Artikel Terbaru Artikel Terbaru

DBD pada Si Kecil Tidak Selalu Disertai Menggigil, Cermati Gejala Lainnya

Morinaga Platinum ♦ 10 September 2025

DBD pada Si Kecil Tidak Selalu Disertai Menggigil, Cermati Gejala Lainnya

DBD pada Si Kecil sering dianggap disertai rasa menggigil, padahal faktanya tidak selalu demikian. Banyak kasus DBD justru tidak menunjukkan gejala menggigil sama sekali sehingga kerap membuat Bunda lengah. Kondisi tersebut dapat membuat diagnosis terlambat jika Bunda hanya fokus pada tanda menggigil sebagai patokan. Oleh karena itu, penting sekali memberikan ATENSI lebih pada berbagai gejala lain yang dapat muncul sejak awal.

Bunda perlu waspada bila Si Kecil mengalami demam tinggi yang tidak kunjung turun, muncul bintik merah di kulit, atau tampak lemas dan kurang aktif bermain. Perubahan fisik maupun perilaku tersebut seringkali menjadi sinyal awal DBD yang harus segera diperhatikan. Dengan mengenali tanda-tanda tersebut lebih dini, Bunda bisa membantu menjaga NUTRISI, energi, dan POTENSI tumbuh kembang Si Kecil agar tetap optimal. 

Kenali Ciri-Ciri DBD yang Sering Muncul

Demam tinggi mendadak sering menjadi ciri utama DBD pada Si Kecil. Suhu tubuh biasanya meningkat tajam hingga di atas 38°C dan tidak mudah turun meskipun sudah diberikan obat penurun panas. Kondisi tersebut sering membuat Bunda khawatir karena demam datang tiba-tiba tanpa gejala awal yang jelas. ATENSI sejak hari pertama demam sangat penting agar Bunda tidak terlambat mengambil langkah tepat.

Selain demam, munculnya bintik merah pada kulit juga perlu diperhatikan karena bisa menjadi tanda khas DBD. Bintik tersebut biasanya menyebar di lengan, kaki, hingga tubuh bagian atas, disertai rasa nyeri pada kepala. Kadang, Si Kecil juga mengeluhkan rasa mual atau tidak nyaman di perut sehingga semakin terlihat lemah. Kombinasi gejala tersebut harus segera dicermati agar Bunda bisa memberikan penanganan yang sesuai.

Perubahan nafsu makan dan aktivitas harian sering kali menjadi petunjuk tambahan bagi Bunda. Saat tubuh Si Kecil diganggu virus, ia mungkin menolak makanan, cepat lelah, atau lebih sering rewel. Kondisi kulit yang tampak pucat dan kurang segar juga bisa memberi sinyal bahwa tubuhnya membutuhkan NUTRISI ekstra. Dengan mengamati detail kecil seperti ini, Bunda dapat lebih cepat menyadari adanya gangguan kesehatan serius.

Gejala DBD umumnya dapat memburuk dalam waktu tiga hari bila tidak segera ditangani dengan baik. Pada fase tersebut, demam bisa semakin tinggi, tubuh semakin lemah, hingga risiko dehidrasi meningkat. Meski tanda-tandanya terkadang tampak ringan, Bunda tetap perlu waspada karena perkembangan penyakit bisa sangat cepat.

Ada Tidaknya Menggigil dalam Kasus DBD

Menggigil pada Si Kecil biasanya muncul sebagai respons tubuh terhadap demam tinggi. Saat suhu meningkat, tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan menghasilkan sensasi menggigil agar panas tubuh tetap seimbang. Kondisi tersebut sebenarnya merupakan mekanisme alami tubuh untuk melawan infeksi.

Pada beberapa kasus DBD, sebagian anak memang tampak menggigil, tetapi tidak semua mengalaminya. Ada anak yang tubuhnya bereaksi dengan menggigil, sementara ada juga yang hanya mengalami demam tanpa rasa menggigil. Oleh karena itu, menggigil tidak dapat dijadikan tolok ukur tunggal dalam mendeteksi DBD. Bunda sebaiknya lebih waspada dan tidak hanya bergantung pada satu gejala untuk mengenali penyakit ini.

Pola demam yang naik turun, nyeri sendi, serta ruam kemerahan pada kulit justru lebih sering menjadi indikator khas DBD. Tanda-tanda tersebut dapat membantu Bunda menilai kondisi kesehatan Si Kecil dengan lebih akurat. Selain memperhatikan gejala fisik, pemberian NUTRISI seimbang juga berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuhnya.

Bahaya Terlambat Mendeteksi Gejala DBD

DBD yang terlambat terdeteksi dapat menempatkan Si Kecil pada risiko serius, salah satunya Dengue Shock Syndrome (DSS). DSS adalah kondisi ketika tubuh kehilangan banyak cairan akibat kebocoran plasma darah, sehingga tekanan darah menurun drastis. Situasi ini sangat berbahaya karena dapat mengganggu fungsi organ vital dan berujung pada keadaan darurat medis.

