Perut sedikit buncit pada balita umumnya dianggap fenomena fisiologis yang sangat normal. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dinding otot di perutnya belum sempurna dan ukuran perutnya belum cukup luas untuk menampung panjangnya usus. Bunda sejatinya tak perlu khawatir karena kondisi perut ini dapat berangsur mengecil seiring pertumbuhan postur dan otot di perut. Saat mereka sudah mencapai usia sekolah, perut buncit mulai mengempis dan tubuh jadi lebih proporsional.
Namun terkadang, masih ada anak usia sekolah dengan kondisi perut buncit. Selagi mereka aktif bergerak, mendapat asupan makan sehat, dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit, kondisi tadi masih tetap dianggap normal. Jika Si Kecil tidak sering bergerak dan perut mereka masih sama seperti saat balita, itu sudah lain cerita. Penyebab yang paling mungkin adalah akibat minimnya aktivitas fisik Si Kecil dan pola makan tinggi gula.
Apalagi, pengaruh gaya hidup serba instan akan semakin mempermudah akses anak terhadap aneka jajanan tak sehat. Selain itu, maraknya penggunaan fasilitas digital juga mendorong mereka menjadi lebih pasif. Terlalu banyak konsumsi konten digital sudah menggantikan stimulasi anak lewat aktif bergerak. Jika Bunda merasa masalah perut buncit pada anak terjadi akibat pola hidup sehat, mulai ubah cara hidup lebih sehat yang mudah diterapkan.
Masalah perut buncit sebenarnya disebabkan oleh berbagai hal. Untuk mengetahui penyebab pastinya, lakukan konsultasi atau pemeriksaan ke ahli medis. Jika tidak ada gangguan kesehatan yang melatarbelakangi perut besar, kemungkinan terdapat masalah pada gaya hidup Si Kecil yang tak sehat secara sistemik.
Bunda bisa memperbaikinya dengan mulai memperhatikan pilihan makanan sehat dan ajak Si Kecil melakukan kebiasaan harian baru, seperti memperbanyak aktivitas fisik untuk bantu membakar kelebihan lemak di perut. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah dengan mulai membantu pekerjaan rumah. Sebagai langkah awal, tugaskan anak menata ruang tidurnya sendiri setiap hari. Tambahkan intensitas aktivitas fisik harian ini secara bertahap sampai pola hidup tadi sudah tertanam sebagai habit baru secara alami.
Di sela-sela membangun kebiasaan tersebut, ajak juga anak melakukan aktivitas bermain seru secara terjadwal untuk menghindari risiko jenuh. Bunda bisa memilih permainan sesuai minat dan usia Si Kecil supaya mereka lebih semangat bergerak. Pilihan aktivitas bermain tentu tak terbatas pada aktivitas di dalam rumah. Bunda bersama Ayah juga bisa merencanakan aktivitas seru di lingkungan luar rumah, misalnya dengan bersepeda, jalan santai di sekitar kawasan tinggal, hingga sesederhana mengeksplor pekarangan rumah sendiri.
Tiap anak cenderung membutuhkan asupan aktivitas seru untuk mendukung kebutuhan stimulasinya. Hindari membiarkan anak bermain gawai secara bebas sebagai media hiburan mereka. Hal ini dikhawatirkan membuat anak meletakkan kesenangannya dengan bermain gawai dan enggan melakukan aktivitas lain karena baginya gawai sudah cukup memberikan stimulasi. Semakin lama, anak jadi lebih pasif, kurang bergerak, dan akhirnya menimbulkan tumpukan lemak di tubuh, termasuk di perut. Itu sebabnya, Bunda perlu hadir dan membuat aktivitas bermain terasa menyenangkan agar rutinitas gerak Si Kecil jadi tidak membosankan. Peran aktif orang tuanya lah yang akan mendukung keberhasilan membangun kebiasaan bergerak pada Si Kecil.
Selain memastikan kebutuhan gerak aktifnya terpenuhi, upaya mengatasi perut buncit pada Si Kecil juga bisa ditunjang dengan tidur yang cukup dan teratur. Cukup tidur berperan penting dalam manajemen berat badan yang secara tidak langsung juga dapat mendukung proses pembakaran kalori.
Perlu digaris bawahi, tidur tidak dapat membakar cadangan lemak layaknya anak aktif bergerak. Dalam hal ini, tidur lebih berperan dalam memengaruhi metabolisme tubuh yang mendukung proses manajemen berat badan. Selain itu, tidur juga dapat menjaga keseimbangan hormon pengatur nafsu makan, yakni leptin dan ghrelin. Kurang tidur pada Si Kecil dapat menganggu metabolisme dan kontrol nafsu makan, sehingga tubuh mereka akan lebih sulit melakukan pembakaran kalori dan mengatasi perut buncit.
Idealnya, anak-anak usia 3-5 tahun memerlukan waktu tidur selama 10-13 jam setiap harinya. Sementara itu, anak usia 6-12 tahun membutuhkan waktu tidur 9-11 jam setiap harinya. Bunda dapat membantu Si Kecil untuk menetapkan jadwal tidur yang teratur agar dapat mencapai durasi tersebut. Bila perlu, dampingi mereka sampai benar-benar terlelap, misalnya sambil dibacakan cerita pengantar tidur. Bunda juga bisa menciptakan suasana kamar menenangkan dengan menggunakan lampu tidur bercahaya redup dan menjauhkan objek-objek yang berpotensi membuatnya terjaga semalaman, seperti TV atau gawai.
