Parenting Parenting

Kenali Dinamika Sibling Rivalry Antara Adik Kakak di Rumah

Morinaga Platinum ♦ 23 Mei 2025

Kenali Dinamika Sibling Rivalry Antara Adik Kakak di Rumah

Memiliki anak lebih dari satu mungkin bisa membuat Bunda merasa sangat lelah karena harus menghadapi pertengkaran antara Si Kecil dan saudara kandungnya secara terus-menerus. Sebenarnya pertengkaran antar saudara merupakan hal yang normal di dalam rumah tangga jika masih dalam kadar yang normal. Suasana rumah akan mulai tidak nyaman kalau pertengkaran berlangsung setiap hari dan mulai dalam taraf yang berlebihan, misal sudah mulai melukai fisik satu sama lain. Sibling rivalry atau konflik kakak dan adik bisa terjadi saat usia anak masih sangat kecil, bahkan ketika si adik hadir dan mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya. 

Persaingan Si Kecil dan saudaranya sebenarnya merupakan proses alami dalam tumbuh kembang anak. Namun, ikatan emosional dan sosial anak sedang dalam proses pembentukan yang kuat pada usia 1 hingga 5 tahun. Pada usia ini, hubungan antara anak dan saudara kandungnya akan mulai terbangun dan membentuk karakter serta pola interaksi sosial dengan orang lain hingga dewasa. Maka dari itu, Bunda diharapkan bisa hadir memberikan perhatian penuh terhadap persaingan kakak beradik. Bukan hanya sekedar hadir, tetapi bisa memberikan perhatian yang adil agar konflik diantara mereka tidak menjadi luka batin di salah satu saudara yang terbawa hingga dewasa. 

Pada artikel ini, Bunda akan memahami lebih dalam tentang sibling rivalry dan batas normalnya. Selain itu, artikel ini juga akan membahas tanda-tanda persaingan antar kakak dan adik yang perlu dibatasi, strategi membuat hubungan saudara yang lebih harmonis, peranan orang tua pada persaingan tersebut, dan efek jangka panjangnya jika dibiarkan. 

Tanda-Tanda Konflik Perlu Diatasi dengan Bantuan Profesional

Biasanya konflik Si Kecil dan saudara bersifat ringan dan dapat Bunda selesaikan sendiri, seperti memperebutkan mainan. Namun, orang tua harus lebih waspada kalau intensitas konflik ini mulai tinggi dengan melibatkan luka fisik, seperti mencubit atau memukul. Ketika pertengkaran sudah mulai melukai fisik, maka konflik ini bisa meninggalkan trauma bagi mereka berdua. Bukan tidak mungkin hubungan saudara jadi tidak harmonis dan saling acuh tak acuh ketika sudah memiliki jalan hidup masing-masing. 

Bukan hanya kekerasan saja, masih ada banyak tanda lain yang harus Bunda perhatikan. Ketika konflik sudah berakhir, ada perilaku Si Kecil, baik kakak ataupun adik, yang perlu diperhatikan, misalnya cenderung menjadi pendiam, lebih sering menangis, sulit tidur, menarik diri, atau bahkan tidak mau didekati oleh saudaranya sendiri. Ini sudah menjadi tanda bahwa konflik sudah mempengaruhi kesehatan emosional salah satu saudara. 

Ketika tanda-tanda tersebut sudah muncul selama beberapa saat dan tidak mereda, sebaiknya Bunda berkonsultasi dengan tenaga ahli, seperti psikologi anak. Bantuan dari profesional akan membantu orang tua untuk menemukan akar masalah dari perubahan perilaku Si Kecil yang mungkin tidak nyaman untuk diutarakan olehnya. Dengan mengetahui akar masalahnya, Bunda bisa melakukan tindakan yang tepat. Terus mengabaikan pertengkaran kakak beradik bisa menimbulkan luka batin yang mempengaruhi perkembangan emosional dan sosialnya pada jangka panjang. 

