Kurang gizi merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh anak tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang secara optimal. Apabila Si Kecil mengalami kekurangan gizi, ia berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan fisik dan mental, hingga terkena berbagai penyakit infeksi. Maka dari itu, Bunda perlu memahami pentingnya gizi, penyebab, gejala, dampak, serta cara mengatasi dan mencegahnya.
Pemenuhan gizi yang tepat pada 1000 hari pertama kehidupan sangat krusial, karena periode ini merupakan fondasi penting yang menentukan kualitas kesehatan dan tumbuh kembang anak di masa depan. Pentingnya awal kehidupan anak bisa dipelajari selengkapnya di artikel berikut: Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak.
Jika dalam masa tersebut Si Kecil tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup, maka ia rentan mengalami masalah kesehatan jangka pendek seperti infeksi dan daya tahan tubuh rendah, maupun dampak jangka panjang seperti gangguan perkembangan otak dan keterlambatan pertumbuhan fisik. Itulah mengapa periode ini disebut sebagai "masa emas" yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memastikan anak mendapat nutrisi esensial.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi anak sejak lahir, Bunda sangat disarankan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya. ASI memiliki kandungan nutrisi lengkap seperti protein, lemak sehat, vitamin, mineral, dan zat imunitas yang tidak tergantikan oleh susu formula atau makanan lainnya. Setelah usia 6 bulan, pemberian ASI dapat dilanjutkan hingga usia 2 tahun sambil diperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI). MPASI yang diberikan pun harus memperhatikan kualitas nutrisi seperti zat besi, kalsium, vitamin D, DHA, probiotik, dan berbagai zat gizi lainnya agar perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan emosional anak berjalan optimal. Dengan memperhatikan gizi sejak dini, Bunda telah membantu membangun masa depan Si Kecil yang lebih sehat, cerdas, dan aktif.
Ada beberapa penyebab mengapa anak bisa mengalami kurang gizi, di antaranya:
Anak yang mengalami kekurangan gizi biasanya menunjukkan beberapa gejala, seperti:
Kekurangan gizi pada anak dapat menyebabkan dampak serius terhadap perkembangan fisik maupun mentalnya, seperti:
Salah satu dampak paling nyata dari kurang gizi pada anak adalah terhambatnya pertumbuhan fisik. Anak yang kekurangan asupan nutrisi penting seperti protein, kalsium, dan zat besi, sering kali memiliki berat badan dan tinggi badan di bawah standar usianya. Jika kondisi ini berlangsung dalam jangka panjang, anak akan mengalami stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan nutrisi kronis.
Stunting tidak hanya menyebabkan anak tampak lebih pendek dibandingkan teman sebayanya, namun juga bisa memengaruhi perkembangan organ dalam tubuh, seperti otak dan jantung. Anak yang mengalami stunting juga berisiko lebih tinggi mengalami kesulitan belajar dan memiliki keterbatasan dalam aktivitas fisik di kemudian hari. Oleh sebab itu, pemantauan rutin pertumbuhan anak sangat penting dilakukan sejak dini agar dampak negatifnya bisa diminimalisir.
Kurangnya nutrisi yang mencukupi juga membuat daya tahan tubuh anak menurun secara signifikan. Akibatnya, anak lebih rentan terkena berbagai penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit lainnya. Infeksi yang berulang akan memperparah kondisi gizi anak, sehingga menciptakan lingkaran setan kekurangan gizi yang semakin sulit diatasi.
Ketika sistem imun melemah, proses pemulihan dari penyakit juga berlangsung lebih lambat, yang menyebabkan anak lebih lama sakit dan kehilangan kesempatan untuk bermain serta belajar. Akibatnya, anak tidak hanya mengalami hambatan fisik, tetapi juga dapat berdampak pada perkembangan emosional dan sosialnya. Dengan menjaga asupan nutrisi secara optimal, daya tahan tubuh anak akan tetap kuat untuk melawan berbagai infeksi.
Nutrisi penting seperti zat besi, yodium, DHA, dan asam lemak omega-3 sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak yang optimal. Jika anak kekurangan nutrisi-nutrisi ini, proses perkembangan jaringan otak akan terhambat, yang pada akhirnya mengganggu perkembangan kognitif anak. Anak bisa mengalami keterlambatan bicara, kesulitan konsentrasi, bahkan gangguan dalam proses belajarnya.