Lakukan pembiasaan ini secara rutin agar tubuh anak memiliki jadwal tidur teratur secara alami. Dengan begitu, jam biologis tubuh akan berfungsi optimal dan ini akan sangat membantu mereka lebih berenergi dan siap beraktivitas di pagi hari. Selain itu, memiliki kebiasaan tidur yang baik membantu anak mencapai tidur yang berkualitas, hal itu itu sangat penting untuk menjaga efisiensi pemrosesan energi dalam tubuh sehingga mereka bisa aktif sepanjang hari.
Si Kecil lebih berisiko mengalami penambahan berat badan berlebih saat energi yang didapat dari makanan jauh lebih banyak daripada energi yang digunakan untuk beraktivitas. Untuk itu, Bunda perlu memerhatikan asupan harian Si Kecil disesuaikan dengan intensitas aktivitasnya di hari itu. Namun yang terpenting, berikan makanan bergizi seimbang dalam porsi yang cukup.
Utamakan perbanyak variasi bahan makanan ketimbang porsi makannya. Sediakan makanan tinggi serat dan protein minim lemak untuk membantu memberikan efek kenyang lebih cepat dan tahan lama, serta membantu Si Kecil tetap berenergi. Contoh makanan kaya serat meliputi sayuran hijau, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Sedangkan untuk makanan tinggi proteinnya bisa berupa telur, ikan, daging unggas tanpa kulit, daging merah tanpa lemak, dan susu rendah gula.
Untuk meningkatkan efektivitas penyusutan perut buncit, jadwal makan teratur ternyata juga mempunyai peran yang tak kalah penting dari sekadar mengurangi asupan lemak berlebih. Menyusun rencana atau jadwal makan membantu mengurangi risiko makan berlebih karena jumlah asupannya sudah direncanakan pada waktu-waktu tertentu. Jika waktu makan sudah ditentukan dalam jangka waktu yang konsisten, tubuh lama-kelamaan akan belajar untuk mengantisipasi asupan NUTRISI. Hal ini membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, sehingga pada gilirannya dapat mencegah rasa lapar berlebih yang sering memicu keinginan untuk makan di luar jadwal.
Selain menentukan jadwal makan yang teratur, Bunda juga perlu selektif dalam memilih bahan makanan. Hindari menyediakan makanan atau camilan ultra-proses rendah gizi, tinggi natrium, dan gula, seperti mi instan, sosis, nugget, sereal sarapan, minuman kemasan, hingga makanan beku siap saji. Makanan seperti ini dirancang menjadi sangat lezat, sehingga dapat memicu ketagihan makan bahkan saat Si Kecil baru menyelesaikan seporsi makanannya. Makanan ultra-proses juga sangat minim serat yang nantinya bisa memicu rasa lapar lebih cepat dan keinginan untuk menyantap makanan di luar jadwal.
Meski sedang berjuang mengatasi masalah perut buncit pada Si Kecil, bukan berarti harus menyingkirkan bahan makanan bergizi hanya demi membatasi asupan kalorinya. Nilai gizi tetap perlu didapatkan dari beragam bahan makanan. Bunda hanya perlu mengatur jumlah konsumsinya atau memilih alternatif yang lebih cocok dengan kondisi Si Kecil saat itu. Begitu pula dengan susu yang tetap penting untuk mendukung pertumbuhan, tapi pemilihan jenis susu perlu disesuaikan agar tepat dengan kebutuhan Si Kecil. Untuk mendukung usaha mengatasi perut buncit pada anak, Bunda bisa memilih produk susu tanpa gula tambahan, tinggi protein, serta kaya akan vitamin dan mineral penting.
Susu tanpa gula tambahan membantu menghindari asupan kalori berlebih yang jika tidak dimanfaatkan maka akan disimpan menjadi lemak. Mengonsumsi gula berlebih juga menyebabkan terjadinya lonjakan gula darah dan memicu produksi insulin berlebih. Insulin ini dapat mengubah kelebihan gula dalam darah menjadi glikogen dan asam lemak. Asam lemak ini kemudian diangkut ke sel-sel lemak dan disimpan sebagai lemak tubuh, terutama di area perut.
Selain memilih opsi rendah gula, pemilihan susu juga perlu memerhatikan kadar protein, vitamin, dan mineralnya. Kandungan protein yang didapatkan dari konsumsi susu dapat menyumbang asupan energi untuk mendukung keaktifan gerak Si Kecil yang pada akhirnya akan membantu membakar lemak berlebih. Sementara itu, beberapa kandungan vitamin dan mineral, seperti vitamin B kompleks, vitamin D, dan zat besi, juga berperan dalam melancarkan metabolisme lemak.
Semua kandungan susu tersebut bisa Bunda dapatkan dari Morinaga Chil School yang mengandung 6 gram protein per sajian (46 gram) sebagai salah satu sumber energi untuk Si Kecil beraktivitas. Selain itu, susu ini juga dilengkapi kandungan zat besi, vitamin D, dan B kompleks yang membantu mendukung proses metabolisme tubuh, terutama dalam mengolah lemak menjadi energi dan mengurangi jumlah lemak di perut.
Morinaga Chil School tersedia dalam 3 varian produk, yakni Gold, Platinum, dan Soya dengan pilihan rasa beragam dan tentunya disukai oleh anak-anak. Semua varian susu Morinaga sudah diformulasikan lebih rendah gula sukrosa dibanding produk susu pertumbuhan pada umumnya. Bersama Morinaga, asupan NUTRISI Si Kecil akan tetap terjaga tanpa kelebihan lemak. Yuk, temukan varian susu Morinaga favorit Si Kecil di sini: Rekomendasi Susu Pertumbuhan untuk Anak 3 Tahun ke Atas.
Sumber:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Cara Mengatasi Perut Buncit pada Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?