Gizi & Nutrisi Gizi & Nutrisi

Efek Kafein Berlebihan Dapat Ganggu Fokus Si Kecil

Morinaga ♦ 19 Juni 2025

Efek Kafein Berlebihan Dapat Ganggu Fokus Si Kecil

Kafein tidak hanya berasal dari secangkir kopi yang biasa dikonsumsi orang dewasa. Tanpa disadari, kafein bisa masuk ke tubuh Si Kecil melalui makanan dan minumannya sehari-hari, misalnya dalam bentuk minuman ringan atau camilan. Walaupun jumlahnya kecil, konsumsi berulang dari berbagai sumber bisa menyebabkan akumulasi dalam tubuhnya.

Namun, dampaknya tidak dapat diabaikan. Kafein dapat mengganggu kualitas tidur, memicu perubahan emosional, serta menurunkan kemampuan fokusnya saat bermain maupun belajar. Fakta ini membuat penting bagi Bunda untuk mengenali berbagai sumber tersembunyi kafein dalam makanan dan minuman yang sekilas tampak aman baginya.

Dampak Kafein terhadap Perkembangan Si Kecil

Secara umum, kafein merupakan stimulan saraf yang dapat meningkatkan kewaspadaan ketika dikonsumsi. Namun, tubuh Si Kecil belum memiliki kemampuan metabolisme yang matang untuk menguraikan dan membuang kafein secepat tubuh orang dewasa. Hal ini disebabkan fungsi hati, ginjal, dan sistem sarafnya memang masih dalam tahap perkembangan. Akibatnya, kafein yang masuk ke tubuhnya dapat bertahan lebih lama dan memberikan efek yang lebih kuat, bahkan setelah konsumsi dalam jumlah kecil.

Ketika tubuhnya tidak mampu membuang kafein secara efisien, senyawa ini dapat mengganggu ritme tidur alaminya. Misalnya, ia akan menjadi sulit tertidur dalam waktu yang cukup lama, atau bahkan harus berupaya lebih keras untuk dapat jatuh tertidur. Kekurangan tidur ini akan membuatnya lebih mudah lelah, rewel, dan kesulitan mengendalikan emosi serta perilakunya sehari-hari.

Kurangnya tidur yang berkualitas berdampak langsung pada konsentrasinya saat belajar di siang hari. Ia akan cenderung sulit memusatkan perhatian, lebih lambat dalam menyerap informasi, dan kesulitan untuk mengingat banyak hal. Dalam jangka panjang, kemampuan belajarnya akan berkurang, sehingga POTENSI perkembangannya dalam aspek kognitif pun menjadi tidak optimal.

Sumber Kafein yang Tidak Disadari dalam Makanan

Beragam makanan dan minuman sehari-hari ternyata bisa menjadi sumber kafein tersembunyi bagi Si Kecil. Contohnya adalah teh kemasan yang dapat mengandung antara 10-26 mg per kotaknya, serta minuman bersoda yang bisa mengandung hingga 37 mg kafein tergantung merek dan ukuran kemasan. Bahkan, cokelat bubuk instan yang biasa diseduh sebagai minuman hangat dapat menyumbang 5-60 mg kafein per sajiannya.

Si Kecil bisa saja mengonsumsi lebih dari satu produk berkafein dalam satu hari tanpa disadari. Misalnya, meminum teh botolan saat siang hari, lalu menikmati cokelat panas di malam hari. Meskipun masing-masing hanya mengandung sedikit kafein, jumlah keseluruhannya bisa menumpuk dan melampaui batas harian yang disarankan. Anak yang berusia 4-6 tahun misalnya, maksimal hanya diperbolehkan mengonsumsi asupan kafein paling banyak 45 mg per harinya.

Agar terhindar dari akumulasi kafein tersembunyi, penting bagi Bunda untuk memeriksa label komposisi dan informasi gizi di kemasan makanan atau minuman. Kafein sering kali tercantum dalam bentuk “ekstrak teh”, “cokelat”, atau “kakao”, dalam daftar bahan. Bila Bunda menemukan istilah-istilah tersebut, sebaiknya pertimbangkan kembali sebelum memberikannya kepada Si Kecil.

Membiasakan diri membaca label secara cermat adalah langkah sederhana namun penting dalam menjaga keseimbangan asupan hariannya. Dengan semakin selektif dalam memilih produk, Bunda dapat melindunginya dari efek negatif kafein yang tidak terlihat secara langsung. Yuk, mulai sekarang jadikan kebiasaan ini sebagai bentuk ATENSI penuh terhadap NUTRISI dan tumbuhkembangnya.

Kenali Sinyal bahwa Si Kecil Terlalu Sering Mengonsumsi Kafein

Beberapa tanda yang muncul saat Si Kecil terlalu sering mengonsumsi kafein dapat berupa gangguan tidur atau suasana hati yang seringkali tidak stabil. Ia juga kesulitan untuk duduk tenang dalam waktu lama. Seringkali gejala seperti ini dianggap sebagai bagian dari fase aktif atau sifat bawaannya, padahal bisa jadi merupakan efek kelebihan kafein dalam tubuhnya. Ketika gejala ini terlalu sering muncul, Bunda patut mencurigai adanya pengaruh dari asupan harian yang tidak terpantau.

