Cilok adalah camilan yang terkenal lezat dan sangat digemari oleh segala kalangan, termasuk anak-anak. Namun, konsumsi jajanan ini perlu Bunda batasi, ya. Mengonsumsinya secara berlebihan tidak akan membawa manfaat kesehatan apapun, malah justru bisa memicu kelebihan berat badan pada Si Kecil. Hal Ini karena cilok terbuat dari aci atau tepung tapioka yang kaya karbohidrat tapi tidak dibarengi kandungan gizi penting lainnya, seperti serat dan protein.
Bunda dapat memberikan pengertian pada Si Kecil untuk konsumsi cilok sesekali saja. Selain itu, bunda juga bisa mengajak Si Kecil untuk tidak sering-sering jajan cilok dengan bertindak sebagai teladan. Beritahukan padanya bahwa kebiasaan jajan yang tidak terkontrol, apapun jenis makanan yang dibeli, akan memicu masalah kesehatan dan berat badan.
Cilok dibuat dari bahan yang kandungan gizinya didominasi oleh karbohidrat ini ternyata tetap bisa menimbulkan tumpukan lemak pada tubuh anak. Karbohidrat yang terkandung dalam jajanan ini merupakan jenis karbohidrat sederhana yang mudah dicerna dan diserap oleh aliran darah. Sayangnya, konsumsi karbohidrat sederhana secara berlebihan menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat, serta diikuti oleh penurunan gula darah yang cepat pula. Hal semacam ini sangat berpotensi menyebabkan kelelahan, membuat Si Kecil merasa cepat lapar, dan berkeinginan untuk menyantap lebih banyak makanan.
Tanpa protein dan serat, Si Kecil juga akan tetap lapar meski sudah melahapnya dalam jumlah banyak. Tentunya hal ini dapat menyebabkan tubuh mendapat banyak kalori secara tidak terkontrol yang berakibat pada penumpukan lemak dan kenaikan berat badan.
Masalahnya tidak berhenti di situ, proses pengolahan cilok yang digoreng, juga dapat menambahkan kandungan lemak trans penyebab kolesterol dan akar dari masalah gangguan pembuluh darah maupun jantung. Ditambah lagi, cilok biasanya disajikan dengan saus manis, yang meningkatkan asupan gula. Kombinasi karbohidrat tinggi dari tepung, lemak dari proses penggorengan, dan gula dari saus inilah yang bisa memicu penumpukan lemak di area perut Si Kecil bila dikonsumsi terlalu sering.
Sebagai camilan yang sangat lezat dan populer, pada dasarnya jajanan ini tidak berbahaya, selama Bunda memastikan porsinya cukup untuk Si Kecil dan pemberiannya tidak terlalu sering. Namun, beda cerita jika Si Kecil memiliki kebiasaan mengonsumsi jajanan ini selama hampir setiap hari. Kebiasaan ini dapat muncul karena kurangnya pengawasan dan perhatian Bunda terhadap apa yang anak konsumsi sehari-hari. Akibatnya, dari yang semula hanya sebagai camilan sesekali kini bisa menjadi rutinitas harian yang sulit diubah. Si Kecil jadi terbiasa mendapat asupan kalori yang tidak seimbang dan rawan berisiko mengalami kenaikan berat badan.
Risiko ini akan semakin mungkin terjadi apabila kebiasaan jajan sudah sampai di tahap mengganggu jadwal makan utamanya. Si Kecil yang biasanya sudah merasa kenyang setelah jajan dan cenderung tidak memiliki nafsu makan saat waktu makan tiba. Akibatnya, kebutuhan NUTRISI penting seperti protein, vitamin, dan mineral yang diperoleh dari makanan utama jadi terabaikan. Hal ini tidak hanya berisiko pada kenaikan berat badan, tetapi juga pada tumbuh kembang mereka secara keseluruhan.
Selain itu, mengonsumsi makanan minim gizi secara berlebihan tanpa diimbangi olahraga dan aktivitas fisik membuat tubuh menyimpan kelebihan kalori tersebut dalam bentuk tumpukan lemak. Jika tidak ingin kemungkinan buruk di atas menimpa Si Kecil, Bunda perlu ‘tega’ membatasi frekuensi pemberian cilok, misalnya hanya sebagai camilan rekreasi di akhir pekan. Tak lupa, buatkan jadwal makan dan ngemil yang konsisten agar tubuh mereka terbiasa dengan jam makan teratur, serta agar mereka tetap mendapatkan NUTRISI yang cukup dari makanan utama.