Dalam jangka panjang, kurang gizi yang memengaruhi perkembangan otak juga akan berdampak pada pencapaian akademik anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kekurangan gizi kronis cenderung memiliki kemampuan belajar yang rendah dan rentan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pendidikan. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan nutrisi sejak dini menjadi prioritas penting agar anak dapat berkembang secara optimal.
Anak yang kekurangan gizi tidak hanya menghadapi dampak fisik, tetapi juga berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Defisiensi nutrisi tertentu, seperti omega-3 dan vitamin B, dapat memicu ketidakseimbangan hormon dan neurotransmitter di otak. Hal ini dapat menyebabkan gangguan mood, seperti kecemasan, mudah tersinggung, hingga gejala depresi.
Selain itu, kondisi kurang gizi juga bisa mengakibatkan rasa percaya diri anak menurun karena merasa berbeda dari teman sebayanya, terutama bila fisiknya lebih kecil atau terlihat lebih lemah. Akibatnya, ia menjadi menarik diri dari lingkungan sosial, sulit berinteraksi, dan lambat dalam mengembangkan kemampuan sosialnya. Penting bagi orang tua untuk memastikan asupan gizi anak tercukupi agar kesehatan mentalnya juga tetap terjaga dengan baik.
Anak yang mengalami kekurangan gizi rentan terkena penyakit serius seperti kwashiorkor, marasmus, anemia, dan penyakit gondok akibat defisiensi yodium. Kwashiorkor adalah kondisi yang muncul karena kekurangan protein berat, ditandai dengan pembengkakan tubuh terutama di perut, kulit yang pucat, dan rambut rapuh. Marasmus terjadi akibat kekurangan energi dan protein kronis yang membuat tubuh anak tampak kurus kering.
Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi juga sering dialami anak-anak yang kurang gizi. Anemia ini menyebabkan anak menjadi lesu, mudah lelah, kurang aktif bermain, dan mengalami gangguan dalam konsentrasi belajar. Sementara itu, penyakit gondok yang disebabkan oleh defisiensi yodium bisa mengakibatkan gangguan metabolisme serta gangguan perkembangan otak yang berat. Kondisi-kondisi ini perlu segera ditangani agar tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak secara permanen.
Anak yang kekurangan gizi juga rentan terkena penyakit pertumbuhan seperti kwashiorkor, marasmus, gondok, anemia, dan risiko defisiensi vitamin lainnya. Pelajari tentang penyakit kurang gizi selengkapnya di sini: 5 Penyakit Akibat Anak Kekurangan Gizi.
Jika Si Kecil terindikasi mengalami kekurangan gizi, berikut langkah-langkah praktis yang perlu dilakukan:
Pencegahan kurang gizi pada anak dimulai dari pemahaman orang tua terhadap pentingnya asupan makanan sehat yang seimbang. Bunda perlu menyediakan menu makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, vitamin, serta mineral yang mencukupi kebutuhan tumbuh kembang Si Kecil. Penting juga untuk membiasakan anak mengonsumsi berbagai jenis makanan sejak dini agar ia tidak menjadi pemilih makanan.
Selanjutnya, buatlah jadwal makan yang teratur, seperti tiga kali makan utama dan dua kali camilan sehat setiap harinya. Pastikan pula anak mendapatkan cukup cairan untuk menjaga kondisi tubuhnya tetap optimal. Lingkungan rumah yang bersih, sanitasi yang baik, serta kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga berperan penting dalam mencegah anak terkena penyakit infeksi yang bisa memperparah kondisi gizi anak. Rutin memantau pertumbuhan dan berat badan anak setiap bulan juga sangat dianjurkan agar dapat mendeteksi dini jika anak memiliki masalah gizi dan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Dengan pencegahan yang efektif, Si Kecil dapat terhindar dari risiko kurang gizi dan tumbuh menjadi anak yang sehat, aktif, serta memiliki kemampuan berkembang secara optimal di berbagai aspek kehidupan. Selain itu dengan memastikan asupan gizi Si Kecil sesuai kebutuhan, Bunda sudah memberikan dukungan 100 persen pada proses tumbuh kembangnya agar berjalan optimal.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Awas Kurang Gizi pada Anak, Ini Gejala dan Cara Atasinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?