Aktivitas yang Membantu Membangun Ikatan Kakak-Adik

Sibling rivalry bisa diminimalisir atau dicegah dengan hubungan ikatan yang kuat antara kakak dan saudaranya. Tentunya Bunda harus membantu dengan memberikan berbagai aktivitas yang memperkuat kerja sama antara mereka berdua dan mengurangi kompetisi yang negatif. Beberapa contoh kegiatan sederhana yang bisa membangun ikatan mereka adalah permainan yang mengharuskan kakak adik tersebut bekerja sama, seperti membuat karya bersama atau bermain permainan tim. Bunda dan Ayah bisa mengajak anak-anak bermain badminton ganda dengan kakak dan adik sebagai satu tim. 

Selain bermain, kegiatan sehari-hari juga bisa Bunda manfaatkan untuk membantu membangun ikatan antara saudara. Bagikan tugas yang melibatkan kerja sama antara mereka berdua, seperti menyiapkan makanan. Berikan tugas menyusun meja makan kepada kakak dan membersihkan meja makan kepada adik atau sebaliknya. Dengan aktivitas yang mengharuskan mereka bekerja sama, maka akan tercipta rasa saling membantu dan mengurangi kompetisi yang saling menyakiti. Rasa bangga karena telah berhasil menyelesaikan tugas bersama juga akan meningkatkan semangat bekerja sama untuk kegiatan selanjutnya. 

Agar kegiatan benar-benar bisa memberikan dampak positif dan menyenangkan, butuh konsistensi dari Bunda untuk mengarahkan anak-anak. Berikan perhatian yang sama kepada adik dan kakak agar tidak ada kecemburuan dalam merebut perhatian. Selain itu, jadikan aktivitas ini menjadi rutinitas setiap hari dan bukan hanya sebagai hiburan sesekali. Jika dilakukan secara konsisten, maka Si Kecil akan melihat saudaranya sebagai rekan dan teman yang menyenangkan, bukan sebagai saingan yang akan memperebutkan perhatian dan mainan. 

Peran Orang Tua dalam Menjaga Keseimbangan Emosi Anak

Bunda memiliki peranan kunci sebagai penengah ketika sibling rivalry sedang terjadi. Saat seperti ini, orang tua harus menjaga sikap yang netral dan tidak memihak. Ketika memang salah satu anak melakukan kesalahan, maka memang harus diberi hukuman secara adil tanpa menyalahkan saudaranya. Contohnya, ketika adik jatuh, ada orang tua yang selalu menyalahkan kakak karena tidak bisa menjaga adiknya. Saat salah satu anak selalu disalahkan dan tidak didengarkan, maka akan muncul perasaan iri akan rasa tidak adil. Sebaliknya, sikap yang adil dan empati dari kedua orang tua akan membuat Si Kecil belajar bahwa setiap masalah dapat terselesaikan dengan komunikasi yang efektif. 

Salah satu strategi yang dapat Bunda terapkan untuk menjaga keseimbangan emosi anak dalam konflik antara mereka adalah membuat aturan sederhana. Namun, aturan sederhana tersebut harus melibatkan suara kedua anak. Contoh aturan sederhana yang dapat diterapkan adalah giliran waktu bermain gadget, waktu istirahat, tugas masing-masing, hingga siapa yang pertama akan mandi. Aturan tersebut akan membuat Si Kecil belajar tanggung jawab masing-masing. Sedangkan, keterlibatan mereka dalam membuat aturan juga membuatnya mudah menerimanya. 

Selain itu, perhatian Bunda dalam memberikan waktu khusus untuk setiap individu sangatlah penting dalam menjaga kesehatan emosional mereka. Luangkan waktu beberapa menit untuk mendengarkan cerita masing-masing anak. Pastikan setiap anak mendapatkan waktu yang adil sehingga kecenderungan anak untuk merebut perhatian orang tua akan menurun. Ketika si adik mendapatkan perhatian dari pagi sampai siang, Bunda bisa memberikan perhatian kepada si kakak pada malam hari ketika adiknya sudah tertidur. 