Pada dasarnya, cilok bukanlah makanan yang berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah wajar. Justru, jajanan ini bisa sangat aman dikonsumsi asalkan tidak mengganggu keseimbangan porsi makanan utama. Menariknya, Bunda sangat bisa membuat versi cilok lebih sehat, hitung-hitung bisa untuk mengalihkan keinginan Si Kecil untuk jajan diluar dan membangun rasa antusias menyantap masakan rumah.
Bunda bisa menambahkan isian yang lebih bernutrisi pada cilok, seperti ayam, ikan, tahu, atau telur untuk menambah nilai protein yang penting untuk mendukung pertumbuhan Si Kecil sekaligus memberikan rasa kenyang lebih lama. Selain protein, Bunda juga bisa menambah sumber serat, seperti sayuran cincang yang diolah bersamaan dengan isian protein supaya rasa dan nilai gizinya jadi lebih kaya.
Agar makin sehat, masak adonan cilok dengan cara dikukus. Cara ini dinilai jauh lebih sehat daripada digoreng. Mengukus dapat mempertahankan tekstur kenyal pada cilok tanpa menambah kalori atau lemak trans yang kerap dihasilkan dari proses menggoreng bahan makanan.
Inilah kelebihan dari memasak sendiri di rumah karena bahan dan cara pengolahannya bisa ditentukan sesuai kebutuhan. Selain itu, Bunda juga dapat dengan leluasa mengontrol porsi makan ideal bagi Si Kecil. Berhubung opsi cilok rumahan ini lebih kaya protein, jumlah cilok yang akan Si Kecil konsumsi juga akan lebih terkendali karena protein mampu memberikan sinyal kenyang lebih cepat dan bertahan lama. Dengan menerapkan perubahan-perubahan ini, cilok yang semula berpotensi tidak sehat dapat menjadi camilan yang lebih sehat.
Agar Si Kecil tidak terjebak oleh keinginan makan cilok setiap saat, terapkan jadwal makan yang jelas dan teratur. Dimulai dengan tidak memberikan camilan apapun sebelum masuk waktu makan, serta sajikan makanan utama kaya gizi supaya anak mendapatkan nutrisi penting untuk mendukung proses pertumbuhan yang sehat.
Selain itu, penting untuk mengenalkan rasa kenyang dan mengajarkan Si Kecil berhenti makan saat merasa cukup. Langkah ini akan membantu mereka mengembangkan kesadaran diri terhadap sinyal kenyang dan lapar di tubuhnya.
Sesekali, Bunda boleh mengizinkan anak makan cilok. Namun, imbangi konsumsi cilok dengan menyediakan makanan pendamping kaya serat dan protein untuk mengendalikan batas konsumsinya agar tidak menyebabkan penumpukan lemak berlebih. Pada intinya, Bunda perlu ATENSI untuk mendampingi pola makan Si Kecil dengan asupan NUTRISI seimbang untuk mendukung POTENSI maksimalnya.
Saat anak sudah menyantap cilok, kalori yang didapatkan pada hari itu sudah cukup banyak dan Bunda perlu waspada untuk tidak memberikan makanan tinggi kalori jika memang tidak dibutuhkan oleh Si Kecil. Salah satu cara yang bisa Bunda tempuh adalah menghindari pemberian minuman manis agar asupan kalori tetap terkontrol. Ganti minuman manis tadi dengan air putih biasa atau susu tanpa gula untuk dukung NUTRISI lengkap tanpa tambahan energi berlebih.
Morinaga adalah produk susu tanpa gula tambahan yang cocok sebagai pendamping pola makan harian untuk bantu cukupi kebutuhan nutrisi yang tidak diperoleh dari makanan utama, sekaligus membantu menjaga berat badan Si Kecil agar tetap terkendali. Pastikan untuk memilih susu Morinaga rendah gula untuk bantu cegah dampak obesitas akibat pola makan tak seimbang. Cari tahu manfaat dan kandungan lengkapnya di sinii: Kandungan Susu Tanpa Gula yang Baik untuk Si Kecil.
Sumber:
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Waspadai Kandungan Cilok dalam Pola Makan Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?