 November 2025

Jangan Dianggap Sepele, Si Kecil Juga Bisa Alami Afasia Motorik

Bunda mungkin pernah mendengar istilah afasia motorik, yaitu kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam menggerakkan tubuh untuk berbicara atau melakukan aktivitas motorik lainnya. Anak dengan gangguan ini biasanya memahami apa yang ingin dikatakan, namun kesulitan mengungkapkannya melalui kata-kata. Hal ini bukan disebabkan oleh gangguan pendengaran atau kecerdasan, melainkan karena adanya hambatan pada area otak yang mengatur gerakan bicara dan koordinasi motorik.

Meski lebih sering dialami oleh orang dewasa setelah mengalami cedera otak atau stroke, Bunda perlu tahu bahwa afasia motorik juga bisa terjadi pada anak-anak. Kondisi ini dapat muncul akibat faktor bawaan sejak lahir, infeksi otak, atau cedera kepala. Tentu hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri, baik bagi Si Kecil maupun Bunda dalam mendukung tumbuh kembang komunikasinya. Namun, dengan dukungan, terapi yang tepat, dan lingkungan yang penuh kasih sayang, Si Kecil tetap memiliki peluang besar untuk berkomunikasi dengan lebih baik seiring waktu.

Apa Itu Afasia Motorik?

Afasia motorik adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara dan melakukan gerakan motorik yang dibutuhkan dalam proses komunikasi verbal.

Anak dengan kondisi ini umumnya memahami bahasa dengan baik, tetapi mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot-otot di sekitar mulut, lidah, dan wajah yang berperan penting dalam menghasilkan kata atau kalimat. Dalam banyak kasus, mereka tahu apa yang ingin dikatakan, namun tidak mampu mengucapkannya dengan lancar.

Gangguan ini terjadi ketika area otak yang berfungsi mengatur bahasa dan gerakan tubuh, terutama area Broca di lobus frontal kiri, mengalami gangguan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari cedera otak, infeksi, hingga gangguan perkembangan pada sistem saraf pusat sejak dini.

Pada anak-anak, kondisi ini dapat muncul sebagai bagian dari gangguan bahasa ekspresif atau akibat kerusakan pada sistem saraf yang memengaruhi koordinasi otot-otot bicara.

Meskipun terdengar menakutkan, Bunda tidak perlu khawatir berlebihan. Afasia motorik tidak memengaruhi kemampuan kognitif atau intelektual Si Kecil. Artinya, kemampuan Si Kecil dalam berpikir, memahami, dan belajar tetap normal.

Hanya saja, hambatan terletak pada kemampuan motorik yang menghalangi proses berbicara dan gerakan yang berkaitan dengan komunikasi. Dengan terapi wicara yang konsisten dan dukungan emosional dari keluarga, banyak anak dengan kondisi ini dapat berkembang dan belajar mengekspresikan diri dengan lebih baik.

Mengapa Si Kecil Mengalami Afasia Motorik?

Penyebab afasia motorik pada anak dapat bervariasi, Bunda. Umumnya, kondisi ini muncul akibat adanya kerusakan atau gangguan pada area otak yang mengatur kemampuan berbicara dan gerakan motorik halus, seperti area Broca di lobus frontal kiri.

Kerusakan ini bisa terjadi karena cedera kepala, stroke, infeksi otak seperti ensefalitis, atau gangguan perkembangan sistem saraf pusat sejak lahir. Beberapa anak dengan kondisi neurologis seperti cerebral palsy juga dapat mengalami afasia motorik, karena gangguan tersebut memengaruhi koordinasi otot dan kontrol gerakan yang dibutuhkan untuk berbicara.

Selain itu, afasia motorik juga dapat muncul akibat gangguan otak yang menghambat kemampuan Si Kecil untuk melakukan gerakan yang diperlukan dalam produksi kata dan kalimat.

 Menariknya, pada beberapa kasus, afasia motorik bisa muncul tanpa penyebab yang jelas. Artinya, tidak selalu ditemukan adanya cedera otak atau gangguan fisik yang nyata melalui pemeriksaan medis. Para ahli menduga hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik atau perbedaan dalam perkembangan otak. Karena itu, evaluasi dari dokter spesialis saraf anak dan terapis wicara sangat penting untuk membantu menemukan penyebab serta menentukan langkah penanganan terbaik bagi Si Kecil.