Dampak Panjang Jika Sibling Rivalry Dibiarkan

Sangat penting untuk memahami bahwa sibling rivalry yang tidak ditangani dengan baik bisa memberikan dampak dalam jangka panjang dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak saat dewasa. Anak-anak yang terus terlibat konflik dengan saudaranya tanpa henti dan tanpa bimbingan dari orang tua bisa cenderung memiliki kepribadian yang sulit percaya pada orang lain, rendah diri, dan tidak bisa mengontrol emosinya. Di rumah, anak yang terlibat konflik terus dengan saudaranya dan cenderung disalahkan akan menarik diri dari keluarga, seperti enggan didekati oleh saudara dan tidak mau mendengarkan perkataan orang tua. Sedangkan anak yang terus merasa menang pada konflik ini akan merasa superior dari saudaranya dan merasa memiliki hak untuk melukainya. 

Lebih jauh lagi, hubungan saudara yang buruk sejak dini akan berlangsung hingga dewasa. Banyak kasus saudara yang renggang begitu menginjak usia dewasa dan telah memiliki rumah tangga masing-masing. Tentu saja hal ini bisa membuat hubungan keluarga yang dingin dan penuh ketegangan dalam jangka panjang. Padahal hubungan saudara yang kuat akan menjadi penyemangat dan membantu Bunda dan Ayah dalam melewati hari tua. Mereka berdua harusnya bisa saling mendukung untuk merawat orang tua, tetapi karena pertikaian yang terjadi sejak kecil, mereka enggan bekerja sama dan saling bermusuhan. 

Ketika dewasa, bukan hubungan di rumah saja yang menjadi dingin dan tegang. Anak yang selalu kalah dalam sibling rivalry kemungkinan juga akan kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Itulah pentingnya mengatasi konflik antar saudara agar anak tumbuh dengan kemampuan sosial yang kuat. Membantu membina hubungan yang sehat antara saudara bukan hanya untuk kedamaian rumah, tetapi perkembangan masa depan anak-anak. 

Sebenarnya tidak ada hubungan yang bebas dari konflik, termasuk hubungan saudara. Namun, dengan perhatian yang tulus dan tepat dari Bunda, konflik yang berlangsung antara saudara bisa menjadi konflik yang sehat dan menciptakan suasana yang positif. Akan lebih baik kalau Bunda tidak menunggu konflik menjadi luka batin bagi salah satu anak terlebih dahulu karena akan sangat sulit untuk disembuhkan. Biasanya, anak yang sudah mengalami luka batin tidak akan percaya dengan saudara atau orang tuanya begitu saja. 

Makanya, sangat penting bagi Bunda untuk mencegah konflik antar saudara menjadi lebih parah dan berdampak panjang. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mempelajari berbagai pola asuh yang tepat untuk anak-anak. Tentu saja ada banyak cara pola asuh yang bisa diterapkan. Yuk, Bunda, Lihat Pola Asuh yang Tepat

 

Sumber: 

  • American Academy of Pediatrics. Sibling Rivalry: Helping Children Learn to Get Along. Diakses 16 Mei 2025. https://www.healthychildren.org/English/family-life/family-dynamics/Pages/Sibling-Rivalry.aspx
  • Zero to Three. Managing Sibling Rivalry. Diakses 16 Mei 2025. https://www.zerotothree.org/resource/managing-sibling-rivalry/
  • Raising Children Network. Sibling Conflict and Rivalry. Diakses 16 Mei 2025. https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/fighting/sibling-rivalry
  • Center on the Developing Child – Harvard University. How Early Experiences Shape Brain Architecture. Diakses 16 Mei 2025. https://developingchild.harvard.edu/science/key-concepts/brain-architecture/