Bunda perlu segera membawa Si Kecil ke fasilitas kesehatan terdekat apabila demam tinggi tidak kunjung turun setelah dua hingga tiga hari. Pemeriksaan medis sejak dini akan membantu dokter menentukan apakah demam tersebut berkaitan dengan DBD atau bukan. Dengan cara ini, penanganan bisa dilakukan lebih cepat sehingga risiko komplikasi dapat ditekan. Jangan menunggu hingga gejala menjadi berat karena setiap menit sangat berharga untuk kesehatan Si Kecil.

Fokus hanya pada satu gejala, seperti menggigil atau munculnya bintik merah, sering kali menyesatkan pengamatan awal. DBD memiliki berbagai variasi gejala yang bisa berbeda pada tiap anak, sehingga diperlukan kewaspadaan yang lebih menyeluruh. Bunda sebaiknya memperhatikan kombinasi tanda, mulai dari demam, nyeri, hingga perubahan perilaku harian. Kesadaran inilah yang membantu Bunda lebih sigap dalam menjaga kesehatan Si Kecil.

Mencatat perkembangan gejala setiap hari dapat menjadi langkah sederhana tetapi sangat bermanfaat. Dengan catatan tersebut, dokter akan lebih mudah memahami perjalanan kondisi Si Kecil dan memberikan penanganan yang tepat. Deteksi dini selalu menjadi kunci untuk mencegah komplikasi serius pada penyakit DBD. Dengan ATENSI penuh, NUTRISI yang cukup, serta langkah medis tepat waktu, Bunda dapat menjaga Si Kecil tetap berada pada jalur penanganan yang tepat.

Gejala DBD Berat yang Tak Boleh Diabaikan

Telapak tangan atau kaki Si Kecil yang terasa dingin dapat menjadi tanda bahwa sirkulasi darahnya mulai menurun. Kondisi tersebut biasanya berkaitan dengan berkurangnya volume cairan di dalam tubuh akibat infeksi virus dengue. Bila dibiarkan, aliran darah ke organ vital bisa terganggu dan memperburuk keadaan.

Jumlah urine yang berkurang drastis juga perlu menjadi perhatian khusus. Ketika produksi urine menurun, tubuh Si Kecil bisa mengalami dehidrasi dan fungsi ginjalnya mulai terganggu. Situasi ini sering kali muncul bersamaan dengan kelemahan tubuh dan rasa tidak nyaman pada perut.

Gejala lain yang patut diwaspadai adalah melena, yaitu feses berwarna hitam pekat menyerupai aspal. Warna gelap tersebut menandakan adanya perdarahan di saluran cerna yang tidak boleh dianggap remeh. Jika kondisi ini muncul, risiko komplikasi DBD meningkat sehingga membutuhkan penanganan medis segera.

Apabila gejala-gejala tersebut dirasakan oleh Si Kecil, Bunda sebaiknya langsung membawa Si Kecil ke IGD tanpa menunda waktu. Selain penanganan medis, dukungan NUTRISI yang tepat juga penting untuk memperkuat daya tahan tubuh. Perlu Bunda ketahui bahwa sebagian besar sel-sel kekebalan tubuh justru dibentuk di sistem cerna yang sehat. Dengan menjaga pencernaan tetap baik, Bunda ikut membantu tubuh Si Kecil melawan virus dengue sekaligus mendukung tumbuh kembang optimalnya.

Menjaga daya tahan tubuh Si Kecil merupakan kunci penting agar ia lebih kuat menghadapi risiko penyakit seperti DBD. Salah satu cara sederhana yang bisa Bunda lakukan adalah dengan merawat kesehatan sistem cerna karena sebagian besar sel imun tubuh berasal dari sana. Memberikan ATENSI pada pencernaan membantu tubuh Si Kecil menyerap NUTRISI lebih baik sekaligus memperkuat perlindungan alaminya. Dengan sistem cerna yang sehat, POTENSI tumbuh kembangnya pun dapat tetap optimal.

Untuk mendukung kesehatan pencernaan, Bunda dapat memberikan asupan prebiotik yang berperan menjaga keseimbangan bakteri baik di usus. Prebiotik ini bisa diperoleh melalui susu pertumbuhan yang diformulasikan khusus untuk membantu menjaga ketahanan tubuh Si Kecil. Bunda bisa mempelajari mengenai kandungan prebiotik di sini: Susu Tinggi FOS dan GOS untuk Kesehatan Pencernaan Anak. Dengan langkah sederhana ini, Bunda sudah berkontribusi besar dalam menjaga Si Kecil tumbuh sehat, ceria, dan berdaya tahan kuat.

Referensi:

  • Kids Health. Dengue Fever. Diakses pada 17 Agustus 2025. https://kidshealth.org/en/parents/dengue.html
  • ScienceDirect. Dengue in children. Diakses pada 17 Agustus 2025. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0163445314002321