Gejala yang Perlu Diperhatikan

Bunda, mengenali gejala afasia motorik pada Si Kecil sejak dini sangat penting agar penanganan dapat dilakukan secepat mungkin. Salah satu tanda utama kondisi ini adalah kesulitan dalam mengucapkan kata-kata, meskipun Si Kecil sebenarnya tahu apa yang ingin ia katakan. Ia mungkin tampak frustrasi ketika mencoba berbicara karena otot-otot di sekitar mulut, lidah, dan wajah tidak dapat bergerak sesuai keinginannya. Akibatnya, kalimat yang diucapkan terdengar terputus-putus, tidak jelas, atau bahkan hanya berupa suara tanpa makna.

Selain kesulitan berbicara, afasia motorik juga dapat memengaruhi kemampuan anak dalam melakukan gerakan motorik lainnya yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Misalnya, Si Kecil mungkin mengalami kesulitan saat menulis, memegang sendok ketika makan, atau melakukan gerakan halus yang membutuhkan koordinasi antara otak dan otot. Beberapa anak juga menunjukkan ekspresi wajah yang terbatas meskipun mereka sebenarnya ingin mengekspresikan perasaan atau menanggapi percakapan.

Namun, Bunda perlu tahu bahwa gejala afasia motorik bisa berbeda pada setiap anak, tergantung pada bagian otak yang terpengaruh dan tingkat keparahannya. Ada anak yang hanya menunjukkan gangguan ringan dalam berbicara, sementara yang lain mungkin kesulitan melakukan hampir semua gerakan motorik yang berkaitan dengan komunikasi.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan setiap tanda-tanda kecil yang muncul. Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara serta memperkuat rasa percaya diri Si Kecil dalam berkomunikasi.

Jenis Afasia Motorik

Bunda, penting untuk mengetahui bahwa afasia motorik bukan hanya satu jenis gangguan, melainkan memiliki beberapa bentuk dengan karakteristik yang berbeda. Setiap jenis afasia memengaruhi kemampuan berbicara dan memahami bahasa dengan cara yang unik, tergantung pada bagian otak yang mengalami gangguan.

Dengan memahami perbedaan ini, Bunda dapat lebih mudah mengenali kondisi yang mungkin dialami Si Kecil dan bekerja sama dengan ahli terapi wicara untuk menentukan langkah penanganan yang paling tepat. Berikut beberapa jenis afasia motorik yang umum dijumpai pada anak-anak:

Afasia Transkortikal Motorik

Afasia transkortikal motorik merupakan jenis khusus dari afasia motorik yang ditandai dengan kesulitan berbicara, namun kemampuan memahami bahasa tetap terjaga dengan baik. Anak dengan kondisi ini mungkin mampu memahami percakapan, mengenali kata, dan mengetahui apa yang ingin dikatakan, tetapi kesulitan menggerakkan otot-otot yang dibutuhkan untuk berbicara.

Menariknya, anak dengan afasia transkortikal motorik biasanya masih mampu mengulang kata atau kalimat yang diucapkan orang lain. Meskipun kemampuan berbicara mereka terbatas, Bunda tidak perlu khawatir, mereka masih dapat belajar berkomunikasi melalui cara lain, seperti bahasa isyarat, gambar, atau metode komunikasi alternatif yang diajarkan oleh terapis.

Afasia Broca

Afasia Broca adalah jenis afasia yang paling dikenal dan terjadi akibat kerusakan pada area Broca di otak, yaitu bagian yang bertanggung jawab atas kemampuan berbicara. Anak dengan afasia Broca umumnya memahami bahasa dengan baik, namun kesulitan menyusun kata atau berbicara dengan lancar. Ucapan mereka mungkin terdengar terputus-putus, menggunakan kalimat yang sangat pendek, atau hanya terdiri dari beberapa kata kunci.

Meskipun demikian, Si Kecil dengan afasia Broca tetap mampu memahami percakapan di sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir dan memahami tetap berfungsi dengan baik. Dengan latihan yang konsisten dan dukungan komunikasi yang penuh kesabaran, anak dengan afasia Broca dapat menunjukkan kemajuan yang berarti dalam kemampuan berbicara.

