Parenting Parenting

Saat Muntah Anak Sampai Nyembur, Ini Langkah Penyelamatnya

Morinaga Platinum ♦ 17 September 2025

Saat Muntah Anak Sampai Nyembur, Ini Langkah Penyelamatnya

Secara umum, muntah adalah kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut. Pada Si Kecil, kondisi ini dapat terjadi dalam dua bentuk berbeda, yaitu muntah biasa dan muntah menyembur. Muntah menyembur kuat, banyak, bahkan bisa tersembur jauh dari mulut dan dikenal dengan istilah muntah proyektil. Secara medis, kondisi ini disebut dengan pyloric stenosis.

Muntah menyembur terbilang cukup umum dan sering terjadi pada Si Kecil, terutama setelah makan ataupun minum. Salah satu penyebabnya adalah stenosis pilorus atau penyempitan bagian penghubung antara lambung dan usus duodenum yang sering kali dialami Si Kecil yang baru lahir. Namun, hal ini juga bisa menjadi indikasi adanya trauma di kepala akibat terbentur atau terjatuh, sehingga perlu pemeriksaan medis lebih lanjut.

Kenapa Si Kecil Bisa Muntah Menyembur?

Memahami penyebab muntah Si kecil akan membantu Bunda meresponsnya dengan lebih tenang. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan makan berlebih. Perut Si Kecil yang masih kecil dapat dengan mudah penuh dan tertekan jika mereka makan terlalu banyak atau terlalu cepat. Selain itu, beberapa bayi mungkin memiliki alergi terhadap makanan tertentu yang membuat tubuhnya bereaksi dengan cara memuntahkannya.

Penyebab lainnya bisa karena saluran pencernaan Si Kecil, terutama bayi, belum berkembang sepenuhnya. Otot-otot yang mengatur pintu masuk dan keluar lambung belum sepenuhnya matang, sehingga lebih rentan memuntahkan makanan. Lalu, di saat saluran antara lambung dan usus kecilnya masih terlalu sempit, Si Kecil akan memuntahkan makanannya dengan menyembur. Selain itu, reflux (naiknya isi lambung ke kerongkongan) dan kemungkinan infeksi pada saluran cerna juga bisa memicu terjadinya muntah proyektil.

Secara umum, peristiwa muntah seperti semburan ini sering kali tidak berbahaya, tetapi tetap harus menjadi perhatian Bunda. Jika terjadi berulang kali atau disertai gejala lain yang membuatnya harus mendapat perhatian medis, Bunda perlu segera membawanya ke dokter.

Pertolongan Pertama Ketika Si Kecil Muntah Menyembur

Tidak panik adalah hal pertama yang perlu Bunda lakukan dalam menghadapi kondisi yang dialami Si Kecil. Tenangkan diri Bunda dan bantu Si Kecil duduk sembari mencondongkan tubuh ke depan atau berbaring miring untuk mencegah muntahan masuk ke saluran pernapasan.

Setelah itu, bersihkan sisa muntahan dari area mulut dan hidung menggunakan kain lembut atau tisu. Perhatikan baik-baik kondisi Si Kecil beserta warna muntahannya. Segera cari pertolongan medis jika muntah terjadi setelah Si Kecil mendapat benturan di kepala, mengalami dehidrasi yang ditandai dengan urin berwarna gelap, rewel karena kesakitan, hingga muntahan berwarna hijau, merah bercampur darah, atau kehitaman.

Apabila muntahnya sudah terkendali, berikan sedikit minuman bening (air putih atau oralit) dan makanan lunak (bubur, roti, kentang, nasi, makanan berkuah bening) dalam porsi sedikit. Pastikan asupan yang Bunda berikan mudah dicerna, tidak asam, tidak berlemak, dan minim rasa. Secara bertahap, porsi makan bisa dinaikkan secara perlahan sampai Si Kecil bisa kembali ke diet normal setelah 24 jam pasca muntah.

Berikutnya, catat waktu, frekuensi, dan perkiraan volume muntah. Perhatikan juga warna dan konsistensi muntahan beserta gejala lain yang menyertainya seperti demam, diare, dehidrasi, atau sakit perut. Informasi ini akan sangat membantu dokter dalam menentukan penyebab dan penanganan yang tepat apabila Si Kecil perlu mendapat perawatan medis.

Agar Tidak Terulang, Ini Cara Menjaga Perut Si Kecil

Bunda perlu memahami cara mencegah muntah proyektil pada Si Kecil agar tidak terjadi lagi dengan menerapkan tips-tips di bawah ini:

Jaga Asupan Cairan

Setelah Si Kecil muntah, ia akan kehilangan banyak cairan dan rawan terserang dehidrasi. Bunda dapat segera memberinya asupan cairan, seperti air putih atau oralit guna mengganti hilangnya elektrolit. Berikan secara perlahan dan dalam jumlah sedikit tapi dilakukan secara sering. Untuk bayi, berikan ASI atau susu formula dalam jumlah kecil setiap beberapa menit. Jangan memberikan susu dalam jumlah banyak sekaligus, karena dapat membebani lambung dan memicu kambuhnya kondisi tersebut.

Pada intinya, jaga Si Kecil tetap terhidrasi guna mendukung pemulihan dan menghindari komplikasi akibat dehidrasi. Bunda bisa mengenali tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, mata cekung, menangis tanpa air mata, dan jarang buang air kecil.