Kafein bersifat stimulan yang bekerja langsung pada sistem saraf pusat, sehingga dapat membuatnya waspada hingga berlebihan dan mempersulit tubuhnya untuk menjadi tenang. Inilah sebabnya jika ia mengonsumsi kafein berlebih, maka ia cenderung mengalami susah tidur di malam hari, merasa gelisah, dan emosinya lebih mudah tersulut. Bila tidak dikenali lebih awal, pola tidur yang terganggu ini bisa berlanjut menjadi kekurangan tidur dan akhirnya mengganggu perilaku maupun kemampuannya memusatkan perhatian.

Untuk mengenali sinyal bahwa makanannya sehari-hari terlalu banyak mengandung kafein, Bunda bisa mulai memperhatikan perubahan perilakunya. Misalnya, apakah ia semakin sulit diajak tidur, cenderung lebih aktif, atau lebih sering menangis dan mudah marah tanpa sebab jelas. Ketika respons emosionalnya cenderung berlebihan terhadap situasi yang dihadapinya, ini bisa menjadi sinyal awal bahwa tubuhnya sedang bekerja lebih keras akibat efek stimulan dari kafein.

Bila Bunda mampu mendeteksi lebih awal adanya perubahan ini, Bunda dapat segera menyesuaikan pola konsumsi Si Kecil. Misalnya, membatasi minuman teh kemasan, memilih cokelat rendah kafein, atau mengganti camilan manis dengan buah segar. Langkah pencegahan yang dilakukan sedini mungkin akan membantu menormalkan kembali pola tidur dan membuat emosinya lebih stabil. Dengan demikian, ia akan dapat bermain dan belajar dengan fisik dan mental yang lebih sehat.

Cegah Kafein Masuk ke Tubuh

Salah satu cara mudah untuk mencegah kafein memasuki tubuh Si Kecil adalah mengganti camilan yang biasa dikonsumsinya, dengan pilihan buatan rumah yang lebih aman dan bergizi. Beritahukan manfaatnya dengan cara yang menyenangkan, agar ia lebih mudah memahami alasan penggantian camilan ini. Misalnya, “Ayo makan snack ini dulu, supaya Kakak bisa tidur lebih nyenyak. Biar besok mainnya lebih semangat ya.”

Gunakan bahan-bahan alami tanpa kafein, misalnya buah-buahan, susu segar, atau yoghurt sebagai dasar camilan sehat. Sereal rendah gula juga bisa menjadi alternatif menarik yang tetap memberi energi tanpa kafein. Kandungan vitamin, mineral, serta serat dari bahan-bahan ini tentu akan mendukung pertumbuhan tubuh dan perkembangan otaknya.

Selain sehat, resep camilan rumahan juga bisa dibuat tetap menyenangkan baginya. Bunda bisa melibatkannya dalam proses memilih buah atau mencetak bentuk camilan yang lucu agar ia merasa terlibat dan antusias mencicipi hasilnya. Bukan hanya membangun kebiasaan makan sehat, tapi kegiatan seperti ini juga mempererat hubungan emosional antara Bunda dengannya.

Praktis bukan berarti harus instan. Dengan sedikit kreativitas dan persiapan, camilan tanpa kafein bisa disiapkan untuk stok beberapa hari ke depan. Misalnya, es loli buah atau puding susu bisa dibuat dalam porsi-porsi kecil, yang tahan selama beberapa hari di kulkas. Dengan pilihan sehat yang tetap lezat, Bunda akan dapat menjaga pola tidur dan suasana hatinya selalu stabil sepanjang hari.

Mulailah dengan lebih cermat memperhatikan kandungan dalam setiap label minuman dan camilan yang dikonsumsi Si Kecil setiap hari. Agar ia tidak sampai mengalami ketergantungan pada camilan tersebut, cobalah meracik camilan sendiri di rumah yang tentunya lebih sehat dengan bahan alami yang lebih aman. Sebelum mulai berbelanja bahan makanan harian, yuk lihat dulu inspirasi kudapan yang ber-NUTRISI di sini: Kumpulan Resep Bergizi untuk Anak. 

Referensi:

  • The Spruce Eats. How Much Caffeine is in Coffee, Tea, Cola, and Other Drinks? Diakses 11 Juni 2025. https://www.thespruceeats.com/caffeine-in-coffee-tea-cola-765276
  • John Hopkins Medicine. Is Coffee Bad for Kids? Diakses 20 Mei 2025. https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/is-coffee-bad-for-kids
  • Columbia University Irving Medical Center. Caffeine and Kids. Diakses 21 Mei 2025. https://www.cuimc.columbia.edu/news/caffeine-and-kids.