Afasia Wernicke

Berbeda dengan afasia Broca, afasia Wernicke terjadi ketika area Wernicke, bagian otak yang mengatur pemahaman bahasa, mengalami kerusakan. Anak dengan kondisi ini biasanya dapat berbicara dengan lancar, tetapi kata-kata yang diucapkan sering kali tidak jelas, tidak relevan, atau bahkan tidak masuk akal. Mereka mungkin berbicara panjang lebar tanpa menyadari bahwa kata-kata yang digunakan tidak sesuai dengan konteks.

Meskipun kemampuan berbicaranya tampak tidak terganggu, pemahaman terhadap bahasa bisa sangat terbatas. Anak dengan afasia Wernicke sering kali tidak menyadari bahwa orang lain tidak memahami apa yang mereka katakan, sehingga memerlukan bimbingan khusus agar mereka dapat menyesuaikan cara berkomunikasi.

Afasia Global

Afasia global merupakan bentuk afasia yang paling berat, di mana anak mengalami kesulitan besar dalam berbicara maupun memahami bahasa. Kondisi ini biasanya terjadi akibat kerusakan yang luas pada area otak yang mengatur kemampuan bahasa, baik dalam produksi maupun pemahaman.

Anak dengan afasia global mungkin hanya mampu mengucapkan beberapa kata atau frasa sederhana, dan juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa lisan maupun tulisan. Karena itu, pengobatan untuk afasia global memerlukan pendekatan terapi yang intensif dan dukungan jangka panjang dari keluarga, guru, dan tenaga profesional. Lingkungan yang sabar dan komunikatif sangat membantu proses pemulihan kemampuan berbahasa Si Kecil.

Afasia Anomic

Afasia anomic adalah bentuk afasia yang relatif lebih ringan, di mana anak mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara. Mereka mungkin memahami bahasa dengan baik dan dapat berbicara lancar, tetapi sering kali berhenti sejenak karena lupa kata yang ingin diucapkan. Sebagai gantinya, mereka menggunakan kalimat pengganti atau deskripsi panjang untuk menjelaskan apa yang dimaksud.

Kondisi ini tidak menghalangi anak untuk berkomunikasi, tetapi bisa membuat mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk mengekspresikan diri. Dengan latihan dan dukungan lingkungan yang penuh pengertian, anak dengan afasia anomic dapat belajar menemukan strategi komunikasi yang efektif agar tetap bisa berpartisipasi dalam percakapan sehari-hari.

Dukungan dan Terapi untuk Si Kecil

Bunda, perjalanan Si Kecil dalam menghadapi afasia motorik memang tidak mudah, tetapi dengan dukungan dan terapi yang tepat, kemampuan berbicaranya bisa terus berkembang.

Pengobatan afasia motorik biasanya melibatkan terapi wicara untuk melatih kemampuan komunikasi dan terapi fisik guna membantu menguatkan otot-otot yang berperan dalam berbicara serta aktivitas motorik lainnya. Pendekatan ini tidak hanya membantu Si Kecil mengucapkan kata dengan lebih jelas, tetapi juga melatih koordinasi gerakan tubuhnya secara keseluruhan.

Bunda juga berperan penting dalam proses ini. Dengan bekerja sama bersama ahli terapi wicara atau fisioterapis, Bunda dapat memahami cara terbaik mendukung latihan komunikasi dan gerakan Si Kecil di rumah. Kesabaran, konsistensi, dan dorongan positif dari Bunda akan menjadi kunci besar bagi kemajuan Si Kecil.

Untuk menambah wawasan tentang bagaimana melatih kemampuan berbicara Si Kecil, Bunda bisa membaca artikel 5 Cara untuk Latih dan Menstimulasi Si Kecil Lancar Bicara. Di sana, Bunda akan menemukan berbagai tips bermanfaat yang bisa diterapkan di rumah untuk membantu Si Kecil berkomunikasi dengan lebih percaya diri dan bahagia.

Referensi:

  •  ASHA. Aphasia. Diakses 26 Oktober 2025. https://www.asha.org/public/speech/disorders/aphasia/
  • May Clinic. Childhood apraxia of speech. Diakses 26 Oktober 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/childhood-apraxia-of-speech/symptoms-causes/syc-20352045
  • National Aphasia Associacion. Diakses 26 Oktober 2025. https://aphasia.org/