Menyusu dengan Posisi yang Bikin Nyaman Perut

ASI atau susu pertumbuhan adalah asupan nutrisi penting untuk Si Kecil dan sebaiknya perlu diberikan saat ia berada dalam posisi yang nyaman. Salah posisi akan menimbulkan ketidaknyamanan seperti perut tertekan, kembung, bahkan muntah. 

Pada Si Kecil yang masih menyusu, posisikan tubuhnya lurus (tidak melengkung atau tertekuk) dan kepala sedikit lebih tinggi dari tubuhnya. Cara ini membantu mencegah tekanan pada perut Si Kecil, mengurangi risiko menelan udara, dan memastikan pencernaannya lancar. Pada pemberian susu pertumbuhan, prinsipnya juga masih sama. Bunda dapat memegang botol susu secara horizontal atau sedikit miring ke arah atas agar susunya selalu penuh di dot, sehingga mencegah Si Kecil menelan udara terlalu banyak.

Setelah menyusui, jangan langsung membaringkan Si Kecil. Beri waktu istirahat 10-20 menit dengan posisi tegak (semi-duduk atau digendong vertikal) sambil menyendawakannya. Posisi tegak dapat menjaga isi perut tetap di tempatnya. Ini adalah cara efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya refluks dan mencegah muntah proyektil. Sementara itu, menyendawakan akan membantu mengeluarkan udara yang tertelan, sehingga pencernaan berjalan lancar dan risiko muntah berkurang.

Berikan Makan Sedikit-Sedikit Tapi Sering

Memberi makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat membantu mengurangi risiko muntah setelah sakit, serta mencegah perut terlalu penuh. Cara ini membantu perut Si Kecil yang sensitif untuk memproses makanan dengan mudah, karena porsi lebih kecil membuat lambung tidak terbebani. Dengan begitu, makanan dapat dicerna secara bertahap dan lebih lancar.

Selain itu, pemberian makanan yang tidak berlebihan juga memberikan waktu yang cukup bagi lambung untuk mencerna, sehingga mengurangi kemungkinan keluarnya isi lambung. Metode ini juga membantu menjaga nutrisi agar tidak keluar, serta memastikan Si Kecil terhindar dari ketidaknyamanan. 

Buat “Buku Harian” Muntah Si Kecil

Lakukan pencatatan tiap kali Si Kecil muntah untuk memantau polanya. Hasil pencatatan ini akan jadi bekal Bunda dalam memberikan keterangan dengan jelas dan akurat, yang sering kali sulit diingat saat berkonsultasi dengan dokter. Informasi ini juga akan sangat membantu dokter dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab isi lambung Si Kecil keluar. 

Beberapa hal yang perlu Bunda catat kurang lebih berkenaan dengan waktu dan frekuensinya, kondisi Si Kecil sebelum dan sesudahnya, apa yang dimakan sebelumnya, warna dan konsistensi muntahan, termasuk gejala lain yang menyertainya.

Kapan Harus Waspada dan Hubungi Dokter?

Meskipun muntah menyembur sering kali tidak berbahaya, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai dan menuntut Bunda untuk segera menghubungi dokter. Tanda-tanda tersebut seperti disertai demam tinggi, berlanjut lebih dari 24 jam, terdapat darah, atau muntahan berwarna hijau. Kondisi seperti ini sudah tergolong serius sehingga perlu penanganan medis sesegera mungkin.

Pada intinya, muntah mempunyai gejala beragam sehingga perlu dilakukan pemantauan teliti agar didapatkan penyebab spesifik dari kondisi ini. Selama Si Kecil tetap aktif, terhidrasi, dan tidak menunjukkan tanda bahaya lain, Bunda bisa menanganinya di rumah. Namun, jika ada keraguan atau gejala yang mengkhawatirkan muncul, penanganan medis profesional adalah pilihan terbaik.

Jika Bunda curiga keluarnya isi lambung Si Kecil disebabkan oleh alergi susu sapi, mempertimbangkan alternatif NUTRISI yang lebih cocok baginya, seperti salah satunya susu soya. Susu ini lebih mudah dicerna, terutama untuk Si Kecil yang memiliki alergi terhadap susu sapi. Selain itu juga dapat membantu mendukung pencernaan tanpa menyebabkan muntah dan reaksi lainnya. Untuk memilih susu yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan Si Kecil, ikuti panduan berikut: Pilih Susu Soya yang Tepat untuk Bayi dengan Alergi Susu Sapi.

Sumber:

  • Kemenkes. Perhatikan Posisi dan Perlekatan Saat Menyusui. Diakses pada 25 Agustus 2025. https://ayosehat.kemkes.go.id/perhatikan-posisi-dan-perlekatan-saat-menyusui 
  • KlikDokter. Jenis Muntah Anak dan Solusi untuk Menanganinya. Diakses pada 25 Agustus 2025. https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/jenis-muntah-anak-dan-solusi-untuk-menanganinya?
  • IDAI. Apa yang Perlu Dilakukan Bila Anak Muntah?. Diakses pada 25 Agustus 2025. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/apa-yang-perlu-dilakukan-bila-anak-muntah 
  • PennState College of Medicine. Nausea or Vomiting. Diakses pada 25 Agustus 2025. https://research.med.psu.edu/oncology-nutrition-exercise/patient-guides/nausea-vomiting/
  • St John Ambulance. Vomiting and diarrhoea. https://www.sja.org.uk/first-aid-advice/sickness-and-diarrhoea/